Aisyah menikmati hari-harinya dengan kuliah di negara dimana idolnya tinggal itu, tapi sayang seribu sayang, sudah hampir satu tahun dia berada di negara para idol itu, belum sekalipun dia bertemu dengan idolanya. The Boys bagaikan ditelan bumi, tak ada kabar mereka melakukan konser di negara sendiri. Bahkan dia sempat bertanya pada teman yang berasal dari negara itu, tapi jawabannya tak mengenal The Boys.
"Ini aneh, kenapa mereka tak mengenal The Boys?" tanya nya pada diri sendiri.
"Kamu enggak usah heran, di negara ini banyak sekali boyband dan girlband, dan mereka akan mengenal idol yang memang sudah mendunia. Biasanya mereka akan terkenal di luar negeri terlebih dahulu, lalu warga di negara ini, itulah yang kerap kali terjadi," ternyata temannya itu mendengar pertanyaan Aisyah hingga dia menjawab dengan panjang lebar.
"Begitu ya?" Aisyah paham sekarang, sepertinya The Boys lebih memilih menerima tawaran dari luar daripada di negeri sendiri.
Sejak saat itu, Aisyah terus mencari informasi tentang keberadaan sang idolanya dengan cara apapun. Bahkan tak segan bertanya langsung dengan beberapa teman yang mungkin saja mengenal The Boys. Sebab media sosial The Boys selama ini sunyi tanpa sebuah kabar apapun, entah apa karena mereka mengganti medsos atau memang sengaja tak membuat postingan. Dia tak menyerah, menurutnya pasti ada sesuatu yang membuat The Boys menghilang.
Hingga suatu pagi, dia membaca portal berita online yang membuatnya tertarik sekaligus terkejut saat membaca berita itu.
"Seorang idol pendatang baru dari sebuah boyband bernama The Boys, mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara memotong urat nadi, untung saja dia masih bisa diselamatkan oleh ke empat sahabatnya. Diketahui idol itu bernama Ryu dan saat ini dia dirawat di sebuah rumah sakit," kira-kira seperti itu berita yang Aisyah baca.
Pagi itu, dia bergegas ke kampus untuk menyelesaikannya kuliahnya, sebab setelah itu dia akan datang menemui Ryuga di rumah sakit tempat dia di rawat. Rumah sakit yang terletak di ibukota negara itu yang memang tak jauh dari tempat Aisyah tinggal saat ini.
Selama belajar, dia sama sekali tak konsentrasi, terus memikirkan kenapa Ryuga yang begitu ramah dan baik itu ingin mengakhiri hidupnya? Beban hidup apakah yang dia tanggung?
"Hai! Hari ini kau banyak melamun Aisyah, ada apa?" tanya temannya.
Aisyah tersenyum lalu dia menggeleng, "Ah tidak ada, aku hanya rindu dengan Mama," jawabnya berbohong. Dia memang sedikit tertutup dengan teman-teman barunya di negara ini.
Sepulang kuliah dia pun bergegas menuju rumah sakit tersebut, dia ingin sekali bertemu dengan Ryuga, melihat kondisi pemuda. Tak peduli jika nanti tak diijinkan menemuinya, yang terpenting saat ini dia harus sampai di rumah sakit tersebut.
💜🔥💜🔥💜
Ryuga baru saja membuka mata saat dia mendengar pintu kamarnya di buka dari luar. Mucullah seorang perawat dengan membawa nampan berisi makan siang untuknya.
"Tuan, permisi saya membawa makan siang untuk anda. Apakah mau langsung dimakan atau tidak?" tanya perawat itu.
"Nanti saja makannya, aku masih belum lapar," jawab Ryu tanpa menatap perawat itu.
Perawat tersebut tak memaksa, dia akhirnya berpamitan dari ruangan Ryuga.
Setelah kepergian perawat tersebut, Ryuga turun dari ranjangranjang menuju kamar mandi, hasratnya ingin membuat hajat sudah tak terbendung lagi.
Ryu baru saja keluar dari kamar mandi saat pintu kembali dibuka, seorang lelaki masuk ke dalam ruangannya. Lelaki itu adalah utusan dari sang Papa untuk menjaga dirinya di rumah sakit.
"Ada apa?" tanyanya, sebab dia menyuruh lelaki itu untuk menunggu di luar.
"Tuan, ada seorang gadis muda dari salah satu fans anda memaksa masuk, saya sudah melarangnya tapi dia terus memaksa, dia bilang akan masuk sebentar saja, jika anda tidak mengenalinya dia akan langsung pergi, katanya. Saya takut dia itu bermaksud jahat pada anda," jawab lelaki itu.
Ryuga berfikir sejenak, dia mengingat siapa gadis itu, sepertinya dia tak memiliki teman dekat seorang gadis. Lalu siapa gadis itu?
"Seperti apa ciri-cirinya?" tanya nya lagi.
"Dia sepertinya bukan berasal dari negara kita, karena menggunakan penutup di kepalanya. Tinggi...." Lelaki itu terpaksa menghentikan ucapannya karena Ryuga menyela.
"Biarkan dia masuk," titahnya.
"Anda serius?"
"Aku bilang biarkan dia masuk! Apa susahnya sih? Cepetan!" Ryu memang tak begitu menyukai apapun yang berasal dari sang Ayah, seperti seseorang yang saat ini menjaga dirinya tersebut.
"Baiklah," ucap lelaki itu pasrah. Dia pun keluar guna menemui gadis yang dimaksud tadi.
Ryu terus berfikir siapa gadis itu? Mungkinkan gadis yang sama yang dulu memberinya sebuah kain yang kini masih dia simpan rapi di dalam lemari, tapi mana mungkin? Hingga suara pintu kembali terbuka, benar saja gadis itu adalah gadis yang sama.
"Ryu?" Aisyah menyebut namanya.
Ryuga tersenyum, "Aisyah? Kau masih mengingatku?" tanyanya yang sebenarnya tak perlu ditanyakan lagi.
Aisyah membalas senyum Ryu, dia mendekat ke arah pemuda itu, "Justru harusnya aku yang bertanya. Kalau aku sudah pasti," jawabnya.
Ryu merentangkan tangannya, bermaksud agar Aisyah memeluknya. Tanpa pikir panjang, gadis itu pun langsung meneluk Ryuga sang idola.
Sedangkan Ryuga mengusir lelaki itu yang masih bertahan di samping pintu dengan skor matanya. Dengan langkah berat lelaki itu pun keluar.
"Kenapa kamu melakukan ini! Kamu sudah enggak mau bertemu dengan ku lagi? Kamu enggak mau mengembalikan hijab milikku itu? Kamu mengingkari janji." Tiba-tiba Aisyah melepaskan pelukannya, dia memukul pelan dada Ryu lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
Sungguh tingkah yang sangat menggemaskan menurut Ryu, dia sama sekali tidak marah, justru dia tersenyum melihat tingkah gadis itu.
"Hei, kamu sudah mahir menggunakan bahasa ku. Hebat sekali ya," Ryu tak menanggapi kemarahan Aisyah, dia justru mengagumi cara bicara Aisyah.
"Ih, aku bahas apa, kamu bahas apa, enggak nyambung." Aisyah menatap Ryu, "Kenapa kamu melalukan itu?" tanyanya lembut.
Ryu menggeleng, "Tidak ada hanya iseng," jawabnya.
Aisyah membelalakan kedua matanya tak percaya dengan ucapan pemuda dihadapannya ini.
"Jangan bohong! Jangan lakuin itu lagi? Aku tak suka dan aku belum bisa menerima kepergianmu, karena kamu belum mengembalikan kain itu." Aisyah kembali melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hanya itu?" tanya pemuda itu.
Aisyah mengangguk.
"Kalau begitu akan melakukan hal ini lagi," ucap Ryu lemah.
Aisyah terkejut mendengar ucapan Ryu, "Apa maksud mu? Kenapa mau melakukan hal itu lagi? Kamu jahat kalau begitu," ucapnya.
"Karena tak ada lagi yang membutuhkan ku," jawab Ryu.
"Aku masih membutuhkan mu, Ryu!" Aisyah meninggikan sedikit suaranya, dia tak terima jika Ryu akan menyakiti dirinya sendiri lagi.
"Iya, butuh aku untuk mengembalikan kain itu saja, kan? Dan setelah itu kau sudah tak lagi membutuhkan ki," sahut Ryu, putus asa.
Aisyah menggelengkan kepala, "Bukan hanya itu, aku membutuhkan mu untuk menjadi teman mengobrol ku, dan masih banyak lagi, pokonya aku membutuhkan mu," jawabnya.
"Hanya teman?" Ryu bertanya lagi.
Aisyah mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan maksud pertanyaan Ryu, "Lalu apalagi coba?" tanyanya.
"Kekasih." Kali ini Ryu menatap bola mata Aisyah yang terlihat sangat terkejut mendengar ucapannya, bahkan pipi gadis itu memerah.
💜🔥💜🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments