"Tidak terjadi apa-apa dengan dia, hanya mengalami syok ringan, dan sebentar lagi dia pasti akan siuman. Tidak perlu obat apapun, jadi setelah cairan infus ini habis, dia boleh langsung pulang," terang seorang dokter yang baru saja memeriksa Aisyah.
Setelah mengatakan hal tersebut dokter itupun berlalu, meninggalkan sepasang kekasih itu.
"Maafkan aku Aisyah," entah berapa puluh kali Ryu terus mengucapkan kata maaf pada gadis itu, dia seakan tak bosan karena dirinya merasa sangat bersalah.
Tak lama Aisyah bergumam seperti seseorang yang sedang mimpi karena kedua kelopak matanya masih terpejam.
"Ma, aku belum mau mati. Mama, aku kangen Mama," gumam gadis itu menggunakan bahasa ibunya.
Ryu tentu tak mengerti apa yang dikatakan Aisyah, tapi dia sedikit paham saat gadis itu mengatakan kata Mama, yang pasti Aisyah memanggil nama ibunya.
Ryu mengusap pipi Aisyah, dia ingin menyadarkan gadis itu. "Sweetheart, kamu disini bersama ku. Tenanglah kita sudah aman," ucapnya.
Aisyah perlahan membuka kelopak matanya, dia terkejut melihat Ryu duduk di samping tempat dirinya berbaring, tapi dia langsung tersadar akan apa yang telah terjadi pada mereka, Aisyah pun langsung bangkit dari tidurnya dan memeluk Ryu erat.
"Aku takut Ryu, aku belum mau mati." Ucapnya sambil terisak. Dia masih terbayang akan kejadian beberapa saat lalu, dia yang merasakan nyawanya melayang dan keluar dari raganya, takut sekali apalagi saat itu mereka berada di jalan raya yang kapan saja bisa membahayakan mereka berdua.
"Tenanglah, sekarang kamu sudah aman. Dan aku minta maaf telah membuatmu seperti ini, aku janji hal ini tak akan pernah terjadi lagi." Ryu membalas pelukan kekasihnya itu, mencoba menemukan Aisyah yang terlihat masih sangat syok.
Cukup lama Aisyah menangis dalam pelukan Ryu, dia menumpahkan segala ketakutan dan kekhawatiran yang dia rasakan sejak tadi, sungguh tak pernah terbayang dalam hidupnya akan mengalami hal seperti ini.
"Katakan padaku siapa mereka dan kenapa mengejar kita?" Aisyah melepas pelukannya, kini dia beralih menatap tajam Ryu.
Ryu menggeleng, dia masih ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Aisyah.
"Apa kamu punya musuh?" tanya Aisyah lagi.
"Ryu! Kenapa diam? Aku mengkhawatirkan dirimu." Aisyah kesal sebab sejak tadi Ryu tak mau menjawab pertanyaannya, dia pun memukul dada kekasihnya itu.
"Baiklah, terserah kamu, mau diam saja aku pun tak akan peduli, aku hanya orang lain yang tak perlu kau percaya untuk mengetahui semua masalah mu." Kali ini Aisyah kembali berbaring, bahkan dia sengaja membelakangi Ryu karena sejak tadi kekasihnya itu hanya diam saja.
Baru saja Ryu akan berbicara Aisyah lebih dulu mengeluarkan suara. "Pulanglah, aku bisa sendiri di sini, tak perlu repot-repot menunggu ku di sini," Aisyah mengusir Ryu karena dia kesal kekasihnya itu tak mau berkata jujur.
"Aisyah, bukannya aku tak mempercayai mu, hanya saja aku takut kamu mengkhawatirkan ku berlebihan, padahal aku tak apa-apaapa-apa," ucap Ryu, meski diusir dia tak akan tega meninggalkan Aisyah di sana begitu saja.
"Aku janji akan menceritakan semuanya nanti setelah kita pulang, ya. Di sini tak memungkinkan untuk bercerita. Maafkan aku sweetheart." Ryu meraih salah satu tangan Aisyah lalu menggenggamnya.
Aisyah diam, dia masih dalam posisi membelakangi Ryu, dia masih enggan melihat wajah kekasihnya itu.
Ryu tak tahan jika Aisyah terus diam dan tak mau menghadap dirinya, dia pun mencari cara supaya kekaishnya itu kembali menghadap ke arahnya.
"Aisyah, ternyata rambutmu sangat indah ya, hitam pekat, pasti panjang kan rambutmu itu?" tanya Ryu seolah-olah melihat rambut Aisyah yang tertutup kain pashmina.
"Apa? Rambutku terlihat? Kamu keluar dulu sana, aku mau benerin rambut." Aisyah bangkit lalu meraba bagian kepala belakangnya, tapi tak merasakan ada rambutnya yang keluar, saat itu dia tersadar jika Ryu mengerjai nya.
"Ih kamu ini! Aku kesel sama kamu! Aku marah sama kamu! Tau enggak!" Aisyah memukul dada Ryu, tapi pemuda itu tak marah justru terbahak karena berhasil mengerjai sang kekasih.
"Udah ya jangan marah lagi, aku minta maaf. Aku janji nanti akan aku ceritakan apa yang ingin kamu tahu tentang diriku, semuanya. Sekarang kita persiapan pulang. Aku mau mengurus administrasi sebentar, kamu tunggu di sini ya." Setelah mendengar jawaban Aisyah, Ryu pun keluar dari IGD dengan mengenakan hoodie dan topinya lagi untuk menutup wajah.
💜❤️🔥💜❤️🔥💜
Aisyah dan Ryu kembali ke apartemen bahkan sebelum acara jalan-jalan mereka terlaksana, tapi tak masalah asalkan mereka kembali dengan keadaan baik. Ryu sengaja meninggalkan mobilnya di rumah sakit, dia tak ingin orang suruhan Ayahnya kembali menemukan mereka, sebab dia berencana akan menemui Ayahnya nanti setelah keadaan Aisyah membaik.
"Itu memang salahku, Ayahku sejak kemarin minta bertemu, aku di suruh pulang, tapi aku tak menggubrik ucapannya. Mungkin dia mengirim seseorang untuk membawa ku pulang," terang Ryu menjelaskan pada Aisyah.
"Aku takut ayahmu akan mencelakai dirimu nanti," Aisyah sebenarnya tak ingin Ryu datang ke rumah Ayah pemuda itu, tapi dia tak memiliki hak sama sekali.
"Tenang ya, Ayah tak akan mencelakai ku hingga tewas, mungkin hanya menghajar ku saja," sahut Ryu enteng.
"Tapi tetap saja, aku khawatir dengan mu," timpal Aisyah.
"Kamu tenang saja, aku pasti bisa mengatasinya." Ryu terus menenangkan Aisyah berharap gadis itu tak mengkhawatirkan dirinya lagi.
"Tapi aku tetap khawatir," bagaimana bisa dia tidak khawatir jika kekasihnya akan masuk ke tempat berbahaya? Tentu saja dia khawatir terjadi sesuatu dengan Ryu.
"Ayo kita makan siang dulu, sepertinya sudah ada makanan di meja makan. Tadi aku sengaja meminta seseorang untuk membelikan makanan untuk kita." Ryu mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Aisyah makan siang.
Akhirnya mereka berdua pun makan siang bersama dengan menu yang sudah tersaji di atas meja makan. Selesai makan Aisyah membereskan semua bekas makan mereka tak lupa mencucinya. Sesuai janjinya pagi tadi, dia membersihkan kamar Ryu yang memang masih seperti semula sebelum mereka pergi.
"Kamu terbiasa seperti ini ya?" tuduh Aisyah saat dia sibuk membereskan pakaian pemuda itu yang berada di atas kasur.
"Enggak juga, ini kebetulan saja. Tapi sepertinya setiap hari minggu aku akan membiarkan kamarku berantakan seperti ini," jawab Ryu.
Pemuda itu sedang duduk di sofa sambil memperhatikan Aisyah yang sedang membereskan kamarnya tanpa berniat membantu. Dia makin kagum dengan gadis muda itu, selain cantik dia juga rajin.
"Kenapa begitu?" tanya Aisyah.
"Kan ada kamu yang bersihkan. Aku suka melihat kamu seperti itu, terlihat makin cantik," entah memuji atau hanya ingin menggoda Aisyah Ryu mengatakan hal dengan sebuah senyuman manis di bibirnya.
💜❤️🔥💜❤️🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments