Malam itu mereka habiskan dengan banyak bercerita tentang kehidupan masing-masing, hingga mereka tahu seperti apa sosok kekasih mereka itu. Ryu seakan tak ingin pergi dari tempat Aisyah, andai diperbolehkan dia ingin menginap di rumah gadis itu, tapi sayangnya sejak malam mulai beranjak larut, kekasihnya itu terus mengusir dirinya supaya segera pulang.
"Aku pulang, tapi kamu harus janji besok datang ke rumah ku. Aku masih merindukan mu, sweetheart," ujar Ryu sebelum dia membuka pintu apartemen.
"Iya, aku akan datang besok. Sekarang pulanglah, aku sudah mengantuk. Tak mungkin aku membiarkanmu tidur di sini." Aisyah meraih handle pintu, tak sabar karena Ryu tak mau membukanya sejak tadi.
"Baiklah, aku pergi." Ryu memberikan flying kiss sebelum pintu di tutup oleh Aisyah.
Gadis itu hanya tersenyum melihat tingkah Ryu yang seperti anak kecil, selalu merengek dan melakukan hal yang tak terduga seperti saat ini.
Sedangkan Ryu, dia kembali menutup seluruh wajahnya supaya tak dikenali. Dia tak mau hubungannya dengan Aisyah tersorot oleh kamera, karena itu akan menjadi masalah untuk dirinya maupun Aisyah tentunya. Bahkan saat datang ke tempat Aisyah dia sengaja membawa mobil milik seseorang yang bekerja dengannya, untuk menyempurnakan penyamarannya.
Setelah kepergian Ryu, Aisyah bernafas lega, sebab hampir setengah jam dia membujuk kekasihnya itu untuk pulang, tapi Ryu selalu mengatakan jika masih kangen dan masih banyak lagi alasan lainnya, dia menjadi tak yakin jika Ryu akan bertahan lama menjalani hubungan yang seperti keinginan Aisyah. Tapi meski Ryu berubah pikiran dia akan tetap pada pendiriannya, sebab dia tak tahu seperti apa kehidupan di masa depannya nanti, dia tak ingin menyesal.
Pagi hari, Aisyah sudah sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Seperti biasa setiap minggu dia akan membersihkan apartemen mungilnya itu ke segala penjuru, karena dia sudah berjanji dengan Ryu untuk datang ke rumah kekasihnya itu, dia pun bagun lebih awal.
Menyempatkan diri untuk membuat sarapan sederhana dan segelaa susu sebelum dia benar-benar keluar dari apartemen. Dengan berbekal sebuah alamat hunian mewah di tengah kota yang letaknya tak begitu jauh dari apartemen sedehananya, dia menaiki sebuah bus menuju tempat Ryu.
Ternyata tak semudah itu masuk ke dalam apartemen mewah yang ditinggali oleh kekasihnya tersebut. Aisyah ditodong beberpa pertanyaan sebelum masuk. Mungkin karena dia adalah orang asing, atau memang peraturan di gedung apartemen tersebut.
Sesampainya di depan pintu unit Ryu, dia menekan bel berulangkali, tapi tak ada jawabn dari dalam sana.
"Kemana dia? Masih tidur?" tanya Aisyah pada dirinya sendiri.
Dia mencoba menghubungi Ryu dengan menelponnya, tapi hasilnya tetap sama. Akhirnya mencoba sekali lagi untuk menekan bel, ternyata usahanya tidak sia-sia. Terlihat Ryu dengan muka bantalnya dan rambut yang berantakan bagaikan singa, apalagi rambut pemuda itu sedikit panjang ditambah dengan warna rambutnya yang coklat, mirip sekali seperti singa.
Aisyah tertawa melihat penampilan kekasihnya itu, karena sangat lucu menurutnya. Tak ingin orang lain melihat penampilan terburuk Ryu, dia pun mendorong tubuh pemuda itu untuk segera masuk dan disusul olehnya.
"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" tanya Ryu heran.
Aisyah tak menjawab, dia masik asyik dengan tawanya karena pemasangan langka yang belum pernah dilihatnya itu.
"Apa sih? Aku merasa kamu menertawakan ku, ada yang aneh dengan wajah ku?" Ryu bingung, dia masih tak mengerti dengan apa yang membuat kekasihnya itu tertawa lepas.
"Coba kamu bercermin kalau mau lihat singa menggemaskan," titah Aisyah.
Kali ini Ryu mengerti, Aisyah pasti menertawakan penampilannya. Dia pun langsung masuk ke dalam kamar dan mencari cermin, ternyata penampilannya sangatlah hancur pagi ini.
"Duh, bisa-bisanya aku tidak cuci muka dulu tadi, malu sekali sama dia," gumamnya.
Tak ingin Aisyah menertawakannya lagi, Ryu pun langsung menuju kamar mandi guna mencuci muka dan sedikit menata rambutnya yang sangat berantakan itu.
Sedangkan Aisyah setelah Ryu masuk ke dalam kamar, dia melihat sekeliling apartemen itu. Cukup luas untuk Ryu yang tinggal seorang diri, tak banyak hiasan dinding atau foto di sana. Hanya ada sampah yang berserakan, yang sangat menggangu pemandangan. Dia pun langsung memungut beberapa sampah yang ada di sekitarnya lalu memasukkan sampah itu ke dalam tempat sampah.
Beberapa botol minuman bersoda tergeletak di atas meja, ada yang masih utuh ada juga yang tinggal setelah. Semuanya dia bereskan dan masukkan kedalam sampah yang sekiranya sudah menjadi sampah.
"Apa yang kamu lakukan? Aku menyuruhmu ke sini bukan untuk membereskan rumahku. Sudah, nanti akan ada yang membersihaknnya." Ryu meraih sampah yang ada ditangan Aisyah lalu memasukkan sampah itu ke dalam tempat sampah.
"Aku tak bisa melihat ruangan yang ku tempati berantakan seperti ini, biarkan aku menyapu nya sebentar saja. Dimana sapunya?" Aisyah tak mau mendengarkan ucapan Ryu, dia tetap ingin membersihkan ruangan tersebut.
"Biar ku ambilkan," Ryu memasuki sebuah pintu diikuti oleh Aisyah.
Gadis itu ternganga melihat penampilan dapur yang lebih berantakan dari ruang tamu tadi. Piring kotor berserakan di atas meja dan sebagian memenuhi wastafel.
"Berapa lama kamu tidak cuci piring? Kenapa berantakan sekali?" Aisyah melupakan ruang tamu yang sudah terlihat lebih baik, dia langsung membereskan meja makan yang berantakan itu.
"Sudah ya, cukup sapu ruang tamu tadi. Ini urusan ku. Aku enggak mau membuat kesan buruk di hari pertama mu masuk ke apartemen ini." Kali ini Ryu memeluk tubuh mungil kekasihnya dari belakang, dia melepaskan kedua tangan Aisyah yang akan memegang sebuah piring, lalu menuntun gadis itu ke wastafel masih dengan posisi yang sama. Bahkan dia mencuci kedua tangan Aisyah di sana.
Aisyah hanya pasrah mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang kekasih. Dia bahkan menurut saat Ryu menutunnya keluar dari dapur menuju ruang tamu.
"Semalam, setelah dari tempatmu keempat sahabatku datang, kita party kecil-kecilan hingga menjelang pagi. Jadi tak sempat membereskan itu semua," Ryu menjelaskan asal muasal rumahnya yang berantakan itu.
"Maaf, pertama kali kamu berkunjung ke rumah ku malah disuguhi rumah yang berantakan," lanjutnya.
Aisyah mengangguk, dia masih speechless dengan perlakuan Ryu saat di dapur tadi. Bahkan dia tak begitu memperhatikan penjelasan Ryu barusan.
"Kenapa diam dan menatap ku seperti itu? Aku tahu kamu sangat merindukan ku, tapi jangan tatap aku seperti itu kalau kamu tidak mau aku melakukan sesuatu pada mu," Ryu sengaja menggoda Aisyah yang sejak tadi hanya diam dan terus menatap dirinya dengan sebuah senyum menghiasi bibir gadis itu.
Aisyah memukul pelan dada pemuda itu, "Jangan macam-macam! Atau aku akan kembali ke negaraku, dan enggak mau bertemu dengan mu lagi!" Ancam Aisyah.
"Ah takut! Jangan pergi ya, tetaplah di sini. Nanti aku yang akan mengantar mu pulang." Ryu tahu Aisyah hanya bercanda, tapi dia benar-benar tak mau gadis cantik yang kini ada dalam pelukannya itu pergi meninggalkan dirinya.
💜❤️🔥💜❤️🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments