BERLAKU ROMANTIS

Pipi Jinie kembali merona saat melihat penampilan sang suaminya seperti dirinya sekarang dan membuat debaran hatinya berdetak tidak karuan, ingin rasanya berteriak hingga berguling-guling di lantai saat melihat tubuh toples sang suami dengan badan atletisnya itu.

'Ya ampun, apa yang harus aku lakukan? Malu sekali,' batin.

Tiba-tiba dalam kamarnya berubah menjadi panas dan Jinie menjadi sangat gelisah belum siap melihat penampakan suaminya yang polos tanpa sehelai pakaian.

Tubuh Ran Oppa terlihat sangat sempurna dan tubuhnya atletis kekar, membuat Jinie salah tingkah dan harus menelan air liurnya secara kasar.

Ran kembali mendekap tubuh mungil itu di bawahnya dan memberikan kecupan hangat di kepala sang istri, selain itu, sangat gemas saat melihat Jinie terlihat salah tingkah dengan penampilannya sekarang.

Ia membenamkan wajahnya di leher jenjang milik sang istri dan sambil memeluk tubuh ramping itu dengan erat.

Mengecup-ngecup kecil bagian itu yang sangat mulus dan beraromakan lavender, membuat sangat nyaman dengan bau tubuh sang istri, tangan kanan Ran menjelajahi tubuh mulus Jinie dengan sangat pelan, sehingga menemukan sesuatu membuat jakun itu naik turun dengan kasar.

Arghhhhhhhh.

Jinie memekik kecil mana kala tangan besar sang suami meremas dua buah gundukan miliknya dengan sangat kuat dan membuatnya semakin di buat gelisah.

Lagi pula ia tidak bisa menolak keinginan sang suami yang sudah di balutin nafsu dan ia hanya mengikuti semua permainan yang di buat oleh suami tampannya itu.

Selain itu, ia sudah menjadi istri sah yang mana harus menurut kemauan sang suami dan itu sudah menjadi kewajiban seorang istri yang patuh terhadap suami bertanggung jawab lahir maupun batin seperti Ran Oppa.

Jinie menggelengkan kepalanya ke kanan maupun kiri, di mana tangan kekar itu semakin tak terkontrol dan remasannya membuat Jinie tidak berdaya sedikitpun, ada sensasi perih dan nikmat menjadi satu yang di rasakan saat ini.

Ran hanya tersenyum saat melihat istri mungilnya itu tersiksa dan bercampur nikmat atas ulahnya, ia sangat menikmati mendengar suara ******* sang istri begitu indah di dengar.

"Gimana sayang," bisik, meniup pelan telinga istri mungilnya itu.

Jinie hanya terkekeh geli dan mesem-mesem saat telinganya di tiup-tiup pelan seperti itu dan membuat pipinya merona seperti tomat merah, selain itu, sebenarnya Jinie sangat malu dan tidak mempunyai muka lagi untuk menatap wajah tampan milik suaminya itu.

"Ahhh Oppa, aku malu," ujarnya, dengan suara manjanya dan wajahnya tambah berkali lipat manis nan cantik.

Jinie terpesona dengan aura yang di miliki istrinya itu dan bakal selalu memujanya tanpa melihat wanita lain manapun itu.

Ran terdiam saat tangan kekar suaminya sudah lepas setelah meremas buah itu dan membuat ia memasangkan wajah bingung sehingga kerutan di dahinya tercipta.

Tapi, ada adegan selanjutnya yang mana membuat Ran sedikit was-was dan menahan nafasnya secara bersamaan.

Suami tampannya itu berada tepat di bawah pusat tubuh rampingnya itu dan mengarahkan sesuatu yang terlihat besar dengan ukuran segitu.

Ini adalah pengalaman pertama bagi Ran dalam hidupnya dengan orang yang di cintainya, walaupun dulu pernah melakukan itupun dengan paksaan orang lain dan tanpa ada cinta sedikitpun.

"Baby, percayakan semuanya padaku dan tidak bakal terjadi apa-apa maupun sakit, yang terpenting kamu harus lebih tenang supaya tidak merasakan sakitnya," ujar Ran, begitu lembut sehingga membuat Jinie menjadi lebih tenang walaupun deru nafasnya menggebu-gebu dan tak dapat menyembunyikan.

Ran pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya mempercayakan dirinya dan cintanya bahkan seluruh hidupnya pada pria tampan yang sudah menjadi suami sahnya sekarang.

Jinie sudah tak ada lagi keraguan untuknya melangkah bersama dengan suaminya ini.

Semua ketakutan yang di alami di masa lalu telah di patahkan dengan kehadiran pria tampan yang sekarang menjadi suaminya dan saat ini sedang mengungkungnya dalam selimut tebal dan sedang bermesraan satu sama lainnya.

Jinie tertegun saat tangan kekar itu membelai rambut panjangnya itu dengan lembut, walaupun rambutnya basah berkeringat dengan situasi seperti ini, mengecup kening Jinie dengan sangat mesra selain itu tidak lupa dengan bibir merekah yang di miliki olehnya itu.

"Oppa," ujar Jinie, terlihat gelisah berada di bawah tubuh kekar suaminya.

"Ada apa baby?" jawab Ran, membelai kembali rambut panjang milik sang istri.

"Aku takut," ujar.

"Takut kenapa?" jawab Ran, bertanya dengan pelan melihat kedua mata sang istri sudah mulai berkaca-kaca dan membuat Jinie merasa tidak enak.

Jinie hanya terdiam dan memejamkan matanya saat mendapatkan kembali belaian di rambutnya dengan lembut dan membuatnya semakin tenang hingga melupakan segalanya.

"Sayang, kamu tidak perlu takut lagi, di sini aku akan selalu ada di samping mu dan memperlakukan dengan cara lembut," ujar Ran, di dalam hatinya ada rasa bersalah dengan istrinya dan satu sisi ia ingin malam ini menjadi penuh cinta dengan.

"Arghhhhhhhh, Oppaaaaaaaaa," teriak Jinie, saat sesuatu besar yang menerobos begitu saja dan membuatnya semakin memejamkan mata saat merasakan sakit di area itu, saat Ran kembali menekankan dalam sekali hentak semuanya terbenam di dalam, dari pelan hingga bringas lebih cepat membuat suara tapakan kaki kuda menghiasai dengan iringi desisan Jinie.

Semua terasa bagai bayangan mereka berdua dan ada rasa sensasi kenikmatan bercampur rasa cinta yang meluap-luap, membuat keduanya terdiam sejenak dengan saling memeluk satu sama lainnya dan Ran tidak menggerakkan supaya sang istri terbiasa dengan punyanya dengan ukuran jumbo.

Suami tampannya itu mengecupi wajah Jinie itu bertubi-tubi dan membuat sang empu di buat terkekeh geli.

Saat Ran melihat Jinie yang sudah lebih tenang barulah ia menggerakkannya dengan cara perlahan dan dengan ritme seimbang, membuat mereka berdua menikmati satu sama lainnya dan tidak ada salah satupun dari mereka berdua merasakan sakit dengan kegiatan panas ini.

"Pelan-pelan oppaaa," ujar Jinie, mengalungkan kedua tangannya di leher Ran.

Ran tersenyum lebar dan mengikuti apa yang di bilang istrinya itu, apa lagi ini adalah malam pertama bagi mereka berdua dan membuat Ran harus berhati-hati supaya tidak keterlaluan dengan istri mungilnya ini.

"Ini sangat nikmat sayang," bisik Ran.

Apa yang di bilang suami tampannya itu memang benar, ini semua terlalu nikmat dan susah di jabarkan dengan ucapan, bagaimana Ran bisa bertahan dengan situasi seperti ini dan mendapati wanita lain terbaring pasrah di bawahnya ini.

Jadi ini yang di rasakan para pria di luar sana yang sudah menikah dengan pujaan hatinya itu, kebanyakan akan menjadi takluk dan cenderung penurut pada wanita pujaan hatinya.

Mendapatkan wanita yang rela menjatuhkan harga dirinya mengeluarkan suara ******* seperti alunan indah di bawah tubuh kekar miliknya.

Semua pria pada dasarnya terlahir dengan ego dan harga diri yang teramat sangat tinggi, di ciptakan untuk selalu berada di atas dan membuat seseorang dengan rela mendesah di bawah tubuhnya.

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!