Ryu bahagia karena Aisyah mau menerima dirinya, meskipun dengan sebuah syarat yang tak masuk akal dan sengaja dia buat, karena tanpa Aisyah minta pun dia akan tetap bersama The Boys, tak mungkin meninggalkan keempat sahabatnya itu. Jika dia benar-benar keluar dari The Boys, maka sang Ayah pasti akan merasa menang karena membuatnya menyerah, dan dia tak akan membuat sang Ayah merasa menang, apalagi usahanya dan keempat sahabatnya hampir membuahkan hasil, mereka sudah semakin dikenal oleh orang dinegaranya tersebut.
Aksinya untuk mengakhiri hidup dengan memotong nadi di pergelangan tangan menjadi tranding topik yang terus diberitakan oleh media lokal, sebab jarang sekali aksi seperti itu dilakukan. Hal itu bukan membuat dirinya rugi, justru The Boys menjadi semakin disorot, dan tak sedikit diantara mereka yang mulai penasaran dengan boyband tersebut.
Ryu cukup puas dengan aksinya yang sangat berbahaya itu, dia yakin sebentar lagi sang Ayah akan bungkam dengan kesuksesan dirinya dan keempat sahabatnya, dan mungkin akan membuat lelaki tua itu menyerah.
"Mari kita mulai permaian ini, lelaki tua. Aku tahu kau yang selama ini membuat kami selalu jalan di tempat, tapi kali ini aku yakin akan berjalan mulus sesuai keinginan ku, sebab tak semua yang kau inginkan akan tercapai begitu saja," gumam Ryu saat menyaksikan berita yang memberitakan tentang dirinya.
"Aku sudah menemukan seorang yang mau membantu ku untuk mengatasi semuanya, termasuk cara licik mu menghalangi kesuksesan kami," lanjutnya.
Pagi itu setelah sarapan dan membersihkan diri, Ryu menuju ke HS untuk bertemu sahabatnya. Dia akan kembali berjuang mempertahankan The Boys yang sudah lama berdiri tapi seakan masih jalan di tempat, padahal mereka dibawah naungan rumah produksi yang cukup terkenal, tapi mereka seperti terbuang, sebab boyband yang berdiri setelah mereka sudah lebih dahulu dikenal banyak orang.
"Akhirnya kamu kembali juga." Sam menyambut kedatangan Ryu dengan tos ala pria, di susul oleh tiga orang lainnya.
"Wah, gadis itu sudah membuat pikiran mu berubah ternyata ya, luar biasa." Ye Jun orang yang paling akhir menyambut kedatangan Ryu, karena dia baru saja keluar dari kamar mandi.
"Dia memang luar biasa," sahut Ryu dengan senyum khasnya.
"Akhirnya aku bisa melihatmu tersenyum, Ryu." Lee menepuk pundak sahabatnya yang sudah beberapa bilang terakhir ini tak pernah menampakkan sebuah senyuman dibibirnya.
"Tentu saja, aku sedang bahagia hari ini, karena bertemu kembali dengan kalian. Dan aku juga mau mengucapkan terimakasih karena kalian sudah menolongku waktu itu, jika tidak, mungkin aku akan menyesal di atas sana, karena meninggalkan hal yang begitu berharga," sahut Ryu. Mereka memang belum bertemu kembali sejak menolong dan membawa ke rumah sakit, dan saat akan menjenguk, justru Aisyah berada di sana.
"Kita tahu jika kamu memiliki banyak masalah, tapi jangan pernah mengulang hal yang sama lagi. Karena kami pasti akan sangat kehilangan seorang yang berbakat seperti mu," Shin meninpali, dia memang salah satu yang paling dekat dengan Ryu.
"Aku tidak akan mengulang hal yang sama lagi, tenanglah." Ryu merangkul pundak Shin dan Lee yang memang duduk si sebelahnya.
Hari ini mereka akan melakukan rekaman untuk membuat video klip. Dan sudah dipastikan Ryu akan sangat sibuk dalam waktu yang tak ditentukan.
Mereka berlima memang sahabat dan tiap hari selalu bertemu, tapi dalam hal pribadi mereka tak akan ada yang berani ikut campur, jika salah satu dari mereka bercerita maka mereka semua akan mendengarkan dan membantu dengan sebuah solusi, tapi jika tidak tentu mereka tak akan memaksa untuk bercerita. Itu sudah menjadi komitmen mereka semua.
💜🔥💜🔥💜
Sudah satu minggu sejak Ryu menyatakan perasaannya, tapi pemuda itu seperti menghilang di telan bumi. Aisyah hanya bisa melihat kekasihnya itu lewat video yang ada di media sosial The Boys, dia kembali seperti seorang fans yang sangat merindukan idolanya. Tapi meski Ryu tak datang ke rumahnya, dia justru merasa bahagia karena tak harus menahan diri untuk tak memeluk pemuda itu. Sungguh saat berada di dekat Ryu, dia ingin selalu memeluknya, entah apa alasannya dia pun tak mengerti.
Sore hari dia baru saja kembali dari kampus, dengan langkah gontai dia pun naik ke apartemennya, tak peduli dengan tatapan tiap orang yang dia lewati selama berada di lorong apartemen. Kegiatan hari ini begitu melelahkan, karena harus kuliah di luar ruangan.
"Aku merindukan Mama, sudah hampir dua minggu aku tak berhasil menghubungi Mama," gumam gadis itu setelah berada di dalam kamarnya.
"Mama sedang apa ya?" tanyanya entah pada siapa.
"Ah, rindu sama Nita dan Santi juga. Rindu tingkah laku mereka. Apa masih sama ya?" Aisyah terus memikirkan tiga orang itu, dia ingin sekali pulang ke negaranya tapi sepertinya tak mungkin, sebab akan menghabiskan banyak biaya hanya untuk perjalanan pulang saja.
Dia hanya bisa menghela nafas berulang kali untuk menenangkan sedikit perasaanya akan rindu yang belum bisa terselesaikan. Hingga terdengar sebuah bel, dia pun bergegas turun untuk segera membuka pintu.
Dahinya mengernyit saat mengetahui siapa yang datang, meski dengan penampilan yang sangat tertutup dia mengenali orang itu, padahal dengan Ryu yang kekasihnya dia pangling.
"Silakan masuk," Aisyah membuka pintu lebar-lebar supaya tamunya bisa masuk, tapi sang tamu justru menggeleng.
"Aku takut Ryu akan menghajarku jika masuk, di sini ada tempat yang nyaman untuk bicara tanpa ada gangguan dari orang lain apa tidak? Tentu saja selain kamar mu," ucap orang itu yang tak lain adalah Ye Jun.
Aisyah berfikir sejenak, lalu dia mengangguk, "Ada, di rooftop. Ayo ikuti aku." Aisyah menutup pintu tersebut lalu menuju sebuah lift yang akan membawa mereka ke atas gedung.
Di atas gedung apartemen itu tak digunakan untuk apapun, terlihat seperti atap biasa yang tak terawat, sebab banyak sampah yang berserakan. Tapi meski begitu, rooftop masih menjadi tempat favorit untuk menyendiri, tapi tak berlaku buat Aisyah.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Aisyah. Dia masih gugup berhadapan dengan idolanya itu, dia bahkan tak berani menatap Ye Jun meski sebentar saja. Mungkin jika Ryu tahu, dia akan marah dan cemburu.
Mereka berdua berdiri di sisi tembok pembatas dengan menatap gedung tinggi di samping gedung itu.
"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena kau telah mengembalikan semangat Ryu, dan dia kembali bergabung dengan kita lagi." Ye Jun menghela nafas sejenak.
"Sebelumnya, Ryu selalu mengatakan ingin keluar, berbagai bujuk rayu kami lakukan tapi sama sekali tak ada hasil, dan berakhir Ryu menyakiti dirinya sendiri, meski kami tak tahu pasti alasannya ingin mengakhiri hidup," Ye Jun menceritakan sedikit keadaan Ryu sebelum bertemu dengan Aisyah.
"Kamu tahu? Setelah dia sembuh dan setelah bertemu dengan mu kembali, dia menjadi Ryu yang kami kenal sejak awal, seakan alasannya untuk hidup semakin jelas, dan aku yakin alasan utamanya adalah dirimu," lanjutnya.
"Kenapa begitu?" tanya Aisyah, dia tak begitu yakin jika alasan Ryu tetap bertahan adalah dirinya, meski pemuda itu sudah mengatakannya langsung.
💜🔥💜🔥💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments