Beberapa hari setelah jumpa fans, The Boys sudah kembali ke negaranya. Mereka saat ini memang bukan boyband terkenal seperti senior mereka, tapi tak ada yang tahu bukan dimasa depan mereka akan seperti apa? Kegiatan mereka saat ini yang terpenting terus berusaha, berkarya dan melakukan promosi. Meski boyband itu sudah terbentuk sejak tiga tahun yang lalu, tapi sepertinya mereka belum biasa berpangku tangan menikmati kesuksesan, tapi saat ini sudah sedikit terbuka jalan kesuksesan tersebut.
Seperti saat ini mereka baru saja selesai latihan di hari ini, esok mereka akan tampil di salah satu konser boyband ternama di negaranya sebagai tamu dan mendapatkan menyanyikan dua lagu.
"Ryu sepertinya kau terlihat bahagia setelah bertemu gadis berhijab itu, apa kau tertarik dengannya?" tanya Ye Jun sang leader.
Saat ini mereka sedang duduk di lantai, mengistirahatkan diri mereka setelah lelah latihan. Ada yang sedang melihat ponsel ada juga yang sedang menikmati air mineral yang tersedia.
Ryuga tersenyum mendengar pertanyaan leadernya itu, "Hey kau tahu, dia itu mengagumi mu! Aku hanya kagum saja dengannya, sepertinya dia lebih mementingkan perasaan orang lain dari pada dirinya sendiri, buktinya dia lebih memilih menemaniku mengobrol, kan? Bukankah dia sangat mengagumkan?" ucapnya menjawab pertanyaan Ye Jun dengan pertanyaan lagi.
"Kau tahu, kemarin aku sangat malu sebenarnya karena tak ada satupun dari ratusan gadis itu yang mendekati ku, tapi saat dia datang rasa percaya diriku kembali," lanjutnya.
"Wah, sepertinya kau memang menyukai gadis itu," sahut Lee yang baru saja mendekati mereka dan mendengar percakapan kedua sahabatnya.
"Dia cantik, aku mendukung mu," Sam juga ikut menyahuti, membuat Ryu bungkam.
"Tapi apa dia mau dengan mu? Dia gadis muslim, dan kau tak memiliki agama apapun," ucapan siapa lagi yang seringkali tak bisa diajak bercanda sedikit saja, jika bukan Shin yang mengatakannya.
"Tak bisakah kau menghibur sahabatmu sedikit saja, Shin? Lihat wajahnya menjadi pucat seperti itu." Je Yun menunjuk wajah Ryu yang berubah setelah mendengar ucapan Shin.
"Shin memang tidak salah, tapi dengarkan dulu aku hanya sebatas kagum saja dengan gadis muda itu. Umurnya saja baru tujuh belas tahun, jauh sekali dengan ku," sahut Ryu, merasa ucapan Shin benar adanya. Wajahnya berubah bukan karena dia kecewa dengan ucapan Shin, tapi dia lebih merasa tak percaya diri saja.
Keempat sahabatnya itu mengangguk hampir bersamaan.
"Kalau aku akan melakukan apapun untuk gadis yang ku suka, tak peduli dia berbeda dengan ku. Bukankah cinta itu butuh perjuangan?" Shin yang tadi menciutkan hari Ryu, kini seolah menyemangati sahabatnya itu.
"Ck, kau itu," sahut Sam.
"Kalau mau menjatuhkan ya jatuhkan saja, jangan buat dia makin bimbang!" lanjutnya tak suka dengan ucapan Shin.
"Sudahlah, aku lelah dan lapar. Kalian tidak lapar?" Ryu memilih untuk mengakhiri pembahasan ini, karena menurutnya memang tak perlu dilanjutkan sebab dia hanya kagum saja dengan Aisah tidak lebih.
Malam hari Ryuga sudah kembali ke rumahnya, seperti biasa dia langsung menuju kamar miliknya saat sampai di rumah. Sejak kepergian sang ibu yang memilih kembali ke negaranya Ryu jarang berkumpul dengan sang ayah dan juga adiknya. Selalu menyibukkan diri dengan kegiatan di luar, bahkan seringkali dia tak pulang ke rumah dan memilih untuk tetap bersama keempat sahabatnya di HS (Home Studios) yang memang tinggal di sana, karena dari kelima personel hanya Ryu yang berasal dari kota itu bahkan rumahnya juga sangat dekat dengan HS.
