Di tempat lain ada Arse dan Cloe, pasangan yang membuat ribet acara mereka, bisa bisanya mereka video call meminta sesuatu pada pasangan pengantin saat ini.
Jinie melihat ekspresi Cloe yang terlihat imut dan menggemaskan, hanya bisa terkekeh dan menahan tawa dengan kelakuan random ibu hamil tersebut.
"Aigo, ibu hamil lucu sekali," jawab Jinie dan Ran memuji supaya ekspresi Cloe kembali terlihat tidak suram seperti sekarang.
Sebenarnya Ran sedikit was-was dan berharap kepada Cloe yang sedang hamil ini, supaya tidak memesan sesuatu yang mustahil dan sangat aneh, seperti minta anak duyung dan serigala berbulu domba.
"Ishhh nona, aku serius!" ujar Cloe, masih menekukkan wajahnya sedikit kesal itu.
"Sebenarnya apa yang kau minta Cloe? Jadi katakan saja apa yang kau inginkan sekali lagi Cloe!"
Ran bertanya kembali kepada ibu hamil dengan nada lembut dan pada si kecil di seberang sana, berharap Cloe tidak meminta yang sangat sulit maupun aneh-aneh terhadap dirinya. Cloe sendiri adalah sepupunya Ran.
Jinie duduk bergabung di sebelah sang suami dan berharap-harap kepada istri Arse untuk tidak meminta yang aneh-aneh dan menunggu jawaban Cloe yang sedang mengingat di seberang sana.
"Ehmmm nona, jangan lupa belikan aku manisan mangga, beberapa coklat yang enak di kota sana, bawakan aku kripik gurih yang terkenal di sana dan manisan buah lainnya nona, bawakan semua pesanan aku itu ya!"
Setelah menyebutkan apa yang di inginkan Cloe dan tidak lupa memperingati Ran, dan Jinie nona untuk membawakan pesanannya itu dan dua pasangan yang baru menikah ini hanya menarik napas lega dan setidaknya Cloe tidak meminta pesanan yang aneh-aneh kepada mereka berdua.
"Udah itu aja Cloe ah persenan mu dan tidak ada yang lainnya?" tanya Ran.
Dalam hati Ran berharap tidak ada tambahan lagi dan membuat ia bersama suaminya itu sedikit kesulitan dengan kemauan ibu hamil itu.
"Ehmm, oh ya nona, jangan lupa bawakan aku gorila!" jawab Cloe, tersenyum senang di seberang sana.
Mereka berdua saling tatap satu sama lainnya saat mendengar keinginan ibu hamil yang menurutnya mustahil dan sangat aneh.
"Gorila?" ujar Ran, mengambil ponsel yang berada di telinga istrinya itu dan bertanya pelan kepada adik iparnya itu.
"Iya Oppa, jangan lupa bawakan gorila untukku," jawab Cloe.
"Tapi, itu terlalu besar Cloe dan gimana cara bawanya ke sana?" ujar Ran.
Mereka berdua langsung membayangkan gimana membawa gorila yang terlihat besar dan sangat mustahil untuk membawanya pulang ke rumah.
"Aku mohon Oppa, bawakan gorila ke rumah," jawab Cloe.
"Itu terlalu besar Cloe dan tidak mungkin untuk di bawa pulang dari sini, gimana kalau miniaturnya saja dengan bentuk gorila dan anak-anaknya, kalau kamu mau nanti Oppa belikan satu set dari sini?" ujar Jinie, membujuk adik iparnya supaya mau dengan usulannya itu.
Mereka berdua menjawab bersama dan menghilangkan rasa stress mendengar keinginan adik ipar dari suaminya itu dan Ran masih tidak menyangka dengan ibu hamil dengan kemauannya yang di luar nalar dan hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Ran sangat yakin bahwa sang suami tidak bisa menolak apapun saat sang adik ipar memintanya sesuatu.
Tidak ada jawaban dari seberang sana dan membuat kedua pasangan itu hanya menunggu jawaban dari Cloe yang sedang berfikir itu dan berharap adik iparnya itu setuju dengan usulannya.
"Iya Oppa, aku mau satu set gorila dengan anaknya dan jangan lupa bawakan untukku," jawab Cloe.
Ran dan Jinie langsung menghela nafas lega saat mendengar Cloe setuju dengan ide suaminya itu dan Cloe sempat tampak terdiam sejenak sebelum tiba-tiba berceloteh kecil dan membuat kedua pasangan ini sedikit tercengang.
"Jinie nona, apakah kau sudah membuatkan adik bayi kelinci bersama Ran Oppa?" ujar Cloe, begitu polos.
Jinie yang mendengar ucapan adik ipar dari suaminya itu membuat pipinya merah merona dan tersipu malu, sedangkan sang suami tersenyum misterius dan menyeringai kearahnya.
Tanpa basa-basi Ran langsung mematikan telfonnya begitu saja dan membuat yang di seberang sana kebingungan sehingga mengerutkan keningnya.
Ran menaruh kembali ponsel sang Istri berada di meja samping kasurnya dan tiba-tiba kedua matanya di tutupi oleh tangan kekar suaminya.
Jinie sempat terkejut dengan hal yang mendadak seperti itu dan hanya bisa menghela nafas ulah sang suami tampannya Ran.
Suami tampannya itu menuntunku berjalan entah kemana dan Ran hanya bisa percaya pada sang suami tampannya itu, walaupun hatinya berdetak tidak karuan dengan ini semuanya, rasanya membuat Ran sangat penasaran dengan kelakuan suaminya itu.
'Ehmm, aku sangat penasaran dengan kejutan yang di berikan Jinie Oppa untukku,' batin Ran.
Setelah berjalan beberapa lama dan membuat kaki Ran sedikit pegal, kedua tangan Jinie di lepas dan membuat Raon membuka kedua matanya, berkedip-kedip sejenak untuk menyesuaikan diri dengan suasana terang sejenak, ini adalah sebuah ruangan yang sangat cantik sudah di desain sedemikian rupa.
Hanya ada meja makan dan dua kursi berwarna putih di sana dan di baluti pita berwarna pink, di atas meja ada dua buah lilin yang sangat menenangkan diri berwarna hijau.
"Wahhh, cantik banget Oppa ruangan ini," ujar Ran, memuji ruangan ini dengan tatapan yang sangat takjub dan menelisik setiap ruangan yang ada di sini.
Jinie hanya tersenyum saat mendengar pujian dari sang istri dan melihat kearah Ran yang dari tadi selalu tersenyum dengan kejutannya ini.
Belum lagi masih ada kejutan yang berada di ruangan ini dan lantai di penuhi oleh taburan bunga mawar merah terlihat sangat cantik dan masih segar di pandang.
Ran melihat kearah meja makan yang sudah di penuhi oleh beberapa makanan dan minuman sekaligus penutup makanan, ada beberapa kesukaan Ran maupun Jinie yang sudah tersedia di meja itu, yang pastinya terbebas dari bahan-bahan yang bisa membuatnya alergi.
"Ayo sayang," ujar Ran, menuntun sang istri untuk duduk di meja makan sambil menarik kursi dengan sangat pelan.
Ran yang di perlakukan bak ratu di dongeng membuat pipinya kembali merona dan tidak lupa berterima kasih kepada suaminya itu.
Selain itu Ran baru sadar setelah kearah sebelah di mana mereka berdua berada di tempat yang sangat tinggi.
Dinding di ruangan ini terbuat dari kaca yang sangat kokoh dan kerlip lampu dari kejauhan terlihat dari bawah pandangan mereka.
"Sebenarnya kita berada di mana Oppa?" tanya Jinie, sedikit bingung dengan tempat ini dan apa lagi berada di ketinggian.
Ran bertanya pelan kepada sang suami dan menatap lurus melihat Jinie di malam hari ini terlihat makin tampan dan gagah, membuat ada desiran aneh itu dan membuat Jinie sedikit gugup.
Ran meraih jemari sang istri dan di genggamannya begitu erat, meraih tangan mungil itu dan memberikan kecupan hangat dan membuat pipi sang istri tambah merah merona.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments