Ran dan Jinie pernah putus nyambung, dan perdebatan mereka bak layangan putus yang tersangkut tali lagi. Tak pernah menyangka, kini mereka akan hidup bersama selamanya memutih bersama.
"Jinie apa kamu masih ingat saat kita dulu, sering putus dan bertengkar?" tanya Ran.
Jinie pun mengingat kenangan dahulu, sambil membuka kotak masa sekolah bersama Ran, yang tidak seromantis seperti saat ini.
Ingatan itu adalah :
"Ran, kamu ga bisa seperti ini hubungan kita, sudah lama berakhir. Bukankah kamu juga memutuskan jika aku wanita tak berperasaan?"
"Ran kamu itu pria aneh, kamu pria buruk yang aku kenal. Tolong jauhi aku, jangan pernah muncul di hadapanku!"
"Jinie, please maafkan aku. Baiklah aku akan mengirim share lock nanti malam! Aku tau dia tidak ada kan? Aku akan menjemputmu lewat pintu jendela. Please kali ini saja!"
"Kita saling pikirkan lagi! hubungan kita, apa harus lanjut atau enggak Jinie. Kamu tau kan, aku akan dinikahi oleh orangtuaku!" ujar Ran pergi.
Semua mata memandang dan Jinie segera mengambil buku dan bergegas dari ruangan perpus.
"Cieh! bisa bisanya dia datang lagi. Ran kamu jangan mempersulit hatiku, hidupku sudah sulit tak tentu."
Auch.. air mata apa ini kenapa jatuh, Jinie pun mengusapnya, entah kenapa perasaan ini sikap ini. Harusnya aku ga bertemu pria yang mengatakan jika aku adalah wanita buruk, tapi kenapa dia datang lagi? bahkan rasa cinta Jinie sangat dalam pada sosok pria bernama Ran si pria beda marga.
Sebal!! Sebal!! Gemuruh Jinie. Ia terdiam dengan mengepal membulat kertas tak tau arah.
"Kenapa kamu Jinie, kusut sekali macam itu ye?"
Cloe, mendekat wajahnya kehadapan Jinie yang berada dimeja kampus.
"Apaan sih kalian ini, aku sedang badmood tak ingin diganggu!" kedua temannya pun duduk di samping Jinie. Menatap penuh tanya, karena mereka yakin terjadi sesuatu hal.
"Untuk apa kalian duduk disini, lagi pula aku tidak apa santai aja. Kalian lebih baik fokus materi kita ini ya! Aku dah senyum kok, tadi masih kesel aja sama wanita tadi yang aku tabrak." Jinie mengeles, padahal Cloe dan tau jika Jinie bertemu mantannya yakni Ran si pria kaki nan tampan.
"Owh! gitu toh kirain wajahmu berubah kenapa, benar - benar macam kasut yang telah dipakai tak dicuci berbulan bulan kau Jinie."
"Udah deh, jangan ngeledek terus. Mending perhatiin aja dosen kita cool ya?"
Jinie tersenyum dan kembali akan makala yang harus diselesaikan. Setelah mendengar Jinie berbicara tak sehat.
"Eeeiikh, tadi bilang apa kamu, Jinie mulai kumat deh. Bae - bae jelalatan nanti ada yang kambuh cowonya datang,"
Unnie Cloe meledek, tapi Jinie nona hanya memutar malas untuk berdebat, karena yang dimaksud Cloe adalah Ran. Kekasih yang tak di inginkan yang selalu egois membuat hubungannya tidak jelas, sudah putus nyambung sebanyak empat kali.
Dan lepas pulang kuliah, benar benar ia dikejutkan dengan Ran yang kembali menemuinya.
"Kamu lihat apa Jinie?"
Ran, tiba saja datang sudah duduk disampingnya. Jinie memutar mata jika yang ia lihat hanya salah, tapi memang jelas di sampingnya adalah mantan kekasih yang ia cintai.
"Ran please! kamu jangan disini! Aku gak mau kamu dekat sama aku!"
Ran tetap pada pendiriannya. Ia memakaikan jaket hitam pada Jinie, topi hitam dan kacamata, menggulung rambutnya masuk kedalam topi. Sehingga wanita dihadapannya terkejut dan tersenyum.
"Oke! kalau begini kamu aman. Sekarang kamu mau ikut aku sebentar atau duduk seperti ini?" Jinie pun luluh.
"Baiklah, aku akan ikut padamu."
Ran, pun tanpa aba- aba langsung menarik tangan Jinie, berjalan cepat masuk kedalam mobilnya.
Lama terdiam duduk diparkiran, ponsel Jinie bergetar. Oppa Feli menanyakan apa ia sudah sampai rumah, tapi ia membalas sedang dalam perjalanan dan akan sampai rumah.
"Feli kenapa kamu memperlakukanku, seperti ini, aku seperti hewan peliharaan. Suasana tanpa cinta layak paman di dekatmu rasanya tak nyaman karena Unnie." batin Jinie yang membuka ponsel dan menutup lipat ponselnya.
"Kenapa kamu tidak minta, kamu tidak ingin dijodohkan dengannya?" tanyanya pada Jinie.
"Ran, kamu itu tidak tahu Feli. Bukankah kamu juga akan dijodohkan, begitupun aku. Aku juga lelah, bingung kenapa kedua orangtua kita tidak merestui? apalagi aku harus dijaga oleh oppa Feli sampai aku benar benar mendapatkan cinta sejati, semua tanpa dia restu aku tidak boleh dekat dengan pria manapun."
Dua puluh menit berlalu saling hening diam didalam mobil.
"Jinie, tatap mata aku, sekarang please!"
Ran, yang dari tadi memegang setir mobil diparkiran menatap intens wanitanya.
"Ran, kita tak boleh seperti ini. Kamu sudah .... ?"
Namun jari telunjuk Ran mendarat sempurna ke bibirnya, agar Jinie diam tak banyak bicara.
"Aku tau dan aku tidak akan berhenti untuk mengikutimu. Meski harus sembunyi sembunyi dan kamu menyamar. Jika dekatku dengan penyamaran seperti ini. Aku rela, sampai benar benar kamu milik seseorang aku akan berhenti. Jinie maafkan aku, aku ingin kita saling dekat lagi seperti ini!"
"Ran tapi, .."
Jinie sedikit panik, tapi Ran menggenggam tangan Jinie dan mengecup jari jemarinya.
"Maafkan aku, percayalah aku pernah membuatmu kecewa. Maafkan aku pernah bersikap dan mengabaikanmu. Tapi kamu tau, aku tak bisa menghilangkan kamu didalam hidupku. Semakin jauh aku semakin cinta bertambah dan tumbuh."
"Apa kamu mau menerimaku kembali, kita sama sama memperjuangkannya?"
"Ran, aku! aku gak bisa melibatkanmu, aku takut kamu celaka nanti! kita sudah putus nyambung empat kali, dan itu larangan Appa untuk aku menjauhimu. Ottoke, aku tidak bisa hubungan seperti ini." lirih Jinie.
"Jinie, please! meski aku celaka olehmu. Aku akan berhenti jika Feli benar - benar melamarmu dan dia benar mencintai melindungimu. Izinkan kita kembali lagi. Aku mencintaimu, meski sadar aku salah di waktu yang tidak tepat!"
Aku ingin di sampingmu, membantumu, dan jadilah Jinie yang tegar berani, aku tau posisimu sulit.
Kita akan coba hadapi. Aku akan membantumu, dan memperjuangkannya. Akan ku tebus apapun luka yang membekas karena telah mengabaikanmu, dalam hubungan kita.
Jinie terbawa suasana ia bingung harus berbuat apa ketika Ran, memaksa untuk kembali padahal Feli hanya paman yang mengaku tunangannya saja.
"Ran, aku bisa apa meski aku takut? Aku takut suatu hari musibah menghampiri lebih kuat dari sebelumnya, aku pun menderita jika kita berpisah darimu."
Cinta memang membuat mata tertutup, tapi dengan kekuatan cinta, semua masalah pasti tak mungkin jika tak ada jalan keluarnya.
akan kah kamu bisa melewatinya bersamaku.
Hari itu, Jinie sadar jika cinta pertamanya ada pada sosok pria bernama Ran. Begitupun sebaliknya. Tapi jeruji penghalang restu dan keluarga mereka masing masing telah menjodohkan pada pasangan yang dianggap baik untuk bagi keluarganya karena keegoisan Ran dahulu, sehingga kembali pun tak mudah.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments