Jin sendiri tak mampu berkata-kata saat kursi rodanya di dorong dan meninggalkan yang lainnya begitu saja tanpa berpamitan.
"Aku ajak Jin Oppa untuk menemui paman Ran saja terlebih dahulu," ujar Anna.
Jin hanya bisa terdiam mengikuti kemana bocah ini membawanya dan tanpa bertanya-tanya.
"Jin ah, apa kabar?" ujar Jinie, bertanya kepada rekan bisnis yang datang mendekat.
Sebenarnya Jinie menatap takjub dengan kehadiran Jinie rekan bisnisnya yang mendekat kearahnya dan merasa heran dengan keponakannya yang bisa mengenal Jin ini.
Jin tersenyum canggung saat dirinya sudah berada di hadapan Jae rekan bisnisnya itu.
"Baik, selamat atas pernikahan kalian berdua dan selamat berbahagia Ran," ucap Jin, sembari memberikan selamat dan tidak lupa menundukkan kepalanya.
Jinie dan Ran tersenyum bahagia saat melihat perubahan Jin yang membaik dan merasa sangat senang bisa berteman dengannya.
Benar apa yang di katakan Jae suaminya waktu itu, ternyata memaafkan itu rasanya sangat luar biasa dan membuat hatinya jauh lebih tenang dan tentram, berdamai dengan permasalahan di masa lalu itu ternyata sangat indah dan membuatnya bisa menjadi pelajaran.
"Aigooo, Anna kau kenal Jin Oppa di mana?" tanya Ran, merasa penasaran dengan adik istrinya yang imut.
"Ehmmm,"
Anna berfikir saat di tanya oleh Ran dan tidak langsung menjawabnya begitu saja.
Ran hanya menggelengkan kepala melihat keponakan nya kini terlihat sangat menggemaskan dan membuat hidup Ran sekarang bahagia saat memaafkan orang yang telah menyakiti dirinya di masa lalu dan sekarang sudah menjadi lebih cerah.
Membuat pundaknya yang awalnya terasa berat dan kaku, kini sekarang menjadi lebih ringan dan mendadak lega tidak terbebani seperti dahulu.
"Jadi gini Ran oppa, aku bertemu dengan Jin Oppa di depan sedikit kesulitan saat mendorong kursi rodanya, jadi aku yang mendorongnya hingga sampai ke sini," jawab Anna, dengan polosnya tanpa di tutup-tutupi dengan orang dewasa.
"Astaga Jin ah, aku memang sangat berharap kau itu menemukan seseorang yang bersedia mendorong kursi rodamu itu dan bukan dengan bocah keponakanku ini juga untuk melakukannya!"
Jae baru saja menyadari keberadaan sang keponakan kecilnya di sisi pria itu dan menaikan satu alisnya dengan kebingungannya sendiri.
"Apa yang kau bicarakan Oppa dan tidak baik bicaranya seperti itu,"
Jin sempat nyaris menjerit saat Jae rekan bisnisnya bicara seperti itu dan mengatakan hal tersebut.
"Kenapa kau menempeli paman ini Anna?" ucap Jae, bicara kepada keponakan kecilnya itu.
Anna hanya berkedip-kedip lucu seperti tingkah Cloe nona saat di tanya seperti ini dan Jin nyaris memekik gemas melihat tingkah lucu ekspresi Anna seperti ini.
"Astaga, yang benar saja kau Jung, masa berfikir bahwa aku ini pedofil?" ujar Jin, menaikkan sebelah alisnya dan mengerutkan keningnya.
Ran terkekeh geli saat melihat ekspresi Jin seperti itu dan merasa tidak menyangka dengan pikiran suaminya itu.
Jae menatap Jin setengah mengejak dan membuat orang yang di tatapnya merasa serba salah dan salah tingkah saat bersama Anastasya.
"Pedofil itu apa Oppa?" celetuk Anna si bocah.
Mereka bertiga langsung terdiam saat Anna mengajukan pertanyaan seperti itu dan membuat dua pria harus berfikir lebih keras supaya mendapatkan jawaban untuk memberitahu kepada bocah ini.
"Pedofil itu seperti ehmmm, contohnya kayak gini Anna, jadi Arse Oppa menikahi Cloe nona dengan umur yang berbeda sangat jauh, usianya terpaut jauh sekitar tiga belas tahunan," ujar Jae, menjelaskan kepada keponakannya mengenai pedofil.
Anna hanya terdiam mencerna penjelasan dari Oppanya itu dan berfikir keras apa yang di maksud oleh orang dewasa.
"Ohh, maksud Jae Oppa, berarti Arse Oppa pedofil ya?" jawab Anna, begitu polos sehingga sekitarnya menahan tawa dengan ucapannya itu.
Jinie mempelai wanita menepuk jidatnya saat mendengar ucapan adiknya barusan dan tidak melanjutkan percakapan tentang pedofil.
"Cloe itu sudah terlihat sangat dewasa dan malah semakin dewasa, sedangkan Anna dia itu masih di bawah umur?" ujar Jinie.
Jin menatap bocah yang berada di sampingnya itu tengah sibuk melihat sekitarnya dan acuh tak acuh dengan obrolan orang dewasa ini.
Anna sedang merapihkan rambut panjangnya saat terkena angin luar dan lalu menoleh pada Jin Oppa di sampingnya itu, sesaat sempat terpaku lalu tersenyum manis menampilkan dimple di kedua pipinya itu.
Jin menatap lagi bocah yang masih berada di sampingnya masih menampilkan senyuman menawannya itu dan ia pun ikut di buat tersenyum olehnya.
Jinie dan Ran saling tatap melihat dua orang di depannya berbeda usia begitu jauh.
Mereka berdua terkekeh geli mana kala melihat Jin menatap aneh pada Anna yang sedang tersenyum padanya dengan sangat gemas dan membuat hatinya berdegup kencang.
Selain itu mulut Anna setengah terbuka dan matanya melotot sangat lucu, membuat nafasnya tertahan dan keningnya berkerut.
Sangat lucu sekali seperti Pikachu di kartun-kartun lainnya.
Ran tersenyum senang dan bahagia menatap wajah istrinya beberapa jam lalu sah, yang berada di sampingnya itu.
"Sayang, terimakasih telah bersedia menjadi pendamping hidupku dan aku merasa sangat bahagia saat ini bisa membangun keluarga bersama kamu, semoga kita berdua bisa mendapatkan calon anak seperti Cloe," ujar Jinie, menggenggam kedua tangan istrinya dan mengucapkan kata-kata yang sangat tulus dari lubuk hatinya itu.
Mata Jinie berkaca-kaca saat mendengar kata tulus keluar dari mulut suaminya dan langsung memeluk tubuh kekar itu dengan begitu erat.
Ran mengelus-elus punggung istrinya dengan pelan memberikan ketenangan dan kehangatan.
Keduanya berada di bandara sambil membawa dua koper besar, saat ini sebentar lagi mereka berdua bakal terbang menuju Dubai untuk honeymoon.
Liburan ini adalah hadiah dari Hara, entah apa pria itu memberikan hadiah seperti ini dan sepertinya Hara sedang menebar amal untuk dirinya itu.
Walaupun Ran sangat mampu membawa istrinya kemampuan dia minta, karena ada orang-orang baik yang memberikan hadiah seperti ini dan membuat ia tidak bisa menolak pemberian dari orang tersebut dan merasa bahagia dengan orang sekitarnya.
Di dalam pesawat, Ran meraih tangan mungil istrinya dan membawa dalam kecupan hangat dan lembut, membuat pipi Ran seketika menjadi merah merona.
"Lebih baik kamu tidur terlebih dahulu sayang, bersiap-siaplah setibanya di sana dan kamu harus benar-benar siap!" ucap Ran, mengecup kembali tangan istrinya itu.
Pipi Jinie semakin merona saat mendapatkan perlakuan manis seperti ini dan membuat degupan jantungnya tak bisa terkontrol lagi dan keningnya berkerut saat suaminya bicara seperti itu.
"Maksud Oppa apa? Bersiap dalam apa?" jawab Jinie, dengan wajah polosnya dan membuat Ran semakin tidak sabar untuk melakukan itu.
Untuk saat ini Ran harus menahan diri supaya tidak memakan istri mungilnya di dalam pesawat ini.
Lagi pula wajah sang istri terlihat sangat lelah dan kecapean setelah acara kemarin, membuat Jinie tidak tegang melihat istri kecapean saat melakukan itu dan memberikan istri mungilnya istirahat terlebih dahulu.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments