KEKASIH FELI DATANG

"Bagaimana jika terima perjanjian pernikahan Shiren. Bukankah dengan membalas dendam orangtuanya, kau bisa merusak gadisnya. Sama seperti keluarganya yang licik menjebak kasus market papa dulu Kak Ran?"

"Gia, kau yakin keluarga Shiren yang membuat papa bangkrut. Aku tidak mau salah orang membalaskan."

"Percayalah! aku saudara kandungmu, saudara kembarmu. Tidak mungkin aku menyesatkan. Lagi pula kita buat bangga Bunda dan Papa, jika kita bisa membalas dendam bukan?"

Ide Gia, membuat Ran berfikir dua kali. Benar jika ia harus melamar Jinie dengan kekuatan uang keluarga Kim. Tapi ia harus melangkahi pernikahan keluarga Shiren, dan membuatnya tersiksa lalu menceraikan. Setelah itu, ia bisa melamar Jinie dengan bangga. Papa An pasti tidak akan menolaknya kala ia juga setara dengan kekayaan Feli.

"Baiklah, apa rencanamu?" ujar Ran, menatap Gia.

Hingga Gia berbisik, pada saudara kembarnya itu. Lalu Gia menatap serius, mengrenyitkan salah satu alisnya.

'Apa itu tidak berlebihan?' batin Gia. Ia pun menghubungi nomor Jinie, mengajaknya pertemuan esok pagi di kampus.

***

Ke Esokan Harinya.

Saat Jinie terbangun, "Aaaakh .... aku tertidur lagi gadis bodoh, bagus tugasku tak terkena tinta atau lemon fresh digelas ini! Tapi ini apa, haah mungkin cairan yang mengeces dari bibirku."

"Tak apalah hanya sedikit. Dosen pasti tak akan mencium lembar tugasku bukan?"

Jinie tertawa kecil menatap tugasnya, lalu segera bersiap siap untuk ke kampus, dengan setelan jeans yang menggulung robek dibagian paha dan lutut menggaris kecil. Serta kemeja bergaris ketat serta topi dan kacamata hitam nya yang melingkar dirambut.

"Okee .... perfect sudahlah biarkan seperti ini."

Jinie bahkan menatap cermin gaya casual, lagi pula hari ini kan tidak sibuk hanya mengumpulkan dan pulang. Setelah ke kampus, setelah itu aku kemana ya? Rasanya tak ada Shiren dan Cloe aku kesepian dikota padat ini. Ah dua sahabatku yang aku rindukan.

"Mmmm! sudahlah ga usah dipikirkan sepertinya aku akan ketempat Shiren, ya pantai tempat biasa. Shiren bilang jika penat full. Kita bisa gunakan menatap ombak dan berfikir jernih, ide briliant akan hadir disana dan pemandangan bule pasti antri di pantai."

Jinie pun membayangkan hal bodoh, ia pun segera berangkat dan tersenyum, lalu mencoba menarik nafas agar harinya kini lebih ringan.

Setibanya dikampus, mereka bergabung bersama, teman satu kampus dan jurusan, ia makan bersama. Setelah itu Jinie mengajak pulang pergi namun mereka ada acara.

"Baiklah aku sendiri lagi." lirih Jinie.

Tak lama dari kejauhan di jam makan ada sebuah kegaduhan.

"Ada apa sih Jinie, rame banget?" tapi Jinie menggelengkan kepala karena ia benar benar tidak tahu.

"Woy .. ada apa sih disana rame bener." ucap seseorang di didepan meja kantin.

"Ya nih, apa kampus kita lagi ada antrian kupon sembako ya, seru pasti aku antri duluan lah buat emak dirumah."

Seorang mahasiswa gendut menyambar. Namun Jinie masih santai dengan mie samyang super level gila dan seteguk jeruk ia berhenti ketika seorang wanita ada dihadapannya.

"Dimana wanita yang bernama Jinie jurusan kedokteran keturunan korea itu?" ucap seorang wanita, Jinie yang makan pun terkejut.

"Ada apa lagi sih ini ganggu aja orang lagi makan." Jinie mencerna ucapan wanita itu, dia bilang Jinie jurusan kedokteran. Ia pun menatap dan menoleh ke arah kedua temannya.

"Kamu kenal dia Jinie, ada urusan masalah apa?"

"Ya nih ada apa Jinie, ayo cerita!" kembali temannya.

"Aku, dia .... sama dia .... Aku aja ga kenal apalagi buat masalah." Jinie menatap Cloe dan membalas.

Lalu ia pun menatap wanita itu yang terperangah menatap tajam padanya.

"Apa nama mu benar Jinie Kim dengan panggilan Jinie?" ucap wanita itu.

"Iya benar, tapi anda siapa kenapa anda mencari saya, saya tidak mengenal anda."

"Baiklah saya akan perkenalkan, nama saya Larin."

"Aku ulangi perjelas Larin Ying. Aku itu tunangan Feli Kleir! Kami akan segera menikah, tapi karena anda datang kehidupan calon suami saya, acara kami batal harusnya kemarin telah berlangsung." Larin menunjuk wajah Jinie.

Jinie kaget, apa dia wanita yang di nikahi Feli, ia pun bingung harus berkata apa didepan banyak mahasiswa.

Saat dikantin ramai, semua mata menatap penuh tajam. Di sekelilingnya pun bergunjing membicarakannya.

Sementara Larin masih dengan perkataan yang membabi buta. Sehingga Larin tak bisa berkata apapun.

"Maaf sepertinya anda salah orang, atau itu bukan karena saya, maaf sekali lagi Larin! Sebentar apa kita bisa bicara dilain tempat."

"Who, untuk apa. Diskusi damai, no! wanita murahan mau bernego padaku? you serius?" ujar Larin.

Kedua teman Jinie mengelus punggung Jinie agar bersabar. Sementara di sekitar membicarakan nama Jinie dengan buruk.

"Gak nyangka ya, Jinie Kim pelakor kalau di laporin dia pasti kena pasal, dicoret!"

Jinie pun pergi berlalu karena tidak tahan, serta Larin mengejar hingga di taman, jauh dari keramaian orang seperti dikantin.

"Maaf bagaimana mungkin saya bisa dikatakan perebut dan membuat masalahmu nona, kita bisa bicara baik baik!"

Plaaagh!!

Larin menampar Jinie. Sehingga Jinie terkejut menatap kembali dengan memegang pipi kanannya.

"Apa maksud anda Larin?"

Jinie meneteskan air mata ketika Larin bicara, jika ia adalah wanita rendahan murahan, model kw yang hanya bisa melebarkan kaki mulus. Sehingga bisa mendapatkan fasilitas dari seorang Feli dan keluarga Kim merayu Feli.

"Anda salah sangka Larin, aku dan Feli itu hanya sebagai teman, saudara."

Jinie pun bingung menjelaskannya, sehingga membuat Larin meradang, melabrak.

"Kenapa, lupa mau bicara? atau bualan kebohongan. Kau malu, aku labrak ditempat ramai seperti ini?" ujar Larin.

Jinie pun bingung akan statusnya, ia langsung bicara pada wanita bernama Larin

"Sebaiknya anda tanya Feli! karena aku tak menganggapnya lebih apalagi kekasih!"

"Baiklah aku beri waktu satu minggu, cepat bujuk Feli segera menikahiku atau aku sebar kau dikampus ini agar dikeluarkan. Dasar wanita obral, ingat janji mu aku tunggu Jinie Kim!"

Larin melempar foto kegiatan nya bersama Feli secara diam. Sehingga foto itu berhambur melayang diatas kepalanya.

Jinie pun menangis ditaman selama lebih sepuluh menit dan terlihat seseorang mengeluarkan sapu tangan memberikannya agar segera menghapus.

"Ayo hapus air mata mu."

"Ran, kamu sedang apa disini?"

Ia pun memakaikan jaket hitam dan topi serta tas Jinie ia lipat, kedalam jaket Ran.

Ran merangkul dan memegang tangan Jinie, untuk pergi dari kampus. Ia membawanya ketempat yang tenang.

"Ran kita mau kemana?" ucap Jinie.

Sementara Jinie, melihat kedua temannya seperti sedang mencarinya. Namun ia harus meninggalkan.

"Ayo ikut aku ketempat yang nyaman, hanya ada aku dan kamu. Maafkan aku terlambat datang, kamu tidak apa kan, sekarang ikut aku ya!" Jinie pun tak menolak ia tersenyum dan bersandar di pundak sang kekasih.

Meski terlambat, setidaknya ia pergi bersama Ran kekasihnya yang terhalang restu, karena ayah Kim merasa Ran tidak serius dan mempermainkannya.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!