"Benarkah aku menyukai gadis itu? Tapi aku hanya kagum saja padanya, sungguh hanya itu tak lebih. Aku merasa penting saat pertama kali berbicara dengan dia. Aku tahu dia menyukai Ye Jun tapi, saat berbicara denganku dia sama sekali tak bertanya tentang Ye Jun," gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.
Cukup lama dia memikirkan ucapan keempat sahabatnya, lalu dia bangkit dari tempat tidur menuju sebuah lemari tempat menyimpan barang berharga miliknya. Bahkan dia mengunci lemari itu dan membawa ikut serta kuncinya kemanapun dia pergi.
Dia meraih sebuah kain berwarna biru, yah itu adalah hijab pasmina milik Aisah.
"Aku akan menunggu kedatangan mu lagi Aisah. Nama yang cantik, seperti orangnya." Dia mencium pasmina itu, masih wangi seperti saat pertama kali dia mendapatkannya dari Aisah.
"Apakah kamu masih mengingatku?" tanyanya entah pada siapa.
"Tapi aku tak terlalu berharap kau mengingatku, sebab kau menyukai Ye Jun. Aku tidak ada apa-apa nya dibandingkan Ye Jun, dia lelaki sempurna idaman para wanita, sedangkan aku hanya lelaki biasa saja, bahkan aku merasa paling jelek diantara keempat sahabatku," gumamnya mengingat di beberapa jumpa fans dia paling sedikit yang menghampiri.
"Selain jelek wajah, nasibku pun sama tak seberuntung wajahku, ck," dia berdecak saat mengingat kehidupannya sebelum bertemu dengan keempat sahabatnya.
Dia meletakkan kembali pasmina itu dan mengunci lemari tersebut. "Aku janji akan mengembalikan kain ini pada mu Aisah," ucapnya lalu kembali berbaring di kasur.
Tak lama terdengar ketukan pintu cukup keras dan teriakan seseorang dari luar kamar.
"Jung! Buka pintunya! Ayah mau bicara!" seru sang ayah dari luar kamar.
Dengan malas Ryu pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar, "Sudah kubilang jangan panggil dengan nama itu, aku Ryuga, buka Kim Dae Jung! Aku lebih suka nama pemberian ibuku!" ucapnya tak suka.
"Terserah itu tak penting sama sekali! Sekarang keluarlah, adikmu sudah menunggu!" sang Ayah lebih dulu meninggalkan Ryu menuju ruang keluarga.
Dengan terpaksa Ryu pun mengekor sang Ayah, dia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan ayahnya.
Ryu duduk di single sofa dengan melipat kedua tangannya di dada. "Ada apa lagi?" tanya pemuda berusia dua puluh empat tahun itu.
"Kau tahu adikmu sudah lulus kuliah bukan? Dan sejak seminggu lalu adikmu sudah masuk perusahaan, apa kamu akan tetap bertahan jadi idola yang sangat tidak penting itu? Kau tahu jika memilih itu, kau tak akan memiliki apapun. Kau akan seperti itu saja, tak akan mungkin bisa sukses, itu hanya mimpi dia siang bolong," sang Ayah memang tak pernah mendukungnya untuk berkarir di dunia musik, selalu saja memaksa dirinya duduk di perusahaan untuk menggantikan dirinya.
"Aku tetap pada keputusanku tuan Kim. Apa kau tidak yakin dengan putra kesayanganmu itu hingga memaksaku untuk masuk perusahaan? Dan apakah kau tidak takut aku akan merobohkan perusahaan mu? Karena aku tak memiliki bakat di sana." Ryu beranjak dari duduknya dan meninggalkan Ayah beserta sang adik, dia terlalu muak jika sang Ayah sudah menyinggung tentang karirnya di dunia musik.
"Ck, ini alasanku kenapa malas pulang ke rumah." Ryu menutup pintu dengan keras, meluapkan emosinya.
💜🔥💜🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments