"Karena kamu adalah masa depannya, itu yang aku ketahui. Yang aku tahu sejak pertama pertemuan kalian, dia selalu memuji mu, dan mengatakan ingin sekali beretmu dengan mu, tapi saat kami kembali ke negara mu waktu itu, dia seakan kecewa karena tak berhasil bertemu dengan mu, bahkan dia sengaja tak membawa kain yang kau berikan, dengan alasan kalau kalian harus bertemu kembali, tapi ternyata dia tak berhasil bertemu denganmu. Sejak hari itu, dia banyak diam, dan selalu mengatakan mau keluar dari The Boys tanpa alasan,"
Aisyah mengingat kembali semua ucapan Ye Jun sore tadi tentang Ryu, semua yang Ye Jun katakan padanya sama dengan pengakuan Ryu, hanya saja Ryu tak mengakui jika saat berkunjung ke negaranya sengaja tak membawa pashmina miliknya.
"Sebegitu besarkah cintanya pada ku? Tapi kita tak mungkin bersatu, sebuah tembok tinggi dan tebal menghalanginya, apa kami bisa menghancurkan penghalang itu?" tanyanya entah pada siapa.
"Aku sebenarnya sayang dan cinta juga dengan mu, Ryu. Tapi aku takut jika nanti kita tak bisa bersama, itu pasti akan sangat menyakitkan," gumam gadis itu sambil menopang dagu menatap tembok yang ada di hadapannya.
Saat ini dia sedang duduk di depan meja makan, sambil memakan kripik yang baru saja dia beli pagi tadi.
"Sepertinya aku juga jatuh cinta pada pandangan pertama dengan mu Ryu, sama seperti dirimu," gumamnya lagi.
"Aku juga cinta sama kamu,"
Sebuah bisikan yang berada tepat di dekat telinganya membuat gadis itu merinding sekaligus terkejut. Apalagi di tambah sebuah tangan yang memeluk lehernya dari arah belakang.
"Kenapa kamu bisa masuk?" tanya Aisyah sebab dia sudah tahu siapa pelaku yang berbisik dan memeluknya itu, dari aroma parfum yang tercium oleh indra penciuman nya.
Ryu tersenyum, dia melepaskan pelukannya lalu duduk di sebelah Aisyah, "Kamu lupa jika sudah memberikan pasword kamar mu ini pada ku?" tanyanya.
Aisyah tersenyum lalu menggeleng, "Iya aku benar-benar lupa, maafkan aku," ucapnya.
"Tidak masalah aku akan memafkan mu untuk itu, tapi tidak untuk hal lain." Ryu menatap kedua bola mata gadis itu penuh selidik.
"Kenapa menatapku seperti itu? Maksudnya untuk hal lain apa?" Aisyah benar-benar tak tahu apa yang ada dalam pikiran Ryu, sebab dia bukan cenayang.
"Untuk hal lain, karena kamu sudah bertemu dengan Ye Jun secara sembunyi-sembunyi. Apa yang kalian bicarakan hingga harus berbicara berdua seperti itu, kenapa kamu tidak menghubungi ku dulu, biar kita bicara bertiga. Aku takut kamu kembali terpesona dengan dia, aku cemburu," Ryu seperti seorang gadis yang sedang cemburu dengan kekasihnya, meski memang benar dia sedang cemburu, tapi caranya mengungkapkan kecemburuan itu sangat lucu.
"Kamu terlalu berlebihan Ryu. Jangan berperasangka buruk dulu. Dia tadi hanya berterimakasih saja, karena kamu mau kembali bergabung dengan The Boys. Tak ada hal lain yang kami bicarakan selain dirimu," jawab Aisyah dengan sebuah senyum di bibirnya.
"Tapi tunggu, kamu tahu dari mana kalau Ye Jun ke sini?" tanyanya.
"Serius hanya itu yang kalian bicarakan? Tidak ada hal lain?" Ryu memastikan.
Aisyah mengangguk.
"Baguslah. Aku tadi sepulang dari HS langsung ke sini, tapi saat akan turun dari mobil, aku melihat Ye Jun, dan aku mengikutinya sampai depan pintu kamar mu, setelah kalian pergi aku pun pergi," lanjutnya.
"Lain kali kalau ada teman ku yang datang, kamu harus mengatakannya pada ku," titahnya.
"Iya, aku akan melakukan hal itu untukmu," sahut Aisyah.
"Kamu sudah makan malam belum? Kalau sudah kamu tetap harus makan apa yang aku bawa, tapi kalau belum mari kita makan bersama. Aku tadi membeli makan malam untuk kita." Ryu bangkit dari duduknya, meraih dua buah paper bag yang dia letakkan di atas meja depan sofa, lalu membawanya ke meja makan.
"Kamu yakin makanan ini bisa ku makan? Em, maksud ku apakah makanan ini halal?" Aisyah meralat pertanyaannya saat mendapati tatapan bingung dari sang kekasih.
Ryu tersenyum lalu mengangguk, "Tentu saja, aku sengaja membelinya di restoran khas negara mu." Ryu mulai membuka bungkusan tersebut dan mengeluarkan isinya, sedangkan Aisyah mengambil dua buah piring untuk mereka berdua.
Benar kata Ryu, jika makanan itu halal, sebab yang dibeli adalah olahan daging ayam khas makanan di negaranya. Aisyah seakan nostalgia dengan makanan tersebur, sebab sudah lama sekali tak menikmati makanan itu. Mereka makanan sambil sesekali memuji makanan tersebut, terutama Ryu yang baru pertama kali mencoba makanan itu.
"Aku tadi sebenarnya sangat murka saat melihat kamu bersama Ye Jun, bahkan saat datang ke sini, kemarahan ku belum mereda. Tapi saat masuk ke dalam, aku mendengar ucapan indah dari bibir mu, dan semua kemurkaan ku menguap begitu saja," ujar Ryu.
Aisyah menatap pemuda yang lengannya dia jadikan sandaran itu, "Tapi kenapa kamu kepikiran buat beli makanan segala kalau marah?" tanyanya.
"Entahlah, saat melewati restoran tadi aku langsung teringat akan makanan buatan mu itu, dan bermaksud membelinya, tapi sayang makanan yang aku maksud tak ada, akhirnya aku membeli makanan tadi," jawab Ryu dia membalas tatapan kekasihnya.
"Kamu sepertinya nyaman sekali seperti itu," Ryu melihat posisi Aisyah yang sejak tadi bergelayut di lengannya dan menyandarkan kepala di bahunya.
"Hem, menang sangat nyaman. Mungkin karena selama ini aku tak memiliki sandaran kecuali Mama, dan Mama paling tidak suka jika aku bersandar seperti ini, katanya membuat tangannya lelah," ujar Aisyah tanpa disadari menceritakan sedikit tentang keluarganya.
"Lalu Papa mu?" tanya Ryu yang cukup penasaran dengan kehidupan sang kekasih.
"Kami tidak begitu dekat, bahkan aku pun tak menyukainya, karena dia sudah menyakiti Mama. Dia meninggalkan Mama dan aku saat masih bayi, dan tiba-tiba datang untuk meminta cinta dari ku, tentu saja aku tak mau memberikannya. Meskipun akhirnya aku menerima tawaran untuk kuliah di sini, karena memang aku sangat ingin kuliah di sini, ingin lebih dekat dengan mu," jelas Aisyah.
Ryu tersenyum mendengar ucapan terakhir gadis itu, "Kita sama, aku pun tak begitu dekat dengan Ayah ku, sedangkan ibu, dia memilih kembali ke negaranya karena ayah mengkhianatinya," dia pun menceritakan sedikit tetang keluarganya pada sang kekasih.
"Tapi kalau itu kita berbeda, Mama ku yang menjadi selingkuhan Papa, tapi itu tentu bukan salah Mama, sebab Mama tak tahu saat menikah dengan Papa sudah berkeliarga, karena Papa mengatakan jika dia masih single, jahat bukan?" Aisyah membayangkan sesakit apa dulu sang Mama saat tahu jika suaminya berbohong.
Ryu memindahkan lengannya ke pundak gadis itu, lalu memeluknya, "Aku tahu perjalanan hidup mu pasti sangat sulit dan menyakitkan. Mulai sekarang aku akan membuat perjalanan hidupmu makin berwarna disertai keindahan," ucapnya serius.
"Gombal! Kamu bisa banget ya buat kata-kata manis." Aisyah merasa kedua pipinya memanas, sudah pasti wajahnya berubah memerah bak udang rebus.
💜🔥💜🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments