"Kanaya, tidak bisakah Kau menerima kehadiranku? Sebenarnya Aku tidak ingin pernikahan kita hanya berjalan selama tiga bulan saja, Aku ingin pernikahan ini selama nya. Kanaya, kita juga bisa saling mencintai. Aku juga bisa memberikanmu cinta dan Aku yakin Kau juga pasti akan bisa mencintaiku."
Mendengar ucapan suaminya, Kanaya langsung menarik tangannya namun tidak mengucapkan apapun. Rasanya sudah begitu lelah mengeluarkan semua amarah yang tidak akan ada akhirnya melihat sikap Keenan yang hanya diam saja atas perlakuannya. Kanaya hanya menggeleng pelan kepalanya sebagai jawaban.
"Kanaya, tidakkah Kau berpikir atas apa yang terjadi pada kita berdua tidak hanya sebuah kebetulan ataupun kesialan. Melainkan atas kehendak Tuhan untuk mempertemukan dan menyatukan kita."
"Tidak! Bagiku, kejadian malam itu hal paling terkutuk yang pernah aku alami. Kau bukan hanya merenggut masa depanku, tapi kau juga sudah merenggut kebahagiaan ku bersama Bang Damar!" Tukas Kanaya.
"Maafkan Aku, Kanaya. Maafkan atas perbuatan ku malam itu. Seharusnya Aku bisa mengontrol diriku, tapi Aku begitu tidak berdaya dan...
"Sudah, jangan katakan apapun lagi. Sebaiknya Kau keluar dari kamarku dan jangan ganggu Aku lagi! Jalani tiga bulan ini tanpa saling mengusik, aku mohon Keenan Erlangga!" Kanaya sampai mengatupkan kedua tangannya didepan suaminya.
Membuat Keenan langsung menunduk, dan pada akhirnya hanya bisa mengalah dan tidak ingin membuat Kanaya semakin marah dan membenci dirinya.
Keenan keluar dari kamar Kanaya dengan perasaan yang berkecamuk, ia ingin sekali mempertahankan rumah tangga ini. Namun, disisi lain akan ada hati yang tersakiti bila nekat menuruti ego. Bukan hanya Kanaya, tetapi Damar juga akan tersakiti. Lihatlah beberapa hari ini, sang adik yang begitu mengayomi dirinya kini telah melempar permusuhan padanya. Tak ada lagi sikap ramah yang Damar tunjukkan padanya.
Dengan langkah gontai, Keenan berjalan menuju ruang tamu. Keenan hanya bisa pasrah menjalani ini semua hingga waktu terus berjalan.
Satu Minggu...
Dua Minggu...
Tiga Minggu...
Empat Minggu...
Satu bulan....
Dua bulan....
Dan kini tiga bulan pun telah berlalu.
Meskipun sudah mengetahui dimana tempat tinggal wanita yang ingin menjebaknya itu, namun hingga saat ini Keenan masih belum menemuinya karena sejak dua bulan terakhir kondisi kesehatannya tidak stabil.
.
.
.
.
.
"Keenan, Aku perhatikan sudah dua bulan Kau selalu terlihat lesu dan wajahmu juga terlihat sedikit pucat, apa sebaiknya kau periksa kerumah sakit saja? Aku khawatir Kau menderita sakit yang cukup serius, apalagi Kau juga sering mengalami pusing dan mual bahkan muntah." Ujar Arland. Yah selama dua bulan ini ia tak lepas memperhatikan gelagat Keenan yang seperti orang sakit namun tetap melakukan semua pekerjaannya dengan baik.
"Tidak perlu, Arland. Mungkin hanya sedikit bermasalah di lambung ku. Minum minuman yang hangat Aku sudah merasa baikan." Jawab Keenan, laki-laki yang telah menyandang status suami itu tampak fokus pada layar laptopnya meski keluhan kembali ia rasakan.
"Tapi itu hanya meredakan, bukan menghilangkan sakit mu." Ujar Arland lagi.
Keenan tersenyum, ia menutup laptopnya kemudian menatap Arland dengan serius.
"Mungkin Aku hanya stres memikirkan waktu yang terus berjalan, ini sudah tiga bulan dan tidak akan lama lagi Damar dan Kanaya akan menagih janji." Keenan mendesah panjang memikirkan hal itu, terlebih beberapa hari ini Istri dan Adiknya sudah sering bertemu dan pernah sekali ia mendengar mereka membicarakan perceraian itu. Hatinya sangat sakit namun ia tidak bisa berbuat apapun.
"Keenan, jika itu penyebabnya kurasa kau terlalu berlebihan, sejak awal kau sudah menyetujui persyaratan yang diberikan Damar. Dan jangan membuat dirimu sendiri tersiksa seperti ini." Arland menasehati.
Pintu ruangan Keenan terbuka, dadanya seketika sesak melihat siapa yang datang.
Damar berjalan masuk dengan menggandeng tangan Kanaya begitu mesra, tak bisa Keenan pungkiri ia merasa cemburu dan sakit melihat hal tersebut. Meski Kanaya sejak awal memang milik adiknya, tapi selama tiga bulan ini Keenan tidak bisa mengenyahkan jika ada sebuah rasa yang tumbuh di hatinya untuk Kanaya.
Keenan pun tahu jika kedatangan mereka hari ini pasti untuk menagih janji.
"Kalian sudah pasti tahu tujuan kedatangan kami hari ini?" Ucap Damar, menatap Keenan dan Arland bergantian.
Arland beranjak dari hadapan Keenan dan berpindah ke sebuah sofa.
"Silahkan duduk dulu," ujar Keenan, masih berusaha terlihat baik-baik saja meski ucapan dan hatinya tidak sejalan.
Damar dan Kanaya pun duduk tepat dihadapan Keenan.
"Ini sudah tiga bulan, dan Kanaya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda jika dirinya hamil. Jadi Bang Keenan tunggu apalagi? Hari ini juga Aku mau Bang Keenan daftarkan perceraian kalian!"
Mendadak kepala Keenan berdenyut sakit, sebisanya ia menahan. Ia mengangkat pandangan menatap Kanaya.
"Kanaya, apa kau yakin jika tidak hamil?" Tanya Keenan memastikan lagi.
Kanaya mengangguk dengan mantap meski sebenarnya ada kekhawatiran dihatinya, sebenarnya sejak dua bulan terakhir jadwal tamu bulanannya tidak normal seperti biasanya. Ada hanya sedikit dan hanya berupa flek yang terkadang ada terkadang tidak. Namun, Kanaya benar-benar yakin jika dirinya tidak hamil, karena ia tidak pernah mengalami keluhan yang dialami oleh wanita hamil pada umumnya.
"Bang Keenan lihat sendiri, semuanya sudah jelas. Aku meminta Kanaya ku kembali!" Ujar Damar dengan tegas.
"Dan aku tidak mau tahu, untuk menjelaskan pada orangtua kita itu menjadi urusan Bang Damar." ucapnya lagi menekankan.
"Iya Damar, kau tidak perlu khawatir untuk itu dan hari ini juga Bang Keenan akan daftarkan perceraian Kami." Dengan berat hati Keenan mengatakan, namun dihatinya terbesit kata andai. Andaikan saja Damar mau merelakan Kanaya untuknya, dan Kanaya mau menerima dirinya sepenuhnya sebagai Suami.
"Bagus." Damar kembali menggenggam tangan Kanaya, mengajak kekasihnya itu segera pergi.
Melihat pemandangan didepannya, membuat kepala Keenan semakin berdenyut sakit, ia sampai meremas rambutnya dengan kuat sembari memejamkan mata. Dan di detik berikutnya, ia ambruk dari kursi kebesarannya.
"Keenan...!" Teriak Arland kemudian bergegas menghampiri Keenan yang sudah tergeletak di atas lantai.
Damar dan Kanaya yang baru akan melangkah keluar dari ruangan segera berbalik melihat apa yang terjadi.
Mendadak, Damar juga terlihat khawatir melihat keadaan kakaknya. Tanpa sadar ia melepas genggaman Kanaya dan segera berlari menghampiri Arland yang sedang berusaha mengangkat Keenan dari lantai.
"Ayo aku bantu." Damar pun membantu Arland, mereka segera membawa Keenan keluar menuju mobil.
Kanaya membuntut dibelakang ketiga lelaki itu dengan pertanyaan dibenaknya. Bagaimana bisa Keenan tiba-tiba saja tidak sadarkan diri padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka pun turut membantu membawa atasan mereka menuju mobil.
Setelah memasukkan Keenan kedalam mobil, Damar meminta Kanaya untuk duduk didepan bersama Arland, sementara Damar sendiri menemani Keenan dibelakang. Tak bisa ia pungkiri, rasa khawatir begitu besar melihat Keenan seperti ini, selama ini tidak pernah sekalipun ia melihat Keenan sampai tak sadarkan diri meskipun sedang sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
febby fadila
aku si berdoa semoga selsai cerai baru tau kalau kanaya hamil... biar
tau rasax hamil tanpa suami itu gimana
2025-03-17
0
Qaisaa Nazarudin
Kenan mengalami Hamil simpatik kayaknya..
2024-09-03
1
Wirda Wati
rasain Kanaya sekarang kamu hamil
2023-09-24
4