Di negara yang lain Jinie dan Ran menikmati bulan madu dengan suka cita dan rasa sayang satu sama lainnya bertambah besar.
"Hehehehehehehehe, rasakan adik kecilku, kau pikir menghadapi nafsu besar mentah itu emang enak? Apa lagi Cloe sedang mengandung dan merasa cepat lelah, mana mungkin adiknya tega meminta melayani keinginannya itu dan harus bersabar menunggu kandungan Cloe menjadi lebih kuat!" ujar Ran, tidak lupa dengan seringai jahilnya itu dan muncul di wajah yang masih terkekeh.
Permainan mereka berdua telah selesai beberapa saat yang lalu dan Ran juga sudah terlihat sangat lelah dan mengantuk, Ran tidak bisa memaksakan istri mungilnya itu mengikuti hawa nafsu besarnya ini, saat ini istri mungil nan manisnya itu sedang meringkuk sambil memeluk tubuh kekarnya dan menenggelamkan wajahnya di bidangnya ini dan deru nafas Jinie terdengar di telinga Ran dengan lembut.
Ran mengelus-elus rambut Ran dengan kasih sayang dan tidak lupa memberikan kecupan hangat di kening istri mungilnya dan ia melirik kearah jam dinding di mana sudah menandakan sekitar pukul lima pagi.
"Terimakasih sayang atas hari ini," ujar Ran.
Ran ikut memejamkan matanya sambil menyeringai mana kala mengingat sang adik terus mendengar seperti keledai bodoh dan tiba-tiba telfon di matikan begitu saja dan Ran sudah yakin bahwa adiknya itu sangat kesal dengannya.
"Misi selesai!"
Pagi hari menjelang siang Arsenmemijit pelipisnya dengan kasar, ada masalah di kantornya dalam proyek terbarunya itu dan membuat dirinya sedikit pusing dan lelah berpadu menjadi satu, apa lagi ini proyek terbarunya sangat besar dan di bandingkan sebelumnya.
Saat ini Arse sedang memanggil para karyawannya untuk datang ke dalam ruangannya dan membahas masalah ini, apa lagi semua karyawannya yang telah di panggil berwajah tegang dan datar penuh raut cemas saat di panggil masuk ke dalam ruangan ini.
Hari ini suasana hati seorang Arse sedang tidak baik-baik saja dengan masalah kantornya dan sedang berdiri di depan para karyawan seperti seorang penagih utang kepada yang meminjamnya.
Beberapa menit yang lalu, Feli baru saja meninggalkan ruangan tersebut dengan suasana yang sangat menegangkan dan perginya Feli menambah suasana menjadi lebih tegang dan tidak ada yang berani bicara terlebih dahulu.
Saat ada tuan Feli berada di dalam satu ruangan ini suasananya tidak terlalu menegangkan dan para karyawan masih bisa bernafas dengan longgar, pasalnya Feli asisten yang di ketahui para karyawan sebagai sahabat terdekat bos Arse sebagai direktur utama dari perusahaan ini dan suasananya jauh lebih cair.
"Jadi?" ujar Arse, sambil menaikkan sebuah amplop berwarna merah yang berisikan dokumen-dokumen penting yang sedang mereka semua bahas.
Tidak ada satupun karyawan yang berani menjawab setelah boss Arse bicara dengan nada dingin dan wajahnya yang datar, membuat karyawan yang berada di ruangan ini seperti ingin pingsan dan tubuhnya sangat lemas.
"Ini dokumen banyak keliruan dan ada beberapa yang tidak masuk akal, apakah ini salah satu dari pihak sana?" ujar Arse, dengan suara tegas sekaligus sekali lagi bertanya dengan para karyawannya.
Salah satu dari mereka umurnya sekitar tiga puluh lima tahun tidak bisa bicara apa-apa dan hanya menelan air liurnya, tak berani menatap ataupun menjawab pertanyaan dari boss berwajah datar dan sikapnya dingin seperti es di kutub Utara, di lihat-lihat boss mereka seperti serigala yang siap memangsa siapapun itu dan membuat beberapa karyawan hanya menundukkan kepalanya ke bawah dan memandang sepatu masing-masing.
'Semoga saja ada keajaiban,' batin si A.
"Dari pihak perusahaan kami sudah sepakat bekerja sama itu dan pada kenyataannya mereka hanya menggunakan cara mereka boss, jadi apa?"
Ketua dari para karyawan lainnya itu terhenti saat melihat wajah Arse semakin keruh dan membuat suasana di ruangan ini semakin menegangkan dan panas, yang lainnya hanya bisa terdiam dan sangat was-was melihat suasana di sini semakin kacau.
"Seberapa besar perusahaan kita mengalami kerugian kali ini dan kenapa bisa terjadi?"
Arse sedikit pusing dengan masalah ini dan keningnya berkerut dalam menangani kasus di perusahaannya dan rahangnya mengeras, ingin rasanya meluapkan emosinya dengan para karyawannya yang tidak bisa berkerja dengan benar.
Tidak ada satupun karyawan yang menjawab pertanyaan Arse dan melihat pekerjaannya hanya berkomat-kamit tidak jelas seperti sedang berdoa di depannya dan membuat masalah ini tidak ada kelar-kelarnya, para karyawan berharap agar ada sosok malaikat yang bisa menolong mereka dari malaikat kematian yang sedang marah besar dan hawa di sini semakin panas tak terbendung.
"Chang, masuk ke ruangan ku sekarang juga!" panggil Arse, melalui dari telefon kantor di ruangannya dan menyuruh sekertarisnya itu untuk masuk ke dalam ruangannya.
Tak lama kemudian, gadis muda nan cantik sekertarisnya itu masuk dengan wajah sama seperti karyawan yang lainnya.
"Iya pak," jawab Chang, sedikit gugup melihat suasana di dalam ruangan ini semakin menegangkan dan membuatnya takut melihat kearah bossnya.
"Hubungi pihak Tuan Akari dan buat perjanjian untuk mengadakan pertemuan mereka membahas permasalahan ini!" ujar Arse, dengan sangat tegas tanpa bertele-tele dan tak terbantahkan sedikitpun.
Chang hanya mengangguk kepalanya dengan sangat cepat tanpa membantah dan segera berpamit dari ruangan ini tersebut tanpa melihat kearah yang lain.
Arse memandang para karyawannya dengan ekspresi dingin dan garang pada bawahannya itu, entah mengapa hari ini emosinya tak terkontrol sedikitpun karena masalah ini.
"Kenapa kalian semua tidak lebih sigap dan cekatan dalam masalah ini? Jika kalian lebih awal menemukan sesuatu yang mengganjal ataupun ada yang aneh bisa laporkan ke saya lebih cepat, jadinya tidak bakal terjadi seperti ini dan siapa yang bakal bertanggung jawab dalam masalah ini? Kalian semua ini seperti anak baru saja yang sedang magang baru beberapa hari saja?"
Arse mengeluarkan kata-kata pedasnya kepada para pekerja dan membuat mereka hanya bisa terdiam dan membungkam, para pekerja hanya bisa menundukkan kepalanya semakin dalam tanpa berani melihat wajah bossnya yang sedang marah besar itu.
Arse bahkan jauh lebih jenius dan profesional dalam masalah seperti ini dari mereka semua dan hanya cuma beda umur saja jauh dari pada para karyawan yang umur jauh dari Arse.
Beberapa dari karyawan perusahaan yang sangat ahli adalah kepercayaan bagi Arse dan kedua orangtuanya terutama Appanya, apa lagi ini perusahaan di bangun dari jaman kedua orangtuanya sangat sulit dan sekarang sudah menjadi sukses di negara ini.
Di dalam ruangan ini hanya ada keheningan dan para karyawan semakin bungkam tidak ada yang mau bicara sedikitpun dengan masalah ini.
Tiba-tiba pintu ruangan Arse di ketuk dari luar sedikit lebih kencang dan terbuka tanpa di persilahkan oleh Arse terlebih dulu.
Buk.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments