"Revan, mundur jadi ketua OSIS."
Hal itu jelas saja membuat Airin terkejut. Selama ini kinerja Revan sebagai ketua OSIS sangat bagus, Airin tak menyangka kejadian ini membuat jabatan itu dicabut. "Dia mundur sendiri atau gimana?"
"Entahlah, katanya sih disuruh mundur tapi gak tahu juga. Mungkin Melodi lebih tahu." kata Azka yang kini duduk di dekat brangkar Airin.
"Tadi sempat ramai di ruang OSIS. Beberapa anggota OSIS menyuruh Revan mundur dan itu langsung disetujui oleh Pak Widodo. Sebenarnya kasihan juga Revan. Pasti dia kecewa banget. Dia sudah kehilangan Della ditambah keadaan seolah-olah menyudutkannya." terang Melodi. Dia memang salah satu anggota OSIS.
Airin menghela napas panjang. Dia melihat kedua orang tuanya yang sekarang sedang berbincang sendiri.
"Guys, sebenarnya sebelum pingsan tadi aku dapat flashback. Della dilecehkan oleh tiga orang dan ada satu orang yang merekam."
Seketika Melodi dan Azka melebarkan matanya.
"Kita keluar saja ya. Kalian ngobrol aja, gak usah bisik-bisik. Sama makanannya jangan lupa dimakan." Kedua orang tua Airin berdiri lalu keluar dari ruang rawat.
Azka kini mengeluarkan dua foto yang dia temukan di dekat lokernya. "Kamu lihat, ini ada foto Della dan Revan, lalu ini foto kamu dan aku."
Airin mengernyitkan dahinya menatap dua foto itu. "Terus? Kamu nemuin foto ini dimana?"
"Di dekat loker tempat latihan basket."
"End?" Airin membaca tulisan di belakang foto Della. Seketika bulu kuduknya merinding. "Itu berarti aku korban selanjutnya."
Melodi menautkan alisnya lalu memeluk Airin. "Jangan bilang gitu. Semua itu gak akan terjadi lagi."
"Tapi mengapa ada foto kamu dan juga Revan?" tanya Airin pada Azka.
Azka mengeraskan rahang bawahnya. "Aku gak tahu pastinya. Aku curiga dengan seseorang, enggak bukan seorang tapi lebih."
"Teman-teman Revan?"
"Gini aja, besok aku akan coba bicara dengan Revan. Airin kamu tenang saja ya, jangan terlalu memikirkan masalah ini, biar kamu cepat sembuh."
Airin menganggukkan kepalanya. "Kalian makan dulu, pasti lapar kan. Aku besok pagi sudah boleh pulang tapi aku masih belum masuk sekolah. Suruh istirahat dulu di rumah sehari sama Bunda."
Airin kini menatap kedua foto itu selama Melodi dan Azka makan. Sebenarnya apa motif mereka hingga membunuh Della? Apa ada seseorang yang menyukai Revan dan tidak rela jika Revan bersama Della?
"Apa yang melakukan ini seseorang yang menyukai Revan? Dia menyukai kamu juga, Ka?"
Seketika Azka menghentikan kunyahannya. "Kalau menurut kalian?"
"Apa mungkin Ria?" tebak Melodi.
"Bukan, foto itu ditemukan di dalam ruang latihan basket. Ria gak mungkin masuk ke tempat itu." kata Azka lagi.
Airin dan Melodi kini berpikir keras, lalu mereka sama-sama melebarkan matanya.
"Jangan bilang kalau..."
"Itu dugaan sementara. Biar aku cari tahu masalah ini. Ini masalah lelaki, untuk sementara kalian jangan ikut campur."
Airin akhirnya merebahkan dirinya lagi karena sekarang kepalanya terasa sangat pusing.
Dia memiringkan tubuhnya dan masih menatap foto Della. Tiba-tiba ada bayangan hitam yang melintas di samping brangkarnya.
Airin terkejut hingga foto itu terjatuh ke lantai.
"Kenapa?" Azka berdiri dan mengambil foto itu.
Airin mengusap wajahnya. "Gak papa."
"Ya udah kalau kamu mau istirahat kita pulang aja ya."
Airin menganggukkan kepalanya. "Panggilkan Bunda dan Ayah ya suruh masuk. Aku takut."
"Iya, foto ini biar aku bawa." Azka kembali memasukkan dua foto itu ke dalam tas. Setelah itu Azka dan Melodi keluar dari ruangan Airin. Mereka berpamitan pada kedua orang tua Airin yang menunggu di depan ruangan.
Setelah itu mereka berjalan bersama menuju tempat parkir.
"Hmm Azka, apa kamu masih ada rasa sama Airin?" tanya Melodi tiba-tiba.
Azka menghentikan langkahnya sesaat. "Iya," jawabnya singkat. "Tapi, Airin tidak pernah mau menerima perasaanku." kemudian Azka melanjutkan langkah kakinya.
Melodi hanya terdiam. Terkadang dia merasa telah menjadi penghalang antara hubungan Airin dan Azka.
"Kita semua sahabat. Aku akan melupakan semua perasaan itu." kata Azka. Dia kini naik ke atas motornya dan memakai helmnya. "Aku duluan ya. Aku buru-buru."
"Iya." Melodi hanya berdiri mematung di dekat motornya. "Aku sudah melupakan semua perasaanku, Azka. Ya, kita semua sahabat." kemudian Melodi naik ke atas motornya.
...***...
Malam itu, Azka mencoba menghubungi Revan. Setelah beberapa kali panggilan akhirnya Revan mengangkat panggilannya.
"Lo ada dimana?" tanya Azka.
"Gue lagi ada di rumah. Kenapa?"
"Gue mau bicara sama lo. Biar gue ke rumah lo aja."
"Oke."
Azka memutuskan panggilannya lalu dia keluar dari rumah. Dia mengendarai motornya menuju rumah Revan.
Setelah sampai di depan rumah Revan, ternyata Revan sudah menunggunya di teras.
"Ada perlu apa?" tanya Revan. Dia mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Gue mau tanya lo soal Guntur dan Angga."
Revan mengernyitkan dahinya karena selama ini hubungan Azka dengannya dan teman-temannya memang tidak akur. "Ada apa dengan mereka?"
Azka menceritakan kecurigaannya pada mereka berdua.
Revan menghela napas panjang lalu dia berdiri dan masuk ke dalam rumahnya. Beberapa saat kemudian dia sudah memakai jaket dan juga helmnya. "Gue sudah lama gak ke tempat kos Guntur. Kita coba cek ke sana sekarang, siapa tahu ada petunjuk."
"Oke."
Mereka berdua segera mengendarai motor mereka menuju tempat kos Guntur.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di depan tempat kos Guntur.
"Van, ini ada motornya Angga juga." tunjuk Azka sambil turun dari motornya.
"Iya, mereka berdua pasti ada di dalam."
Revan dan Azka kini berjalan menuju kamar kos Guntur. Mereka mengetuk pintu kamar kos itu. Beberapa saat kemudian, Guntur sedikit membuka tirai jendela dan melihat mereka berdua. "Ngapain kalian ke sini?" tanya Guntur dari dalam kamar kosnya.
"Kita ada perlu."
"Besok aja di sekolah. Gue ngantuk, lagian kalian tumben banget akur. Besok-besok kalau kalian memang ingin ngumpul di kos gue, gue ajak tapi gak sekarang. Gue ngantuk."
Mata Azka mengintai kamar Guntur di balik tirai itu. Dia melihat ada Angga yang sedang tengkurap, lalu ada beberapa foto-foto yang tertempel di dinding kos itu. Entahlah, foto siapa, Azka tidak bisa melihatnya dengan jelas karena cahayanya temaram.
"Udah ya." Guntur kembali menutup tirai jendelanya lalu mematikan lampu kamarnya.
Azka segera menarik Revan menjauh dari kamar kos Guntur. "Gue curiga, ada sesuatu di dalam kamar Guntur. Lo ada cara gak, agar kita bisa masuk ke dalam kos Guntur."
"Nanti gue pikirkan lagi." Revan kembali menaiki motornya dan berlalu meninggalkan Azka.
Saat Azka akan naik ke atas motornya, tiba-tiba ada yang membekapnya dari belakang.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Setmi Efrianti
wah... siapa yg bekap Aska?
2024-01-16
0
Eika
Angga atau Guntur ya
2023-04-29
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh
2023-03-05
1