FELI ATAU RAN

"Jinie, Appa sudah bilang kamu harus akhiri cinta kalian itu. Appa benar benar tidak suka! sebentar lagi, satu bulan lagi kamu harus mau menerima. Pernikahan pilihan papa. Feli kelurga Unnie Ang lebih baik dan sayang!"

"Appa, Jinie mohon. Ran sangat mencintai Jinie, ia memang tidak mempunyai pekerjaan tetap.Tapi Jinie yakin, dia sosok pria yang baik untuk Jinie kelak."

"Cukup Jinie! Appa berikan waktu, agar kalian benar benar putus tidak bertemu lagi. Jika tidak, Appa akan berlaku kasar pada anak itu. Dia sudah sakiti anak Appa, untuk apa kembali." ujar sang papa.

Beberapa Hari Kemudian.

"Ran! sudah cukup, aku akan kembali. Aku harus menjenguk Appa, aku menyempatkan bertemu denganmu. Karena aku akan dinikahi."

"Jinie, tolonglah. Kita harus pertahankan kisah kita."

"Aku akan pergi sekarang, lepaskan aku!"

Ran pun menghentikan langkah tangan Jinie, tubuhnya tak bisa menolak, debaran cinta mereka memang kuat, meski ia yakin. Jika Ran tengah memperjuangkannya. Tapi sulit baginya semua telah terlambat. Feli sudah masuk mempengaruhi Appa tersayangnya.

"Jinie, aku mohon maafkan aku. Meski kita menjalani diam diam. Aku akan menunggu dan bertahan mencari jalan keluarnya. Apa kau mengerti maksudku?"

Ran berkali - kali memohon untuk menunggu, ingin sekali Jinie menolak, tapi rasanya sulit, tubuh dan perasaan itu tak bisa menolak jika cintanya pada Ran amat besar. Semakin sulit untuk melepaskan, ia pun tak rela jika ditinggal kekasih hati nya yang telah mendalam begitu saja.

"Ran, apa kamu tau resiko nantinya. Keadaanku berbeda dan aku takut?"

"Tidak masalah Jinie, kita akan bertemu di waktu Feli ada di sampingmu, kita bicara padanya minta bantuannya. Meski dengan sembunyi, percayalah beri aku ruang untuk memperjuangkan pada Appa, dan masalah kita nanti. Aku yakin kita bisa melewatinya."

Jinie pun menangis memeluk tubuh pria dihadapannya, ia tak bisa menolak. Cinta memang membuat menjadi mata terasa kabur, ia jelas paham akan resiko nanti yang ia akan dapat. Tapi entah mengapa ia seperti sanggup akan melewati badai kelak jika ia memperjuangkan hati nya bersamanya.

"Terimakasih, aku rindu sangat aku kangen suasana dulu, jangan pernah bercerita pada kedua sahabatku tentang masalahku. Apalagi Cloe aku tidak ingin ia terlibat, kasian ia sudah banyak melewati badai, mungkin ini adalah ujianku untuk menempuh kebahagiaan."

"Ya Jinie, terimakasih tak menolak ku. Maafkan aku, aku janji akan memperjuangkanmu dalam keadaan apapun, situasi apapun."

Dua jam mereka menghabiskan makan, dengan gaya Jinie yang seperti mencari buronan. Pakaian jaket dan topi serta kacamata serba hitam ia keluar bersama Ran layaknya artis drakor, dan membuka nya ketika diwaktu yang aman dan tak terlihat.

"Makasih ya Ran, aku masuk dulu. Juga makasih telah mengantarkan ke rumah sakit menjenguk Appa meski tadi kamu ..."

"Tak apa Jinie, aku paham, kita lakukan perlahan, dan ponselmu dariku itu khusus hanya ada nomorku saja. Untuk berkomunikasi dengan aman, jika kamu tak membalas aku paham ada Feli disampingmu, tapi pastikan simpan dan gunakan dengan aman."

"Siap komandan."

Jinie pun menyambar kilat mencium pipi Ran, dan beranjak pergi. Ia menatap masuk gerbang dan melambaikan tangan masuk kedalam rumah.

Ran hanya bisa mengantar ditepi samping gerbang rumah, melihat Jinie masuk dengan selamat. Ia pun pergi.

"Sekarang aku telah berbaikan dengan Arum, tinggal masalah Feli, aku harus mencari tau tentangnya dan merebut hati Appa Kim untuk merestui hubungan kami." lirih Ran, ia juga bingung karena Yin Ar sang papa, sangat tak menyukai wanita pilihannya juga.

Sabar Ran, cinta memang butuh pengorbanan, semua salahku yang terlambat yang mengabaikan hubungan ini.

Sepanjang jalan yang lelah, Jinie membuat makala'nya kembali, perasaan suasana kini benar berbunga bertemu orang yang dicinta kini telah kembali.

"Aku tidak menyangka jika Ran akan bersikap seperti itu. Semoga saja semua akan baik dan berjalan mulus." ucap Jinie yang memegang pena dan memutarnya ke arah wajah dan pipi dengan lamunan, ia pun membuat makala skripsi kembali ditemani seteguk lemon tea hangat dan sepotong pizza.

Dering ponsel Feli memangil Jinie, ia lupa akan nada yang sama dengan dua ponsel.

"Aku harus merubahnya, jangan sampai salah menjawabnya."

Ia menatap kedua ponsel yang sama itu, merasa seperti sedang selingkuh diam- diam seperti ini. Jinie pun menjawab panggilan Feli kala ponselnya berdering.

Feli berkata , "Sedang apa kamu Jinie nona, kenapa lama sekali mengangkatnya?"

"Aku sedang membuat makala Oppa Feli, kenapa? dan maaf tadi ponsel ku disilent."

"Baiklah cepat sambungkan videocall, aku akan melihatmu dari jauh. Meski aku sibuk di ruanganku, jangan pernah mematikannya!"

Terlihat malas Jinie berdebat, jika pria itu memerintah membuatnya takut.

Jinie hanya menatap ponsel dengan kesal, ingin rasanya mengamuk, mencakar- cakar. Tapi ia tak bisa, karena percuma dicakar hanya sebuah kaca ponsel yang didalamnya memang ada seorang nama Feli.

Kini ia merasa bagai peliharaan dan pria ini selalu membuat ku tak nyaman. Feli benar benar menjadi satpam kehidupan yang abadi. Rasanya sangat tidak nyaman di ikuti setiap nafas dengan pria datar seram besar sepertimu Feli.

Sementara Ran seperti surga jika aku bertemu dengannya, tapi Feli bagai nerakaku tapi entahlah siapa yang akan menjadi surga kehidupanku kelak yang menjadi bagian masa depannya.

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!