Rose melihat sahabatnya masuk fase ngidam kumat lagi dan hanya bisa tersenyum hangat.
"Sayang, acara potong kuenya belum di mulai dan kamu harus menunggunya terlebih dahulu sayang!" ucap Arse, begitu lembut dan memberikan pengertian kepada istri mungilnya itu.
Cloe menatap wajah suaminya dengan pandangan aneh dan datar, hal itu membuat yang lainnya hanya bergedik ngeri melihat Cloe berbeda dari pada biasanya.
'Astaga, itu benar sahabatku Cloe? Sedikit menyeramkan sekali,' batin Rose, mengangkat bahunya sembari tidak menyangka dengan perubahan sahabatnya itu.
"Kau sangat jahat sekali Oppa, lagi pula ini bukan kemauanku untuk meminta potongan kue tersebut," ujar Cloe!"
Melepaskan gandengan dari semuanya dan menghentakkan kakinya lalu berjalan menjauh meninggalkan yang lainnya dan bibirnya manyun kedepan sambil berkomat-kamit tidak jelas.
Arse terlihat sangat panik saat sang istri pergi begitu saja dan meninggalkannya seorang diri, ia segera menyusul mencari keberadaan istri mungilnya dan sembari membujukkan istri mungilnya itu. Entah dihadapan pernikahan adiknya Ran, Arse memasang wajah menanggung malu atas kerakusan istrinya yang ngidam.
Menyisakan Rose dan dua pria yang masih berada di tempat itu dan merasa heran melihat kepergian dua pasangan aneh itu.
"Omo, itu benar Arse Oppa?" ujar Rose, merasa tidak yakin dengan suami sahabatnya itu.
"Itu benar, dia tidak berdaya saat berhadapan dengan istri mungilnya dan tidak bisa melawan, taring serigala yang di milikinya itu sudah tidak mempan pada istri mungilnya itu, tidak usah heran melihat perubahan Arse saat berhadapan dengan istrinya itu," jawab Hara.
"Benar apa yang di bilang Hara barusan, tidak usah heran kalau sikap Arse yang tadinya dingin dan sekarang seperti lebih soft dan memiliki jiwa dalam dirinya," ujar Yin, terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.
Tiba-tiba saat mereka bertiga lagi berbincang dengan serius, langsung terhenti saat kedatangan bocah wanita dalam obrolan mereka bertiga.
"Hallo Oppa, kita bertemu lagi,"
Mereka bertiga sedikit terkejut saat raut wajah mungil muncul di sisi keberadaan mereka dan Rose sangat gemas dengan kehadiran Anna keponakan Cloe.
"Aigoo, lucu sekali kamu," ujar Rose, mencubit pipi gembul milik Anna dan membuat pemiliknya meringis kesakitan.
"Auwww sakit nona," jawab Anna, adik Jinie sedikit mengaduh dan mengelus pipinya setelah mendapatkan cubitan.
Anna terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya dan mengenakan mahkota emas di kepalanya itu, Yin menggelengkan kepalanya manakala kata sempurna terlintas muncul di kepalanya dan Rose tersenyum mencurigakan saat melihat pandangan Yin dan Anna.
"Rose ya, lihatlah sepertinya Jin menyukai bocah seperti Anna," bisik Hara, memandangi kearah depan.
"Ehmmmm, sepertinya bisa jadi, kita lihat nanti saja kedepannya," jawab Rose, merasa belum yakin dengan ucapan Hara barusan.
Yin menggelengkan kepalanya dan jangan katakan bahwa ia mulai menyukai bocah ini dan umurnya terlihat sangat jauh berbeda dan Anna masih sangat anak-anak tidak pantas untuk di kencani maupun di pacarin.
"Yin Oppa, jangan terburu-buru mengambil keputusan menjodohkan dengan Anna, lihatlah dia masih kecil dan umurnya terlalu muda," ujar Rose, mengingatkan fakta tentang Anna.
Benar apa yang di katakan Rose barusan, jika Cloe saja masih di katakan bocah oleh orang-orang sekitarnya dan apa lagi bocah yang bahkan belum genap sepuluh tahun ini.
Yin tak mau di bilang pedofil kalau berpacaran dengan Anna umurnya yang terlalu jauh darinya itu, meski ia adik dari Jinie sang pengantin.
Suara cempreng Anna menggema hingga terdengar di telinga mereka bertiga dan sedikit di buat gemas olehnya.
Hihihihihihi.
Anna membekap mulutnya dengan kedua tangannya itu dan saat terkekeh lucu di hadapan merek bertiga.
"Yin Oppa kenapa? Kening Oppa dari tadi selalu berkerut seperti itu dan pasti ada yang di pikirkan ya?" ujar Anna.
Suaranya sangat cempreng sekaligus bertanya kepada yang lebih dewasa, terlihat sangat heran melihat pria dewasa di sampingnya itu dan sedikit bingung dengan kedua lainnya yang sedang berbicara dengan Yin Oppa saat ini.
Apa jangan-jangan Yin Oppa kesambet penunggu gedung ini dan membuatnya bergedik ngeri melihatnya, sambil merapatkan tubuhnya dalam pelukannya sendiri untuk menghilangkan rasa takutnya itu.
Anna menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran mengenai Yin Oppa yang menurutnya terkena sambet dan sepertinya ia terlalu sering menonton film horor maupun misteri jadinya seperti ini.
"Hei bocah, kau mengenal diriku?" ujar Yin.
Walaupun sempat sedikit kikuk dan awkward mereka berempat sesaat, maka akhirnya suasana langsung begitu cair saat pria dewasa akhirnya bertanya balik.
"Ehmmm, dari Daddy, katanya nama Oppa itu Yin dan aku benarkan menyebut nama Oppa?"
Anna bertanya lagi supaya tidak ada kesalah pahaman dan menunggu jawaban dari yang lebih dewasa itu.
Yin hanya mengangguk dan tersenyum senang, Rose dan Hara melihatnya dengan pandangan yang berbeda dan pikirannya tetap sama.
Anna tersenyum senang begitu lembar sehingga terlihat dimple di kedua pipinya dan semakin manis di buatnya.
Yin sempat terpana dan terkagum melihat bocah di sampingnya itu dan langsung menepuk-nepuk pipinya sendiri sedikit keras untuk menyadarkan dirinya dan bangun dari kenyataan.
Puk.
Puk.
"Ya ampun, Oppa kenapa menepuk-nepuk wajah tampan sendiri?"
Anna si gadis itu terlihat sangat panik saat Oppa tampan di depannya menepuk-nepuk wajahnya seperti itu dan mengusap-usap lembut pipi pria tampan lebih dewasa darinya itu dan dengan tangan mungilnya itu.
Rose melihat perlakuan Anna kepada yang lebih dewasa, membuat dirinya sendiri sedikit iri dan ingin berteriak histeris moment romantis beda umur itu.
Sempat-sempatnya dia tersipu malu dan merona saat tangan mungil Anna mengelus pipinya begitu lembut dan menenangkan hatinya.
Tiba-tiba kedua orangtua Anna menghampiri putri kecilnya yang sibuk mengobrol dengan orang dewasa dan melakukan moment romantis dengan pria lebih dewasa dari umurnya itu.
"Astaga, anak mommy kenapa jadi genit seperti ini dan mulai berani bikin pria dewasa seperti Jung, Tjin tersipu malu seperti ini?"
Nina mommy Anna muncul di depan mereka berempat dan hal itu membuat Yin bertambah merah wajahnya sekaligus tersipu malu saat kedua orangtua Anna muncul di sini.
"Ishhh mommy, Yin Oppa menepuk-nepuk wajahnya sendiri dan aku sangat khawatir saja," ujar Anna, mengadu kepada sang ibu dan memeluk tubuh mommy begitu erat.
Nina dan Alex menatap pemuda seumuran Arse tersebut di depannya itu dan tersenyum hangat dengan pria itu, walaupun belum terlalu mengenalnya ia harus ramah kepada siapapun itu.
"Kau baik-baik saja Yin?"
Nina bertanya sangat khawatir dan khawatir dengan putrinya menjahili pemuda ini dan sedangkan Anna mendengar mommynya berbicara dengan Yin Oppa, hanya bisa menyimak dan menenggelamkan wajahnya di pelukan mommnya sendiri.
"Aku sangat baik-baik saja nona dan lagi pula juga sudah lebih membaik," jawab Yin, dengan cepatnya tanpa ada keraguan.
Tiba-tiba Anna mendorong kursi roda Yin Oppa tanpa permisi dan meninggalkan kedua orangtuanya yang tidak menyangka dengan sikapnya ini dan mengabaikan Rose nona sedikit tercengang dengannya ini.
"Anna ayo ikut momy. Kita ke bangku depan, dekat dengan kakakmu yang kini jadi pengantin!" ujarnya, membuat Anna mengangguk.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Turisa
berasa percakapan drakor oppa unie🤣😁
2023-03-05
0