Hujan baru saja selesai mengguyur kota Bandung. Kota yang juga dijuluki kota hujan dan pernah terkenal gara-gara film Dilan adalah tanah kelahiran Kay. Awalnya, ibu Kay ingin melahirkan di Jerman saja. Namun, karena sudah mepet waktunya, akhirnya gadis itu lahir di sini.
"RAKANEBOOO!! BUKA PINTUNYA, ENENG CANTIK MAU MASUK!! OPEN THE DOOR!!" teriak Kay menggedor-gedor kamar Raka usai makan malam.
Cowok itu ngumpet di kamar sejak pulang sekolah. Kay tidak tahu apa yang dilakukan cowok itu hingga melewatkan jam makan siang, sore dan malam. Di rumah sebesar ini terang saja gadis itu merasa sepi kalau Raka tidak ada.
"Ape? Gue lagi enak-enak tidur mimpiin Yayang Selena Gomez malah lo gangguin. Ada ape, sih?!"
"Nggak boleh galak jadi orang. Selena Gomez itu cuma bikin lo halu doang, anak perawan nggak baik menghalukan sesuatu yang nggak mungkin terwujud!"
"Anak perawan-anak perawan, gue cowok tulen oy!"
"Oh iya maaf, gue lupa kalo lo cowok. Anterin gue nyari seblak, yuk? Laper kebangetan gue."
Permintaan yang lumayan menggiurkan. Enak juga makan seblak pedas di tengah cuaca dingin sehabis hujan.
Raka mengangguk pelan lalu menyuruh gadis itu menunggu di ruang tamu. Dia akan mencuci muka dan merapikan helai-helai rambut agar terlihat tampan menawan.
"Gue belum mandi dari siang. Buset, asem bener!" seru Raka sambil mengendus-endus bau keringat di badan lalu meringis karena tak tahan.
"Gue mandi dulu aja, bodoamat nenek lampir udah nungguin di bawah. Yang penting gue harus mandi dulu biar wangi. Masa kegantengan gue harus berkurang nilainya gara-gara bau badan?!"
Di lantai dasar, Kay mengobrak-abrik isi kulkas. Barangkali ada sisa es krim atau cokelat tersembunyi dari balik tumpukan snack miliknya dan Raka.
Tidak ada sama sekali. Kay menghela napas sedih dan beranjak ke ruang tamu dengan wajah terlihat lesu.
"Rumah segede istana, yang punya rumah tiap hari nyari duit, tapi es krim doang nggak ada di kulkas. Kayaknya nanti gue harus minta beli es krim yang banyak sama Raka. Kalau dia nolak tinggal gue laporin sama om biar dia dimarahin!" gerutu Ka.
Dia melirik jam. Sudah mau pukul sembilan tapi cowok itu belum turun juga. Raka memang seperti perawan, kalau dandan suka lama. Bagaimana kalau diajak ke pesta mantan? Pasti pedicure, menicure, lulur, sampai bulu ketek juga di cukur.
"Ayo, cepetan! Nanti di sana lo bakalan ketemu sama orang istimewa."
"Istimewa-istimewa pala lo terbang ke Bali! Lama banget ketimbang mau nyari seblak doang juga."
"Kejauhan kalo ke Bali, kuyang aja nggak jauh-jauh mainnya. Gue harus tampil perfect di setiap kondisi. Eh, jaket lo mana?!" Raka melotot melihat piyama berlengan panjang yang dikenakan oleh Kay.
Gadis itu menepuk jidat. "Celana sama baju gue udah panjang begini, buat apa pakai jaket lagi? Lo mau gue kayak kepompong? Ada-ada aja."
Raka menghela napas sebal. Susah sekali dikasih tahu. Udara dingin seperti ini pantang sekali bagi Kay. Gadis itu mudah demam hanya karena terkena angin malam. Terpaksa bawa mobil lagi, deh. Kalau dipaksa pakai jaket yang ada Kay akan merajuk sampai berhari-hari.
"Ya udah, ayo."
Greb!
"Kay sayang Raka. Makasih selalu menuhin permintaan Kay yang kadang sampai bikin Raka nggak sempat istirahat, padahal Raka capek. Sayang Raka banyak-banyak!" kata Kay sembari memeluk erat tubuh tinggi tegap Raka.
Alamak, Raka tidak kuat. Dia menengadah ke atas karena terharu. Kalau ketahuan Kay dia sedang menangis, alamat ditertawai nanti.
"Iya, ayo, cepetan!"
...***...
Tak perlu waktu lama untuk menemukan seblak di kota Bandung apalagi cuaca sedang dingin sehabis hujan. Di tangan kanan Kay, sudah ada semangkok seblak yang masih hangat.
Ia duduk di bagasi mobil yang sengaja dibuka sebagai tempat menikmati makanan pedas itu.
Saat ini, Kay sedang berada di festival jajan. Tentu saja lokasinya ramai sekali, makanya Raka berani meninggalkan Kay sendiri.
Beberapa orang menatap geli melihat kostum yang dikenakan Kay. Gadis itu cuek bebek saja tak mau peduli. Yang penting dia pakai baju.
"Woah, gue suka seblak! Baunya menggugah selera. Tapi masih panas, gimana cara makannya? Apa gue tiup aja? Kata Raka, nggak baik niup makanan yang lagi panas. Eh, Raka mana, ya?" Kay bermonolog sembari meletakkan mangkok ke depan kakinya.
Dia melongok ke kanan dan kiri mencoba mencari keberadaan Raka. Sepupunya memang selalu seperti itu. Suka menghilang ketika dibutuhkan.
Padahal Kay ingin meminta dibelikan nutrisari dingin. Kalau dia turun sendiri, nanti siapa yang menjaga makanannya? Kalau ditumpahi kucing jadi mubazir.
"Tuh pakboy pasti lagi tebar pesona sama cewek-cewek. Kebiasaan deh, tiap keluar ngilang mulu kayak hantu. Untung di sini terang, kalo gelap terus ada hantu beneran gue bisa diculik terus dibawa ke alamnya. Gimana nasib Karel kalo gue diculik hantu?" ratap Kay tak jelas.
"Kenapa sama Karel?"
"Pake acara nanya segala lagi. Emang lo nggak tahu kalo gue suka sama Karel? Ya pasti nggak tahulah, orang gue sembunyi-sembunyi nggak agresif apalagi anarkis kayak fans dia yang bejibun itu!" jawab Kay tanpa sadar.
"Karel ganteng?"
"Ganteng pake banget. Lo nggak tahu siapa itu Ka ... what?!" pekik Kay tanpa sadar ketik melihat wujud Karel sedang duduk di sampingnya.
Astaghfirullah, Kay meringis dalam hati. Jadi ini maksud orang istimewa yang dibilang Raka. Gadis itu dengan cepat menatap baju piyama bermotif Doraemon yang sedang dikenakan.
Kurang asem!
Penampilannya amburadul sekali. Rambut dicepol asal, baju kurang elit, wajah polos tak berdosa alias tanpa make-up, Kay rasanya ingin menjerit saja saking malunya.
Mana tadi sempat mengatakan kalau dirinya menyukai Karel, belum lagi sempat memuji cowok itu terang-terangan.
Kay selalu ceroboh kalau sedang berbicara. Kalau sudah begini rasanya ingin tenggelam di rawa-rawa biar tidak bertemu lagi dengan Karel.
"Kenapa diam aja?" tanya Karel.
"Hah? Eh, bukan diam, tapi lagi nungguin seblak gue dingin. Kata Raka nggak boleh tiup, jadi gue tungguin aja. Lo sejak kapan duduk di samping gue, maksudnya duduk di sini?" tanya Kay dengan gaya sok cool, padahal hatinya sedang ketar-ketir tak karuan.
Karel mengulum senyum. Tingkah Kay memang selalu mengundang perhatian sekalipun terkadang gadis itu bersikap tidak selayaknya orang yang lain yang berusaha menjaga image di depan seorang pria.
Karel menatap cup yang berisi minuman kesukaan Kay, nutrisari rasa jeruk yang sengaja dibeli atas inisiatif sendiri.
Saat kembali melirik Kay, ternyata gadis itu sedang menatap minuman berwarna orange itu dengan mata berbinar. Karel menyerahkan cupnya dengan senang hati.
"Buat lo."
"Eh, beneran?"
Karel mengangguk pelan. Gadis itu terlihat antusias sekali menerima pemberian darinya. Apa tadi? Kay menyimpan rasa untuknya tapi tidak berusaha bersikap agresif apalagi anarkis.
Ya, memang tidak seperti itu, Kay mampu bersikap seperti biasanya. Menunjukkan rasa cinta dengan cara norak hanya akan menimbulkan rasa muak, dan itu hanya dilakukan oleh orang norak saja.
Meskipun begitu, Karel yakin jauh di dalam hati gadis itu, ada orkes dangdut sedang menabuh gendang hingga menimbulkan getaran dahsyat karena dirinya walaupun terlihat amat pede. Andai Kay mendengar suara hati Karel, pasti dia juga akan mengangguk setuju.
"Seblak lo udah dingin."
Gadis itu mengangguk lalu menyantap seblaknya dengan nikmat. Mulai malam ini, Kay akan lebih mencintai seblak dari sebelumnya.
Kalau perlu dirinya akan membangun usaha seblak sendiri lalu bisa makan dengan puas tanpa perlu membayar.
'Thanks, Raka. Lo pengertian banget sama gue. Nggak apa-apa deh, gue nungguin anak perawan dandan selama satu jam kalo akhirnya gue dapat imbalan seblak gratis plus Karel ganteng yang nemenin gue makan. Tapi, Karel suka gue nggak, ya?' batin Kay dengan perasaan bahagia campur sedih.
"Enak?" tanya Karel, wajahnya tetap datar.
Kay mengangguk. "Lo mau?" tawarnya, Karel menggeleng.
Bersyukurlah pada Allah yang Maha Esa karena memberikan hati yang meskipun sedang konser tapi masih mendukung Kay untuk bersikap sewajarnya.
Dia tetap bisa menikmati seblak tanpa rasa canggung. Ketika sudah habis, Kay menepuk perutnya yang kekenyangan.
"Kenyang. Raka mana, ya? Lo lihat sepupu tengil gue nggak?" tanyanya sambil menoleh ke arah Karel, pria itu mengangkat bahu acuh.
"Gue mau cari dia dulu, udah mau jam sebelas. Lo mau ikut?" lagi-lagi Karel menggeleng lagi.
Dia menatap gadis berpiyama Doraemon itu berjalan menjauh sembari sesekali melompat kecil menghindari genangan air.
"Hubungan lo sama Raka beneran cuma sepupu?"
Langkah Kay terhenti lalu tertawa kecil. Ia mengangkat jempol ke atas lalu kembali berjalan riang. Karel menghembuskan napas lega tanpa sadar. Ia tersenyum kecil.
Kay seperti bocah yang menggemaskan. Tiba-tiba wajah Karel memucat kala mengingat Alvin yang bisa saja sedang berkeliaran di sini. Kay harus diawasi. Cowok sok jago itu adalah ancaman serius bagi Kay.
"Sial!"
...***...
"Bagus lo, ya? Gue ditinggal sendiri di mobil lo malah enak-enakan makan sate di sini!"
Raka hampir menyemburkan sate ayam yang sedang dikunyah ketika manusia cantik itu berdiri di depannya sambil berkacak pinggang. Wajah Kay terlihat sebal sekali.
Seharusnya gadis itu berterima kasih padanya karena sudah menghadirkan orang yang katanya calon suami. Dia melirik Karel yang berdiri tanpa suara di belakang Kay.
"Gimana seblaknya? Enak, 'kan?" tanya Raka sembari tersenyum menggoda.
Tanpa mempedulikan pertanyaan sang sepupu Kay duduk di hadapan Raka dan mencomot sate ayam yang masih banyak di piring. Gadis ini benar-benar memiliki lidah Indonesia asli. Apa saja makanan berbumbu rempah disukai.
"Raka, mulai malam ini gue mau makan seblak lebih sering. Soalnya, seblaknya udah ganti rasa."
"Ganti gimana? Seblak ya seblak, mana ada seblak bisa ganti rasa. Lo kira es krim!"
Kay mengunyah satenya.
"Beneran, lo nggak percaya sih, sama gue."
"Emang ganti jadi rasa apa? Gue penasaran sama makanan yang lo anggap istimewa itu sampai-sampai mau makan tiap hari. Boleh sih, nggak bakalan bikin gue bangkrut juga asal nggak nyuruh gue buka pabrik seblak. Tepar gue!" Raka menuding telunjuk ke wajahnya sendiri.
"Seblaknya udah ganti jadi rasa cinta. Soalnya gue makan bareng pujaan hati yang bakalan jadi calon suami juga!" pekik Kay kegirangan tanpa sadar objek yang dibicarakan sedang menatapnya geli di belakang.
Gadis itu mencubit-cubit pipinya sendiri karena gemas pada Karel. Makan seblak ditemani orang tersayang? Jangankan isinya, mangkok saja sanggup ditelan.
Raka geleng-geleng kepala. Tidak sia-sia juga dirinya memaksa Karel datang ke sini. Kay terlihat sangat bahagia.
Kalau dipikir-pikir romantis juga duduk di bagasi mobil yang sengaja dibuka bersama orang yang kita cinta. Eh, mobil?
"Astaghfirullah, mobil gue!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments