Hari yang Ditunggu

Beberapa hari berlalu, kini Aisah sedang menatap televisi penuh antusias dan binar bahagia, sebab idolanya sedang tampil dalam acara tersebut. Dengan memangku sebuah toples berisi kripik singkong buatan sang Mama, dia menikmati siaran televisi itu dan mengabaikan sekelilingnya.

"Andai aja aku bisa kesana sekarang?" gumamnya dengan mulut penuh kripik singkong.

"Yah, kok iklan sih? Bentar banget perasaan," keluhnya saat layar televisi menampilkan sebuah iklan pewangi pakaian.

"Ternyata ganteng juga idola Lo kalo liat langsung di tivi gini ya? Gue baru nyadar," ucap Nita yang selama ini tak begitu memperhatikan idola sahabatnya itu, sebab dia tak suka dengan idol seperti itu, dia lebih memilih nonton drama.

"Gue tuh masih keinget kemarin, sayang banget Vera nyobek tiket itu, andai aja boleh gue minta, udah pasti sekarang gue di sana liat para idol itu," Santi tak menghiraukan ucapan Nita, sebab dia sama halnya dengan Aisah yang mengidolakan boyband tersebut, tapi dia tak separah dan selebay Aisah.

"Ck, enggak usah diinget, di itu sengaja kaya gitu, mau nunjukin kalau dia mampu, biar aja yang rugi juga dia sendiri, kan?" Nita menimpali.

Aisah mengangguk, "Iya, gue juga kalau di kasih tiket ith cuma-cuma tetep akan nolak," ucapnya.

"Ya iyalah, secara Lo enggak boleh pergi, kalau buat beli tiket gue rasa Lo bisa, tapi untuk pergi ke sana, no." Santi menggelengkan kepala seakan apa yang dia ucapkan benar adanya.

"Kalian berdua ikutan Aisah? Bucin sama idol itu juga?" Mama Winda datang dengan membawa nasi goreng di nampan beserta piring dan sendok untuk mereka semua.

"Aku baru kali ini liat langsung di tivi Tan, biasanya liat sekilas di hape Aisah," jawab Nita.

"Tante kok repot sih, jadi enggak enak ini," tambahnya saat melihat nasi goreng dihadapannya yang masih mengeluhkan asap.

"Udah, kita makan dulu ya. Tante cuma punya ini, tadi lupa belanja saking sibuknya ngurusin pesanan." Winda mengisi setiap piring dan memberikan pada tiga gadis itu. Dia sangat bahagia jika kedua sahabat putrinya datang ke rumah apalagi jika merek berencana menginap seperti malam ini.

Mereka menikmati makan malam yang sudah terlewat itu dengan santai sambil menunggu iklan yang masih enggan usai.

"Mah, mama kira-kira gimana kalau punya mantu kaya Ye Jun? Pasti Mama seneng banget, para tetangga enggak akan ada yang remehin Mama lagi, karena mantunya seorang idol," ucap Aisah saat televisi menampilkan idol tersebut.

"Mama sih oke aja, asalkan dia mau ikut agama kita. Tapi kayaknya kamu ngehayalnya terlalu jauh deh." Jawab sang Mama santai.

"Biasa Tan, Aisah selalu gitu kalau bicara sama kita berdua, menghayal jadi istri idolanya itu," timpal Nita yang sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya tersebut.

Malam itu mereka habiskan dengan membahas idol tersebut tanpa henti, tentu saja Aisah yang bercerita dengan segala khayalan nya. Meski begitu Nita dan Santi tetap mendengarkan ocehan sahabtnya tanpa menyela.

"Coba deh Lo buat novel aja Ais, nanti kita berdua bakalan baca novel Lo itu, gue yakin banyak peminatnya, sebab kalo lo cuma cerita ke kita berdua hanya kita yang nikmatin ya meskipun nikmatin dengan terpaksa," Nita selalu tak bisa mengontrol ucapannya jika sudah kesal.

"Ck, apa sih. Yaudah kalian berdua tidur aja, gue mau buat novel seperti yang lo bilang," kesal Aisah.

💜💜💜💜

Beberapa bulan berlalu, idola Aisah itu kembali datang ke negaranya. Kali ini dia bisa tersenyum bahagia karena bisa datang ke acara tersebut, karena tepat saat liburan sekolah. Tapi, Aisah harus pergi seorang diri tanpa dua sahabatnya, sebab mereka sedang berkunjung ke rumah nenek masing-masing.

"Hati-hati sayang, kalau ada apa-apa langsung telfon Mama ya. Ini pertama kalinya Mama melepas kamu pergi sendiri ke luar kota, harusnya Mama ikut tapi enggak bisa karena banyak kerjaan yang harus Mama tangani sendiri." Winda menasehati sang putri yang pagi ini akan pergi ke luar kota, dia khawatir meskipun Aisah bukan kali pertama datang ke kota itu, tapi dia pergi seorang diri tanpa dirinya.

"Siap Ma, santai aja aku akan baik-baik aja Ma, nanti kalau udah sampai aku kabarin pokonya, Mama hati-hati di rumah ya, doakan aku semoga bertemu dengan ifolaku itu." Aisah menyalami sang Mama lalu pergi menaiki sebuah ojek menuju stasiun.

Perjalanan kali ini meskipun dia lalui seorang diri, Aisah pergi dengan perasaan bahagia, sebab dia akan bertemu dengan idolanya itu. Sungguh hari yang dia tunggu-tunggu sejak dulu, sejak mengenal The Boys, boyband yang berisi lima personil itu.

Sesampainya di kota tujuan Aisah langsung menuju hotel terdekat dengan tempat acara tersebut, dia sedikit menyesal sebab tak bisa menyambut kedatangan idolanya itu di bandara, karena ternyata mereka sudah datang sejak pagi tadi, sedangkan dia siang hari baru sampai di kota tersebut, tapi dia akan datang lebih awal diacara itu, supaya bisa menurut kedatangan idolanya sebelum naik ke atas panggung. Untung saja saat itu dia sedang datang bulan hingga tak mengharuskan dia melakukan kewajiban sebagai seorang muslim.

Hatinya terus berdebar hebat sejak masuk ke sebuah studio salah satu stasiun televisi, sebab dia sudah tak sabar menanti kedatangan idolanya tersebut. Apalagi semua penyanyi yang mendapatkan undangan sudah stay di tempat itu semua, bahkan mereka ikut dalam pembukaan acara itu, sedangkan boyband idolanya sama sekali belum terlihat.

"Lama banget sih, gue enggak sabar," gumamnya.

Ternyata gumaman nya itu terdengar oleh seseorang yang duduk di sampingnya, seorang perempuan dewasa, "Nungguin The Boys juga?" tanya perempuan itu.

"Eh iya Kak, Kakaknya juga nungguin mereka?" jawab dan tanya Aisah.

Perempuan itu tersenyum lalu mengangguk, "Iya, aku pengen ketemu sama Ye Jun, dia gantengnya enggak ada tandingan apalagi kalau lagi ngerap, uhh serasa pengen langsung di halalin," jawabnya.

Aisah tersenyum kecut, ternyata bukan hanya dia yang mengidolakan Ye Jun, bahkan perempuan dewasa di sampingnya itu terlihat lebih parah dari pada dia.

"Ih pacar halu ku, halalin aku dong, Ye Jun ku," ucap perempuan itu lagi.

Aisah hanya meringis, sepertinya dia tak selebay wanita tersebut.

"Wah akhirnya mereka muncul. Ye Jun, Ye Jun, Ye Jun." Teriak perempuan itu sama sekali tak memepdulikan umurnya.

Aisah hanya diam menatap idolanya otu penuh binatang bahagia, ingin rasanya dia turun ke panggung untuk sekedar bersalaman dengan mereka, ah pasti bahagia sekali.

Selama acara itu berlangsung, Aisah terus tersenyum penuh kebahagiaan, apalagi mereka mengatakan jika esok akan mengadakan jumpa fans di tempat tersebut. Hal itu yang ditunggu Aisah selanjuntya.

💜💜💜

Episodes
1 Hanya Bisa Berharap
2 Hari yang Ditunggu
3 Ryuga
4 Idola Baru
5 Hanya Mengagumi
6 Rencana Kuliah
7 Papa Aisyah
8 Shopping
9 Berpamitan
10 Kembali Bertemu
11 Menjenguk Ryuga
12 Tamu Tak Diundang
13 Syarat dari Ryu
14 Bertemu Ye Jun
15 Cinta Pandangan Pertama
16 Apartemen Ryu 1
17 Maafkan Aku
18 Tak Perlu Khawatir
19 Apartemen Ryu 2
20 Aku Akan Menjadi Suami Mu
21 Nasehat Mama
22 Kepergok
23 Saling Mengancam
24 Beruntung Memilikimu
25 Tiket Konser
26 Jangan Bicara Dengan Orang Asing!
27 Diculik?
28 Tak Bisa Diam Saja
29 Janji Ryu
30 Pilihan Yang Sulit
31 Dia Putriku
32 Harus Dihukum
33 Istana Tuan Park
34 Sahabat
35 Rahasia Tuan Park
36 Kencan Pertama
37 Kebahagiaan Aisyah
38 Sebuah Kesepakatan
39 Menjadi Milikmu
40 Makin Jatuh Cinta
41 Khawatir
42 Ajari Aku
43 Kembali Pulang
44 Jangan Tinggalkan Mama!
45 Permohonan Fadly
46 Jawaban Yang Sama
47 Tidak Penting
48 Bertemu Kembali
49 Saudara
50 Cemburunya Ryu
51 Komitmen
52 Bermain Peran
53 Sahabat
54 Bolehkah Aku Memeluknya?
55 Mama Winda
56 Alasan Mama
57 Menikmati Waktu Bersama Mama
58 Kamu Akan Menyesal
59 Sama Sekali Tak Berlebihan
60 Aku Setuju
61 Keputusan Yang Tepat
62 Jangan Datang Kesana!
63 Pembahasan Absurd
64 Masa Depanku
65 Tubuh Indah Ryu
66 Belum Yang Lain
67 Orang Pertama
68 Mereka Sudah Pergi
69 Senjata Api
70 Ibu Mertua
71 Keluarga Bibi Mey
72 Rencana Sora
73 Sambutan Untuk Ryu
74 Keputusan
75 Kamu Yang Utama
76 Bahagia Dan Duka
77 Bertemu Iren
78 Pindahan
79 Kehidupan Sam
80 Pelaku
81 Sebuah Foto
82 Pulang
83 Apa Yang Terjadi?
84 Kabar Ibu Ryu
85 Masalah Bertubi-tubi
86 Menerima Segala Keputusan
87 Tidak Mau Salah Langkah
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Hanya Bisa Berharap
2
Hari yang Ditunggu
3
Ryuga
4
Idola Baru
5
Hanya Mengagumi
6
Rencana Kuliah
7
Papa Aisyah
8
Shopping
9
Berpamitan
10
Kembali Bertemu
11
Menjenguk Ryuga
12
Tamu Tak Diundang
13
Syarat dari Ryu
14
Bertemu Ye Jun
15
Cinta Pandangan Pertama
16
Apartemen Ryu 1
17
Maafkan Aku
18
Tak Perlu Khawatir
19
Apartemen Ryu 2
20
Aku Akan Menjadi Suami Mu
21
Nasehat Mama
22
Kepergok
23
Saling Mengancam
24
Beruntung Memilikimu
25
Tiket Konser
26
Jangan Bicara Dengan Orang Asing!
27
Diculik?
28
Tak Bisa Diam Saja
29
Janji Ryu
30
Pilihan Yang Sulit
31
Dia Putriku
32
Harus Dihukum
33
Istana Tuan Park
34
Sahabat
35
Rahasia Tuan Park
36
Kencan Pertama
37
Kebahagiaan Aisyah
38
Sebuah Kesepakatan
39
Menjadi Milikmu
40
Makin Jatuh Cinta
41
Khawatir
42
Ajari Aku
43
Kembali Pulang
44
Jangan Tinggalkan Mama!
45
Permohonan Fadly
46
Jawaban Yang Sama
47
Tidak Penting
48
Bertemu Kembali
49
Saudara
50
Cemburunya Ryu
51
Komitmen
52
Bermain Peran
53
Sahabat
54
Bolehkah Aku Memeluknya?
55
Mama Winda
56
Alasan Mama
57
Menikmati Waktu Bersama Mama
58
Kamu Akan Menyesal
59
Sama Sekali Tak Berlebihan
60
Aku Setuju
61
Keputusan Yang Tepat
62
Jangan Datang Kesana!
63
Pembahasan Absurd
64
Masa Depanku
65
Tubuh Indah Ryu
66
Belum Yang Lain
67
Orang Pertama
68
Mereka Sudah Pergi
69
Senjata Api
70
Ibu Mertua
71
Keluarga Bibi Mey
72
Rencana Sora
73
Sambutan Untuk Ryu
74
Keputusan
75
Kamu Yang Utama
76
Bahagia Dan Duka
77
Bertemu Iren
78
Pindahan
79
Kehidupan Sam
80
Pelaku
81
Sebuah Foto
82
Pulang
83
Apa Yang Terjadi?
84
Kabar Ibu Ryu
85
Masalah Bertubi-tubi
86
Menerima Segala Keputusan
87
Tidak Mau Salah Langkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!