13. Drawing Souls

"Winwin! Ayo, dong. Temenin gue ke fotokopi depan buat beli binder yang ukurannya gede!" paksa Kay sembari menarik-narik tangan Winda.

"Ya Tuhan, Kay. Nanti aja waktu istirahat gue temenin. Bentar lagi guru mau masuk masa kita bolos?" gadis berwajah mirip salah satu aktris China itu menolak.

"Tapi, gue butuh sekarang juga buat simpan gambar-gambar karya gue. Itu tuh, berharga banget dan gue nggak rela kalo sampe hilang satu. Lo tega banget sama sahabat sendiri, katanya mau temenin ke manapun gue pergi. Timbang ke fotokopi doang, lo nolak." Kay mulai mengeluarkan jurusnya.

Sepupu Raka memang amat sangat merepotkan. Ingin memasang kuteks saja tidak bisa tenang. Mau tak mau Winda harus menemani Kay membeli barang yang diinginkan sebelum gadis itu merajuk lagi. Bisa repot urusannya.

"Ya udah, tapi jangan lama-lama, ya? Awas, kalo sampe keasyikan milih pulpen lagi. Gue nggak mau daftar hadir gue diisi C lagi."

Mereka berjalan menuju pintu kelas. Namun, tiba-tiba seorang pria berusia dua puluh lima tahun menghadang. Kay mendesah sebal. Ini pasti guru baru yang diberitahu mama Raka semalam melalui sambungan video call. Wajahnya cukup tampan, tetapi sayang bagi Kay Karel jauh lebih tampan.

"Kalian mau ke mana?" tanya pria berseragam batik cokelat itu, wajahnya sedatar tembok, Winda sampai bergidik karena ngeri.

"Mau ke fotokopi depan gerbang sekolah, Pak!" jawab Kay dengan suara malas.

Entah kenapa tak ada rasa hormat sedikitpun dari dalam dirinya ketika menatap mata tajam pria itu. Seperti ada bad feeling yang memerintahkan tubuhnya untuk menjaga jarak dengan guru itu.

"Sekarang jam saya. Kalian tidak boleh keluar. Masuk!" perintah guru baru itu tanpa tahu siapa yang sedang dihadapi, gadis cerewet yang tidak suka diperintah oleh siapapun kecuali Raka.

Tanpa mengindahkan perintah pria ber-nametag Kevin Sanjaya, Kay menarik tangan Winda untuk pergi. Memang dia siapanya Kay sampai berani membuat perintah seperti itu?

Kalau dengan guru lain biasanya Kay tak akan bersikap seperti ini. Namun, ini beda. Pria bernama Kevin itu terlihat berbeda. Hawanya sedikit mengerikan.

"Berani kamu mengabaikan perintah saya?!" bentak Kevin.

Seisi kelas mengintip karena ingin tahu apa yang sedang terjadi di depan kelas. Bibir Kay mencebik sebal. Ia merogoh ponsel yang bergetar dari saku rok lalu mengangkat tanpa peduli pada wajah merah padam Kevin. Pria itu merasa dipermalukan oleh gadis ingusan.

"Halo, Tante?"

[Kamu hati-hati sama pria bernama Kevin. Entah kenapa dia bisa masuk ke sekolah. Tenang aja, akan ada penjagaan dari berbagai sudut.]

"Dia jelek. Kay nggak suka!" cela gadis itu dengan suara manja.

[Iya, tante juga setuju kalau wajah dia jelek. Ya sudah, belajar dengan rajin. Jangan nakal dan jangan sibuk mengejar Karel.] Wanita itu tertawa di seberang sana.

Gadis berambut kuncir satu dengan poni dibiarkan menutupi dahinya itu kembali menyimpan ponselnya di saku rok. Menatap sejenak Kevin yang sedang ********** dalam tatapan tajam, lalu mengembuskan napas sebal. Waktunya terbuang lima menit.

"Saya mau ke fotokopi. Andai bapak mengizinkan mungkin sekarang saya sudah kembali dan pelajaran bisa dilanjutkan. Pak Angga kenapa harus cuti segala, sih? Harusnya beliau yang masuk, bukan bapak!" sembur Kay terang-terangan.

"Kamu!" tangan Kevin hampir menyentuh wajah mulus Kay, tetapi tertahan di udara karena ada tangan lain yang mencengkeramnya.

"Bapak ke sini mau ngajarin kita apa mau ngisi daftar kriminal guru yang masih kosong?" Deva menatap datar.

Dengan sisa emosi yang belum tersalurkan, Kevin menarik tangannya dan masuk ke kelas. Ia semakin meradang kala melihat gadis berponi itu memeletkan lidah padanya. Akan dia potong lidah itu dan dijadikan hiasan di rumahnya. Awas saja!

...***...

"Baik, karena semua sudah paham. Saya akan mengajukan sebuah pertanyaan menyangkut dengan sistem sirkulasi darah manusia. Kay, apa kamu bisa menolong saya dengan menjawab pertanyaan?" Kevin menatap penuh dendam.

Seisi kelas menelan ludah melihat Kevin seolah bernafsu ingin membunuh gadis mungil itu. Kay mendongak. Ia tak mendengar pertanyaan dari Kevin karena sibuk menggoreskan pensil di selembar kertas kosong. Seperti biasa, menggambar.

"Eh, bisa diulangi pertanyaannya, Pak?" gadis itu cengengesan.

"Apa kamu bisa menolong saya dengan menjawab sebuah pertanyaan? Saya pikir, kamu murid paling pandai di kelas ini!" suara Kevin seperti sedang mencemooh.

Sialan, Kay menggembungkan pipi karena sebal. Enak saja memuji dirinya dengan suara seperti itu. Ia tak terima. Guru baru yang menyebalkan. Kay menyunggingkan senyum sinis tanda menerima tantangan.

Kevin merasa tertarik dengan calon korbannya kali ini. Alvin sang adik memang tak salah pilih objek untuk bersenang-senang. Tak hanya menarik, sepertinya gadis ini juga susah ditaklukkan sama seperti gambaran Alvin.

"Apabila kamu sedang berjalan di jalan sepi, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan sebuah pisau di tangan ingin membunuh kamu, apa yang akan kamu lakukan?" Kevin memiringkan kepala ke kiri.

"Wow, katanya akan memberi pertanyaan tentang sirkulasi darah manusia. Kok ke masalah pembunuhan? Bapak suka bercanda orangnya!" seru Kafka sembari tertawa kecil.

Kay meletakkan pensil lalu melipat kedua tangan di atas meja. Pertanyaan menjebak atau sebuah ... kode?

"Saya akan duduk santai di pinggir jalan sambil minum nutrisari dingin, mantau orang itu mau ngapain. Kali aja dia mau nebang pohon atau memotong ranting untuk~" Kay menggantung kalimatnya, dengan santai gadis itu sedikit memajukan tubuhnya.

"Menggali kuburnya sendiri!"

Tak ada yang berani berbicara sedikitpun. Antara ngeri dan terkesima, semua tak mampu bergerak. Winda bahkan hampir pingsan akibat aura kelam yang tak sengaja keluar dari tubuh Kay. Kenapa sekarang sekolah ini menjadi menyeramkan? Deva dan Kafka mengusap wajah yang berkeringat dingin. Rasanya seperti ada pertarungan 'aura' dalam diam di antara Kay dengan Kevin.

"Jawaban yang bagus, Kay. Saya sudahi pelajaran kita hari ini. Jangan lupa kumpulkan catatan bagian yang tidak kalian mengerti pada ketua kelas. Catatan itu akan menjadi topik bahasan kita minggu depan. Selamat siang, semuanya!"

"Siang, Pak!" koor semua murid.

Kay mengiringi langkah Kevin dengan tatapan meremehkan. Ia kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Masih ada pelajaran Kimia yang menanti otaknya setelah ini. Huh, Kay tidak suka kimia!

...***...

Suasana koridor sedang ramai. Kay berjalan santai menuju toilet khusus wanita. Ia tak ditemani siapapun karena memang sedang ingin sendiri. Rasa trauma dikejar oleh Alvin seakan menguap begitu saja. Gadis itu sedang menyiapkan diri untuk menghadapi mereka dengan tangan sendiri suatu saat nanti.

"Gue cuma perlu menyiapkan diri. Bukan ketakutan buat ngehadapin mereka. Gue lebih takut sama guru BK ketimbang anak-anak itu. Kalo nama gue tercatat di buku kasus, alamat kena omelan panjang tujuh hari tujuh malam dari mamanya Raka. Oh, tidak! Kuping gue bisa pengang kayak tahun lalu," kekeh Kay.

Saat di tempat sepi, Kay melepas kunciran rambutnya dan menjepit poni ke belakang menggunakan jepitan rambut. Usai memasukkan ikat rambut ke dalam saku, Kannaka kembali melangkah dengan wajah bodoamatnya.

"Hai, Kay!"

Gadis itu terperanjat. Reno setan, beraninya muncul tanpa tanda-tanda atau klakson terlebih dahulu. Kalau Kay sedang naik mobil terus menabrak cowok itu bisa-bisa dirinya akan masuk penjara. Ehm, tidak mungkin juga di koridor naik mobil. Ia mengatur napas terlebih dahulu lalu menatap sebal.

"Lo bisa nggak, sih? Kalo mau muncul itu kasih tahu dulu. Jangan asal datang tanpa tanda-tanda kayak setan. Gue kaget tahu nggak? Untung nggak punya serangan jantung, coba kalo punya udah mati mendadak gue!" omel Kay.

"Maaf, gue nggak sengaja."

"Gue maafin, ngapain lo nyari gue di sini? Deket sama toilet cewek lagi. Lo mau ngintipin cewek-cewek, ya? Wah, diam-diam punya sifat mesum lo, ya?!" tuduh Kay tanpa takut. "Bakat lo banyak juga. Selain mesum, bisa aja suatu saat nanti lo bunuh orang."

Reno tertawa sarat emosi. "Gue ke sini bukan buat ngintip cewek-cewek. Cuma mau ngasih ini sama lo, buat gantiin cokelat yang kemarin nggak sempat lo makan." Tangan cowok itu terulur memberikan sebuah cokelat batang.

Sepertinya, dia akan mengejar Kay sampai nyawa gadis ini benar-benar melayang. Tidak semudah itu, Ferguso! Kay sekarang bukanlah Kay satu bulan yang lalu. Gadis tengil ini sudah diberikan suntikan keberanian oleh sang pujaan hati.

Ia menerima cokelat itu dengan wajah pura-pura gembira. Saat Reno tak melihat, Kay menukar cokelat pemberian Reno dengan cokelat yang ada di saku roknya.

"Gue juga punya cokelat buat lo. Ambil, ya? Kita makan sama-sama sebagai tanda damai!" seru Kay riang.

Tanpa Reno sadari, cokelat yang ada di tangan adalah pengantar nyawanya ke neraka. Kay benar-benar cerdik. Ia sedang menjebak Reno dengan cokelat pemberian cowok itu sendiri. Mana mungkin ia memberikan sesuatu tanpa racun seperti kemarin.

Benar, baru saja Reno menelan cokelat itu lehernya seperti tercekik. Cowok itu jatuh terduduk sembari menggapai tangan Kay, berusaha meminta pertolongan melalui sorotan mata. Reno tak bisa bernapas. Ia baru sadar sedang dikelabui oleh Kay.

Sambil tersenyum manis, Kay berjongkok sembari menepuk pipi Reno pelan dengan cokelat miliknya yang steril. Sang ketua kelas sedang berada di ambang kematian. Rasanya menyenangkan juga ketika melihat seorang pembunuh mati di tangan calon korban. Ia ingin tertawa kencang mengingat akan hal itu.

"Semoga tenang di alam sana, Reno. Jangan menyesal karena mati dengan racun yang lo siapin untuk seorang Kay. Salah lo sendiri kenapa terlalu lama bunuh gue. Kill me now or never!" Kay menyunggingkan smirk.

Sebelum ajal menarik paksa jiwanya, Reno sempat mengumpati gadis itu. Kay adalah iblis!

I drawing souls on my paper. Now you, tomorrow who?~

Kay bersenandung pelan sambil berjalan menuju halaman belakang. Ia mengubah haluan karena butuh ketenangan. Sesekali ia menggigit cokelat miliknya. Enak, tidak ada racun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!