Mengejar Cinta Sang Idol

Mengejar Cinta Sang Idol

Hanya Bisa Berharap

"Mama! Aku seneng banget!" Seru seorang gadis dari arah kamarnya.

Hari masih gelap tapi gadis itu sudah terbangun dari tidurnya, dia baru saja menyelesaikan rutinitas paginya sebagai seorang muslim, tapi saat membuka media sosial dia terkejut dan langsung menjerit saat membaca boyband idolanya akan datang ke negaranya untuk pertama kali.

"Ais, kenapa kamu teriak? Ini masih pagi, enggak enak di denger tetangga." Sang Mama masuk ke dalam kamar putrinya setelah mendengar terikan sang putri.

"Maaf Ma, tapi aku seneng banget Ma, The Boys diundang ke acara televisi negara kita, itu artinya kesempatan buat aku ketemu sama mereka, Ma," jelas Aisah begitu antusiaa, berharap dia mendapatkan kesempatan bertmu dengan idolanya itu.

Mama menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya itu, "The Boys terus yang kamu pikirin, ingat kamu udah kelas dua belas Ais, sebentar lagi ujian, kamu harus rajin belajar biar bisa kuliah ke kampus impian kamu," turunnya.

"Kalau itu pasti Ma, tapi Mama ijinin kan buat aku datang ke acara itu? Aku mau ketemu idolaku Ma, please," Aisah mengiba, sebab dengan begitu sang Mama pasti tak akan tega jika tidak memberi ijin.

"Boleh saja asalkan tidak mengganggu jadwal sekolah kamu, kalau sampai kamu bolos gara-gara itu, Mama tidak ridho," buat sang Mama belajar dan sekolah adalah hal yang utama, di samping itu kegiatan apapun dia akan mengijinkan asalkan tak mengganggu kegiatan belajar.

Aisah diam, dia melihat waktu dan tanggal kapan idolanya itu akan datang, setelah melihat tanggalnya wajahnya berubah cemberut, sebab di tanggal itu bukanlah hari libur sekolah, dan dia tak mungkin bolos sekolah.

Melempar ponselnya lalu beranjak dari tempat tidur menyusul sang Mama yang sudah lebih dulu keluar kamar menuju dapur.

"Kenapa lagi?" tanya sang Mama saat melihat wajah putrinya tak secerah tadi.

Aisah menggeleng, dia malas menjawab pertanyaan sang Mama, karena dia yakin Mamanya itu mengetahui alasan wajahnya menjadi muram.

"Mama yakin suatu saat kamu bisa tuh ketemu idola kamu itu, untuk sekarang pikirkan sekolah kamu dulu," lihatlah, Mamanya bahkan bisa menebak apa yang menjadi masalahnya tanpa Aisah menjawab.

"Iya Ma," ucapnya lesu.

💜💜💜

"Tumben sepagi ini mukanya udah kusut? Listri mati ya? Dan Lo enggak bisa nyetrika tuh muka." Nita salah satu sahabat Aisah yang baru saja masuk ke dalam kelas dan mendapati sahabatnya menopamg wajah cemberut.

"Ck, pagi ini semangat hidup gue ilang separo," jawab Aisah asal.

Nita menggekngkan kepala, dia sepertinya bisa menebak apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu. "Ga...." baru saja dia akan bicara tapi seseorang lebih dahulu mengagetkan mereka berdua.

"Ais! Boyband kesayangan Lo akhirnya datang ke negara kita! Lo pasti seneng banget kalau tahu ini." Teriak seorang gadis berambut pendek yang tak lain sahabat Aisah juga. Santi.

"Jangan berisik Santi! Suara Lo kaya toa mushola, pengar kuping gue!" ucap seorang pemuda yang tak lain teman sekelas mereka.

"Mending gue kaya toa mushola, nah suara Lo kaya radio rusak, menyakitkan di telinga gue," sahut Santi tak terima.

"Udah deh San, gue pusing ditambah dengerin kalian berdua debat kepala gue makin pusing mau pecah," kekesalan Aisah bertambah karena sahabatnya sudah merusuh di pagi hari seperti ini.

"Ah iya maaf Ais, emang Lo kenapa sih? Harusnya Lo itu seneng dong sebentar lagi ketemu sang idola." Santi memeluk sahabatnya itu, dengan sedikit membungkukkan badan sebab Aisah sedang duduk dan dirinya tetap berdiri.

"Itu masalahnya, Tante Winda pasti enggak ngijinin, begitu kan Ais?" tebakan Nita sama sekali tidak meleset.

Aisah mengangguk, "Padahal gue udah bayangin bisa foto bareng mereka, karena gue yakin mereka belum banyak fans, karena baru pertama datang," jawabnya.

Santi dan Nita secara bersamaan mengusap bahu sahabatnya, mereka sama-sama tahu betapa ngefans nya Aisah dengan boyband tersebut, terutama dengan salah seorang yang fotonya tersebar di dinding kamar Aisah, bukan hanya dinding bahkan Aisah selalu membawa gambar wajah pemuda itu di dalam tasnya.

"Gue yakin Lo bakalan ketemu mereka suatu saat nanti, jadi sekarang jangan sedih ya, kalau Lo sedih kita berdua ikutan sedih," Nita meskipun terkadang ucapannya menyakitkan tapi gadis itu paling dewasa pemikirannya diantara mereka bertiga, meskipun umurnya paling muda.

Aisah mengangguk, dia pasrah sebab meyakini akan ucapan sahabatnya yang sama persis dengan sang Mama pagi tadi. Dia makin yakin jika suatu saat akan bisa berjumpa dengan idolanya itu, tak apalah sekarang hanya bisa mengkhayal asalkan suatu saat khayalan nya menjadi sebuah kenyataan.

Tak lama bel pun berbunyi disusul dengan seorang guru matematika yang memasuki ruang kelas Aisah, gadis itu kembali tenggelam dalam kegiatan belajarnya, melupakan sejenak sang idol yang tak bisa dijumpainya dalam waktu dekat ini.

Istirahat pun tiba, ketiga sahabat tersebut langsung menuju kantin meski Aisah ogah-ogahan karena nafsu makannya menghilang sejak pagi tadi, bahkan tadi pagi dia hanya sarapan segelas susu tapi sampai saat ini perutnya masih terasa kenyang.

"Nih, soto daging kesukaan Lo, gue traktir hari ini. Kebetulan banget gue dapat uang saku tambahan dari Mas gue." Santi meletakkan tiga mangkuk salah satunya berisi soto daging kesukaan Aisah dan dua yang lainnya berisi baso untuk dirinya dan Nita.

"Wah, seneng gue kalo tiap hari gini." Kedua bola mata Nita membola, di sertai binar bahagia karena hari ini dia tidak harus mengeluarkan uang sakunya dan otomatis menambah tabungan miliknya.

"Ngarep." Timpal Santi melirik sahabatnya itu.

"Harusnya uang itu Lo tabung aja San, buat acara perpisahan nanti. Gue jadi enggak enak sama Lo," beda Nita beda pula Aisah, gadis itu justru merasa tak enak hati karena dia merasa lebih mampu dibandingkan Santi meski kedua sahabatnya tak mengetahui hal itu.

"Udah, ini emang dari Mas Eko untuk traktir kalian berdua, dia sendiri yang bilang gitu, jadi enggak usah sungkan, nikmatin rejeki hari ini." Santi menuangkan saos sambal ke dalam mangkuknya lalu merupakan saos itu dan menyantap bakso kesukaannya.

"Bilangin makasih ke Mas Eko ya San," ucap Aisah pada akhirnya.

Sedangkan Nita langsung menikmati bakso kesukaannya itu tanpa mempedulikan obrolan kedua sahabatnya.

Saat sedang asik menikmati makanan mereka masing-masing, empat orang gadis datang menghampiri mereka. Menatap ketiga gadis itu yang seakan tak peduli akan kedatangan mereka sambil bersedekah di dada.

"Gue bilang apa, lo itu bisanya cuma halu, enggak mungkin bertemu The Boys, miskin sih. Nich gue punya tiketnya, mau enggak?" seorang gadis yang paling populer di sekolah itu karena kecantikan dan keindahan tubuh sesampainya mengibaskan sebuah tiket ke hadapan Aisah.

"Iya kita emang miskin, sama kan Lo juga miskin?" Nita menatap tajam gadis itu, "Miskin hati, lebih parah dari kita. Harta bisa dicari nah Lo mau cari hati di mana? Emang ada yang mau donorin hati buat orang berhati busuk kaya Lo." Lanjutnya.

"Udahlah Nit, biarin aja dia mau ngomong apa," Aisah mencegah Nita saat sahabatnya itu akan kembali membuka suara.

"Sialan Lo! Awas gue bales ya!" Vera, ya nama garis itu adalah Vera dia selalu mengganggu Aisah dan dua sahabatnya karena selalu kalah dalam hal nilai, dia tak terima hingga seringkali mengganggu Aisah dengan sengaja.

Vera maju mendekati Nita, dia ingin menjambak rambut Nita tapi tarikan dari arah belakang membuatnya mengurungkan niat.

"Ver, ada Pak Toni. Nanti Lo yang kena hukum lagi, ayo kita pergi sekarang." Salah satu sahabat Vera menyeret gadis itu dan menjauhi Aisah dan dua sahabatnya sebab ada Pak Toni sang guru BK yang selalu berpihak pada Aisah.

"Kesel gue! Ngapain si Toni datang ke kantin sih? Harusnya gue udah habisin tuh si Nita!" Vera menghentakkan kedua kakinya kesal.

.

.

Hallo semua, assalamu'alaikum...

Author datang membawa cerita baru nih. Jangan lupa dukungannya yah. Semoga Novel ini bisa sesukses Novel 'Dipaksa Menikah'.

Selamat membaca semuanya.

Terpopuler

Comments

Fajarina

Fajarina

semangat up thorrr selalu di tunggu updet ya

2023-03-04

3

AuliaNajwa

AuliaNajwa

ada apa manggil2 nma ku??

2023-03-04

3

lihat semua
Episodes
1 Hanya Bisa Berharap
2 Hari yang Ditunggu
3 Ryuga
4 Idola Baru
5 Hanya Mengagumi
6 Rencana Kuliah
7 Papa Aisyah
8 Shopping
9 Berpamitan
10 Kembali Bertemu
11 Menjenguk Ryuga
12 Tamu Tak Diundang
13 Syarat dari Ryu
14 Bertemu Ye Jun
15 Cinta Pandangan Pertama
16 Apartemen Ryu 1
17 Maafkan Aku
18 Tak Perlu Khawatir
19 Apartemen Ryu 2
20 Aku Akan Menjadi Suami Mu
21 Nasehat Mama
22 Kepergok
23 Saling Mengancam
24 Beruntung Memilikimu
25 Tiket Konser
26 Jangan Bicara Dengan Orang Asing!
27 Diculik?
28 Tak Bisa Diam Saja
29 Janji Ryu
30 Pilihan Yang Sulit
31 Dia Putriku
32 Harus Dihukum
33 Istana Tuan Park
34 Sahabat
35 Rahasia Tuan Park
36 Kencan Pertama
37 Kebahagiaan Aisyah
38 Sebuah Kesepakatan
39 Menjadi Milikmu
40 Makin Jatuh Cinta
41 Khawatir
42 Ajari Aku
43 Kembali Pulang
44 Jangan Tinggalkan Mama!
45 Permohonan Fadly
46 Jawaban Yang Sama
47 Tidak Penting
48 Bertemu Kembali
49 Saudara
50 Cemburunya Ryu
51 Komitmen
52 Bermain Peran
53 Sahabat
54 Bolehkah Aku Memeluknya?
55 Mama Winda
56 Alasan Mama
57 Menikmati Waktu Bersama Mama
58 Kamu Akan Menyesal
59 Sama Sekali Tak Berlebihan
60 Aku Setuju
61 Keputusan Yang Tepat
62 Jangan Datang Kesana!
63 Pembahasan Absurd
64 Masa Depanku
65 Tubuh Indah Ryu
66 Belum Yang Lain
67 Orang Pertama
68 Mereka Sudah Pergi
69 Senjata Api
70 Ibu Mertua
71 Keluarga Bibi Mey
72 Rencana Sora
73 Sambutan Untuk Ryu
74 Keputusan
75 Kamu Yang Utama
76 Bahagia Dan Duka
77 Bertemu Iren
78 Pindahan
79 Kehidupan Sam
80 Pelaku
81 Sebuah Foto
82 Pulang
83 Apa Yang Terjadi?
84 Kabar Ibu Ryu
85 Masalah Bertubi-tubi
86 Menerima Segala Keputusan
87 Tidak Mau Salah Langkah
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Hanya Bisa Berharap
2
Hari yang Ditunggu
3
Ryuga
4
Idola Baru
5
Hanya Mengagumi
6
Rencana Kuliah
7
Papa Aisyah
8
Shopping
9
Berpamitan
10
Kembali Bertemu
11
Menjenguk Ryuga
12
Tamu Tak Diundang
13
Syarat dari Ryu
14
Bertemu Ye Jun
15
Cinta Pandangan Pertama
16
Apartemen Ryu 1
17
Maafkan Aku
18
Tak Perlu Khawatir
19
Apartemen Ryu 2
20
Aku Akan Menjadi Suami Mu
21
Nasehat Mama
22
Kepergok
23
Saling Mengancam
24
Beruntung Memilikimu
25
Tiket Konser
26
Jangan Bicara Dengan Orang Asing!
27
Diculik?
28
Tak Bisa Diam Saja
29
Janji Ryu
30
Pilihan Yang Sulit
31
Dia Putriku
32
Harus Dihukum
33
Istana Tuan Park
34
Sahabat
35
Rahasia Tuan Park
36
Kencan Pertama
37
Kebahagiaan Aisyah
38
Sebuah Kesepakatan
39
Menjadi Milikmu
40
Makin Jatuh Cinta
41
Khawatir
42
Ajari Aku
43
Kembali Pulang
44
Jangan Tinggalkan Mama!
45
Permohonan Fadly
46
Jawaban Yang Sama
47
Tidak Penting
48
Bertemu Kembali
49
Saudara
50
Cemburunya Ryu
51
Komitmen
52
Bermain Peran
53
Sahabat
54
Bolehkah Aku Memeluknya?
55
Mama Winda
56
Alasan Mama
57
Menikmati Waktu Bersama Mama
58
Kamu Akan Menyesal
59
Sama Sekali Tak Berlebihan
60
Aku Setuju
61
Keputusan Yang Tepat
62
Jangan Datang Kesana!
63
Pembahasan Absurd
64
Masa Depanku
65
Tubuh Indah Ryu
66
Belum Yang Lain
67
Orang Pertama
68
Mereka Sudah Pergi
69
Senjata Api
70
Ibu Mertua
71
Keluarga Bibi Mey
72
Rencana Sora
73
Sambutan Untuk Ryu
74
Keputusan
75
Kamu Yang Utama
76
Bahagia Dan Duka
77
Bertemu Iren
78
Pindahan
79
Kehidupan Sam
80
Pelaku
81
Sebuah Foto
82
Pulang
83
Apa Yang Terjadi?
84
Kabar Ibu Ryu
85
Masalah Bertubi-tubi
86
Menerima Segala Keputusan
87
Tidak Mau Salah Langkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!