...༻◩༺...
Selepas mandi, Raquel dan Luiz mengenakan handuk kimono. Keduanya keluar dari kamar mandi secara beriringan.
Tanpa diduga, terdengar bunyi ketukan pintu. Raquel dan Luiz juga dapat mendengar suara Romi yang memanggil.
"Sial!" umpat Raquel. Dia bergegas kembali ke kamar mandi untuk bersembunyi.
Luiz yang kaget juga dibuat gelagapan. Ia buru-buru memungut pakaian Raquel yang berserak di lantai. Lalu menyerahkan pakaian tersebut untuk dibawa Raquel ke kamar mandi.
Usai mengatasi hal yang akan menimbulkan kecurigaan, Luiz segera membuka pintu. Dia tertegun menyaksikan Romi yang mendorong Felipe dengan kursi roda.
"Suprise!" seru Felipe. Dia begitu sumringah. Manusia mana yang tidak bahagia saat menyadari dirinya sembuh dari penyakit.
"Ayah!" panggil Luiz. Dia langsung memeluk Felipe.
Jujur saja, perasaan Luiz sekarang bercampur aduk. Dia merasa senang bisa melihat Felipe membaik. Tetapi di sisi lain Luiz merasa bersalah karena diam-diam menjalin hubungan dengan Raquel.
"Aku sekarang bisa kemana saja," ungkap Felipe.
"Ya, aku sangat senang mengetahuinya..." sahut Luiz seraya melepas pelukan dari Felipe.
"Kau baru selesai mandi?" tanya Felipe.
"Iya." Luiz mengangguk.
"Berpakaianlah! Ayo kita sarapan bersama di meja makan," ajak Felipe antusias.
"Baik, Ayah." Luiz setuju. Felipe dan Romi lantas pergi. Keduanya turun ke lantai bawah dengan menggunakan lift.
Sejak tadi di kamar mandi, Raquel mendengar semuanya. Setelah pintu ditutup oleh Luiz, dia keluar dari tempat persembunyian.
"Dia sudah membaik kan?" tanya Raquel dengan nada ragu. Dia tidak tahu apakah dirinya harus senang atau tidak. Hal serupa sebenarnya juga dirasakan Luiz.
"Sepertinya alam memang tidak ingin kita bersama," celetuk Raquel sambil berjalan ke hadapan Luiz. Dia sudah mengenakan pakaian.
"Tidak. Aku tak mau kau berpikir begitu. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan lagi." Luiz memegangi wajah Raquel. Menatap lekat perempuan yang dicintainya itu.
"Tapi keadaan kita sama sekali tidak mendukung." Raquel menggeleng.
"Kau harus tahu, selama bertahun-tahun ini aku mendekati banyak perempuan untuk melupakanmu. Tapi aku tak bisa. Aku semakin kesulitan saat kau hadir sebagai istri baru ayahku," tutur Luiz panjang lebar.
"Aku juga tak bisa melupakanmu..." Raquel memegangi lengan Luiz. Keduanya saling memandang lamat-lamat.
"Oleh karena itu, kita harus pertahankan hubungan kita. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan ayahku. Tapi aku yakin kita akan segera menemukan waktunya," kata Luiz. Berusaha meyakinkan Raquel.
Raquel tersenyum dan mengangguk. Luiz sepertinya berhasil membujuknya. Satu ciuman bibir lantas mereka lakukan sebentar. Selanjutnya, Raquel segera pergi ke kamarnya.
...***...
Kini semua orang sudah berada di meja makan. Raquel menjadi orang yang paling terakhir datang. Dia langsung memeluk Felipe.
"Kau kemana saja? Apa kau sangat lelah? Sampai tertidur kesiangan?" timpal Felipe seraya memegangi tangan Raquel.
Raquel tersenyum kecut. "Aku rasa begitu," sahutnya sambil memegangi tengkuk. Dia juga menyempatkan diri melirik Luiz. Karena lelaki itu, Raquel jadi lupa dengan tugasnya sebagai istri Felipe.
"Maaf, Felipe. Aku seharusnya bangun lebih cepat. Aku janji ini tidak akan terulang," ucap Raquel.
"Tidak masalah. Tapi aku akan memaafkanmu kalau kau memberiku sebuah ciuman," pinta Felipe.
"Ugh! Ayolah, Ayah. Jangan lakukan hal seperti itu di meja makan. Menjijikan," komentar Julio. Sedangkan Luiz hanya bisa menundukkan kepala. Berusaha kuat dengan apa yang akan dilihatnya.
"Tidak apa-apa. Saat kau jatuh cinta nanti, kau pasti akan paham," balas Felipe yang tak mau berubah pikiran.
Raquel tersenyum masam. Dia mendekatkan diri pada Felipe dan memberikan ciuman singkat di bibir. Namun saat Raquel hendak menjauh, Felipe tidak membiarkan.
"Itu tidak cukup, Babe!" ujar Felipe. Dia menyatukan kembali bibirnya dengan mulut Raquel. Lebih lama dibanding sekedar ciuman singkat.
Raquel hanya bisa memejamkan mata. Terpaksa membalas ciuman Felipe.
Luiz yang berada di sana tak kuasa melihat. Kesembuhan Felipe benar-benar membuat situasi semakin rumit.
Sama seperti Luiz, Julio juga tampak cemberut. Tetapi dia lebih berani angkat suara dibanding sang kakak.
"Bisakah kalian berhenti? Kalian ingin makan bersama atau pamer kemesraan?" tukas Julio. Dia beranjak dari meja makan. Memang sejak kemarin suasana hati Julio sangat buruk.
Karena Julio pergi, Raquel dan Felipe berhenti berciuman. Felipe yang merasa bersalah langsung memanggil Julio untuk bergabung lagi. Akan tetapi putranya itu tetap berjalan lurus menuju pintu keluar.
"Sudahlah, sepertinya Julio masih sakit hati," kata Raquel. Tak ingin Felipe terlalu mencemaskan Julio.
"Sakit hati?" Felipe menuntut penjelasan. Hal yang sama juga di inginkan Luiz. Terlihat dari tatapan penuh tanya yang dipancarkan lelaki tersebut.
"Katanya Julio baru saja putus dari gadis yang disukainya," terang Raquel.
Felipe tergelak. "Aku mengerti. Masa-masa remaja memang masa menyenangkan untuk mengenal cinta," komentarnya.
"Ya, aku tahu," tanggap Raquel. Bola matanya segera bergerak menatap Luiz. Lelaki itu sejak tadi makan sambil terus menundukkan kepala.
Raquel menjadi merasa bersalah. Dia bingung harus bagaimana. Jika dia bersama Luiz, maka dirinya akan merasa bersalah pada Felipe. Begitu pun sebaliknya. Segalanya terasa salah bagi Raquel sekarang. Ia seperti berada dalam lingkaran cinta yang mengikat.
"Bisakah kau tidak ke kampus hari ini? Aku ingin kau menemaniku seharian," cetus Felipe.
Raquel terdiam sejenak. Dia berpikir hingga menemukan jawaban yang dirasa tepat.
"Te-tentu saja bisa." Raquel menjawab dengan tergagap. Ia tak bisa menolak karena Felipe merupakan alasan kenapa dirinya bisa berkuliah lagi.
Mendengar jawaban Raquel, Luiz tersedak. Dia sedikit terkejut.
"Luiz!" Raquel segera menyodorkan segelas air putih untuk Luiz.
"Kau tidak apa-apa, Luiz?" tanya Felipe yang juga cemas.
"Ya, uhuk! Uhuk!" jawab Luiz. Setelah meminum minuman yang diberikan Raquel. Dia bertukar pandang dengan perempuan itu dalam sesaat.
"Maksudku... Aku agak kurang enak badan." Luiz meralat jawabannya tadi. "Sepertinya aku tidak ke kampus hari ini," sambungnya.
"Tentu saja. Kau lebih baik beristirahat," saran Felipe.
"Terima kasih, Ayah." Luiz segera beranjak dari meja makan. Dia yang sudah berpakaian rapi, tidak jadi ke kampus. Sebab dirinya ingin melihat apa yang dilakukan Raquel bersama sang ayah. Dan Raquel sangat paham rencana Luiz sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Natalina Renes
bagai buah simalakama ya Raquel
2023-04-06
1
Aini Chayankx Ahmad N
Felipe ma Raquel aj
2023-03-23
0
Milla
lanjut thorrrr 👍
2023-03-23
1