Eun Ji teringat akan ucapan Ryu, jika ada yang datang tak boleh dibukakan pintu, tapi dia sudah terlanjur membuka pintu, dia pun mempunyai sebuah ide untuk mengusir tamu tersebut tanpa mengucapkan kata usiran.
"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" tanya Eun Ji pada seorang laki-laki berseragam seperti seorang kurir atau pelayan sebuah restoran, entahlah Eun Ji tak tahu jelasnya.
"Saya mengatarkan pesanan Nona Aisyah, apakah anda nona Aisyah?" jawab dan tanya orang itu.
"Aisyah siapa? Disini tidak ada seseorang yang bernama asing seperti itu, aku tak mengenalnya? Dia memang siapanya Ryu, sampai memesan makanan ke apartemen kekasih, ku? Apa dia selingkuhan Ryu? Apa sih hebatnya wanita itu? Aku sudah berikan segalanya pada Ryu, tapi kenapa dia berpaling? Awas kau Ryu, kalau pulang nanti!" Eun Ji berakting seolah marah pada wanita bernama Aisyah itu dan juga Ryu.
Eun Ji tertawa dalam hatinya saat melihat reaksi orang itu yang terkejut mendengar kemarahannya. "Eun Ji mau kamu tipu? Huhu tak akan bisa!" ucapnya dalam hati.
"Apa?! Kau masih disini? Katakan pada wanita itu, jangan pernah dekati Ryu kekasihku!" Eun Ji menutup pintu apartemen Ryu dengan membantingnya.
Dia pun langsung tertawa puas karena berhasil mengusir seseorang yang sepertinya sedang mengincar Aisyah.
"Siapa? Kenapa tadi kamu seperti marah-marah?" tanya Aisyah yang sejak tadi tak berani turun ke lantai satu.
Eun Ji pun menceritakan apa yang baru saja dia lakukan pada orang tersebut, hingga akhirnya dua wanita itu tertawa puas.
"Aku yakin dia tak akan kembali ke sini lagi untuk mencari mu. Kamu harus hati-hati, ya," tutur Eun Ji.
Aisyah mengiyakan ucapan Eun Ji, tapi dia merasa heran dengan orang yang mencarinya itu, apakah orang yang sama dengan orang yang tadi mengejar dirinya dan Ryu. Ah entahlah. Yang terpenting sekarang dia akan ekstra hati-hati dalam segala hal.
💜❤️🔥💜❤️🔥💜
Pagi hari Aisyah terbangun tapi dia tak mendapati Eun Ji ada di sampingnya, tidak mungkin perempuan itu pulang tengah malam, kan? Ah, Aisyah bisa menebak dimana wanita itu saat ini. Dia memilih tak peduli, lebih baik melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu.
Selesai dengan kegiatan wajibnya, Aisyah memutuskan untuk keluar dari kamar, dia ingin membuat sarapan untuk mereka berempat. Cukup lama gadis itu berkutat di dapur dengan peralatan mewah milik Ryu. Gadis itu hanya membuat sup daging beserta topingnya, sebab dia tak terlalu mengerti dengan makanan di negara itu.
"Hai, kau sudah bangun?" tanya Aisyah saat menyadari Ryu masuk ke dapur dan langsung duduk di depan pantry.
"Hem, aku mencium aroma wangi yang membuat perutku berbunyi, ingin segera melahapnya," jawab pemuda itu.
"Mau teh panas?" tanya Aisyah, sebab biasanya di pagi hari dia selalu minum teh hijau.
Ryu mengangguk, "Kamu tahu aja apa kebiasaan ku saat bangun tidur, segelas teh hangat," ucapnya.
"Ah begitu ya, kebetulan sekali aku pun sering melakukan hal itu sebelum beraktivitas," sahut Aisyah merasa bahagia sebab menemukan kesamaab antara dirinya dan Ryu.
"Kita memang ditakdirkan untuk berjodoh." Ryu mengedipkan sebelah matanya membuat Aisyah tertawa karena tingkah pemuda itu.
Aisyah meletakkan secangkir teh hijau yang masih mengeluhkan asap ke hadapan Ryu, "Hei, jangan bilang kamu sengaja memakai pakaian yang sama dengan ku!" tuduh Aisyah saat menyadari dirinya dan Ryu menggunakan piyama couple.
Sebelumnya Ryu memang pernah membeli beberapa piyama couple untuk dirinya dan Aisyah, supaya Aisyah memiliki pakaian saat tidur di apartemennya. Entah itu di rencanakan atau tidak, Aisyah benar-benar tidur di apartemennya malam ini, dan gadis itu memilih sebuah piyama berwarna biru muda dengan lengan panjang, sama seperti yang Ryu pakai saat ini.
"Kamu pasti semalam masuk kamar ku, kan? Aku tidak suka seperti itu!" Aisyah menuduh Ryu, bahkan sebelum pemuda itu mengeluarkan suara.
"Sudah ku bilang, kan? Kalau kita berjodoh, buktinya aku tak tahu jika kamu memakai piyama yang itu, hanya insting saja. Dan semalam aku tak masuk kamar mu. Awalnya memang ingin masuk kamar mu, tapi urung. Aku sadar, saat tidur kamu pasti lepas hijab," jawab Ryu santai sebab dia memang tidak bersalah dalam hal ini.
"Baiklah aku percaya pada mu," ucap Aisyah akhirnya, dia percaya sebab Ryu menjawab tuduhannya dengan tenang tanpa ada gurat kegugupan di sana.
"Untung saja aku tidak jadi masuk kamarnya semalam," batin Ryu.
Dia ingat, semalam saat sampai di apartemen mendapati kekasih Lee duduk di ruang tamu seorang diri, sepertinya gadis itu sengaja menunggu kedatangan kekasihnya.
"Ryu aku akan tidur dengan Lee, kau temani Aisyah ya. Dia sudah menunggu mu," ucap Eun Ji semalam dan langsung mengajak Lee masuk ke dalam kamar.
Ryu pun ingin melihat Aisyah apakah gadis itu sudah tidur atau belum, dia mencoba mengetuk pintu kamar yang ditempati Aisyah, tapi tak ada jawaban dari dalam.
"Mungkin dia sudah tidur," pikirnya. "Masuk enggak ya? Ah, jangan! Aisyah pasti akan marah," setelah mengatakan hal tersebut Ryu pun kembali turun ke lantai satu menuju kamarnya.
"Ryu! Apa yang kamu pikirkan?" tanya Aisyah sebab sejak tadi Ryu terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ah, tidak ada. Kenapa sweetheart?" meski terkejut dia mencoba untuk bersikap biasa saja, tak ingin mengatakan apa yang terjadi semalam.
"Aku bangunkan Lee dan Eun Ji dulu ya, setelah itu kita sarapan sama-sama." Baru saja Aisyah akan melangkah dia teringat sesuatu.
"Mereka masih disini, kan?" tanyanya pada Ryu.
Ryu mengangguk, "Masih, mereka tidur di kamar depan kamar ku," jawabnya.
Aisyah mengangguk, dia pun segera menuju kamar dimana Lee dan Eun Ji tidur. Dia tak ingin pulang terlalu siang sebab akan ada kuliah di jam sembilan nanti.
Aisyah mengetuk pintu kamar tersebut, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar itu. Hingga dia dikejutkan dengan sebuah erangan disusul dengan ******* yang begitu kuat.
"Apa yang mereka lakukan?" tanyanya entah pada siapa.
"Eun Ji, kamu tidak apa-apa, kan?" Aisyah mengira terjadi sesuatu pada Eun Ji, sebab erangan itu terdengar dari mulut Eun Ji.
"Sstt, ayo kita pergi. Sepertinya mereka sedang bercocok tanam." Ryu merangkul bahu Aisyah lalu membawa gadis itu keluar dari area kamar tersebut. Dia sengaja mengikuti Aisyah sebab baru teringat jika dia terbangun karena terganggu dengan suara berisik yang berasal dari kamar depan. Dan dia sudah bisa menebak apa yang sepasang kekasih itu lakukan.
"Maksud mu? Bercocok tanam gimana? Eun Ji tadi teriak loh. Emang ada bercocok tanam di dalam kamar?" Entah sengaja atau memang Aisyah sangat polos hingga tak bisa mengartikan apa yang dimaksud Ryu.
"Serius kamu tak tahu apa maksud ku?" tanya Ryu tak percaya. Ah, dia baru sadar jika Aisyah adalah gadis polos yang baru pertama kali jatuh cinta dan pacaran dengannya.
Aisyah mengangguk polos.
"Biar ku jelaskan. Em, gimana ya?" Ryu berfikir keras, bagaimana cara menjelaskan pada Aisyah supaya gadis itu mengerti tanpa membuatnya malu.
"Begini, kalau laki-laki dan perempuan berada dalam satu kamar, mereka akan melakukan...." Ryu memotong ucapannya sendiri karena Aisyah menutup mulutnya dengan tangan.
"Cukup aku mengerti, jangan di lanjutkan lagi." Wajah Aisyah memerah karena malu, dia baru tersadar apa yang mereka dengar dari kamar Lee itu sangat memalukan, apalagi dia mendengarnya bersama Ryu.
"Kau mau mencobanya dengan ku?" tanya Ryu, menggoda.
Aisyah mengangguk, "Iya mau, tapi kalau kamu yang menjadi suamiku, kalau tidak ya aku akan melakukan itu dengan orang lain yang menjadi suami ku kelak," jawabnya enteng.
Deg
Ryu merasa jantung berdebar terlalu berlebihan, bahkan seakan ingin terlepas dari tempatnya, dia tak rela jika gadis yang dia cintai itu menikah dengan orang lain, tidak akan rela. Harus dia yang menjadi suami Aisyah, bukan orang lain.
"Aku yang akan menjadi suami mu, Aisyah," ucapnya tegas tanpa ada keraguan sedikit pun.
💜❤️🔥💜❤️🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments