"Maaf, saya telat." Ujar Keenan setelah baru saja masuk ke ruangan meeting.
Beberapa petinggi yang sudah berada di ruangan itu sejak beberapa menit lalu, termasuk Damar dan juga Arland serentak menoleh ke arah pintu.
"Tidak masalah Pak Keenan, kami memaklumi. Yah begitulah pengantin baru." Ujar seorang pria paruh baya sambil tersenyum.
Yah, beberapa saat lalu Arland mengatakan kepada para rekan bisnisnya itu jika Keenan sudah menikah. Hal itu membuat suasana hati Damar menjadi runyam, terlebih saat Arland mengatakan itu terus mengarahkan tatapan padanya seolah menegaskan sesuatu.
Setelah Keenan duduk di kursinya, satu persatu rekan bisnisnya menghampiri memberikan selamat dan mereka sedikit menyayangkan karena mereka tidak ada yang di undangan ke pernikahan Keenan.
"Sebagai ganti rasa kecewa Kami, Pak Keenan harus mentraktir kami makan malam dan harus mengajak Istri Pak Keenan. Kami ingin melihat siapa gadis beruntung yang bisa bersanding dengan Pak Keenan."
Yah, sepengetahuan mereka semua selama menjalin kerjasama dengan perusahaan Erlangga, tidak pernah mereka mendengar Keenan dekat dengan wanita manapun dan tiba-tiba saja penerus Erlangga itu sudah menikah dan tidak mengundang mereka.
Hal itu tentu membuat Keenan kebingungan, karena Kanaya pasti tidak mau diajak untuk memenuhi permintaan para rekan bisnisnya itu. Namun, Keenan tetap mengiyakan agar tidak menambah kekecewaan mereka. Untuk masalah Kanaya, biar nanti ia akan berusaha membujuk istrinya itu.
Beberapa jam kemudian meeting pun selesai, satu persatu meninggalkan ruangan terkecuali Keenan, Arland dan juga Damar.
"Damar, Bang Keenan minta tolong ya nanti Kamu bilang sama Kanaya, soalnya Kalau Bang Keenan sendiri yang bilang dia pasti akan tidak mau pergi."
"Itu sama sekali bukan urusanku." Ujar Damar dengan penuh penekanan. Kemudian beranjak pergi dari ruangan itu begitu saja.
Membuat Keenan menghembuskan nafas panjang sembari menatap dengan nanar langkah adik sepupunya itu hingga hilang dibalik pintu.
"Sudahlah Keenan, untuk masalah ini nanti kita cari cara bersama-sama untuk membujuk Kanaya. Sekarang ada hal penting yang ingin Aku bicarakan padamu." Ujar Arland sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Keenan pun menoleh, "Hal penting apa?" Tanyanya.
"Tentang wanita yang ingin menjebak mu itu." Jawab Arland.
Raut wajah Keenan menjadi sedikit tegang, ia menegakkan posisi duduknya.
"Kenapa wanita itu? Apakah kau sudah menemukan nya?"
"Iya, anak buah ku berhasil melacak tempat tinggalnya. Dia tinggal di sebuah apartemen mewah tak jauh dari perusahaan ini. Aku jadi berpikir, jika selama ini dia pasti sudah memata-matai mu sebelum mengerjakan aksinya malam itu."
Keenan mendesah panjang, entah siapa dan apa tujuannya ingin menjebak dirinya dengan cara menjijikkan seperti itu. Seingat Keenan selama ini ia tidak mempunyai musuh ataupun pernah berurusan dengan seseorang.
"Yang lebih membuat Aku tidak percaya, ternyata wanita itu adalah Putri dari pemilik perusahaan yang cukup terkenal di kota ini. Jadi bagaimana menurutmu? Apa kira-kira motif sebenarnya ingin menjebak mu? Apa untuk merusak nama besar Erlangga?"
"Entahlah Arland, jikapun iya tapi kenapa? Kita sama sekali tidak tidak pernah berurusan dengan mereka. Apa ada informasi lainnya lagi yang anak buah mu dapatkan?"
"Ada, wanita itu adalah Putri sulung di keluarganya, dia punya Adik perempuan namun sayangnya hilang sejak bayi. Ibu kandungannya sudah lama meninggal dan dia memiliki Ibu sambung yang menurut informasi hubungan keduanya kurang baik."
Keenan mendesah panjang, informasi itu sama sekali tidak bisa memecahkan semua pertanyaan dalam benaknya.
"Arland, Aku tidak bisa menunggu terlalu lama. Aku harus segera bertemu wanita itu dan menyelesaikan semua teka-teki yang bersemayam di otakku." Ujar Keenan dengan frustasi. Karena hal itulah yang membuat dirinya terjebak dalam pernikahan dan dibenci oleh istrinya sendiri.
"Kau tenang saja, Aku akan selalu mendampingi mu. Dan sekarang kembali kepada Kanaya, bagaimana cara untuk membujuknya agar mau pergi nanti malam." Ujar Arland.
Keenan terdiam dengan menumpu dagunya berpikir, Kanaya cukup keras kepala jadi harus benar-benar sabar dalam menghadapi sikap istrinya itu.
tiba-tiba, Keenan tersenyum lebar saat menemukan cara agar bisa mengajak Kanaya pergi malam ini.
"Mama, dia pasti tidak akan bisa menolak ajakan Mama."
Arland tersenyum, mereka pun keluar beriringan dari ruangan itu.
.
.
.
Merasa tidak ada lagi yang perlu dikerjakan, Keenan bergegas menuju kediamannya sejak kecil.
Sesampainya di sana, Keenan langsung di sambut dengan Aryan sang adik ipar yang kebetulan sedang bermain diluar bersama Anin. Bocah laki-laki itu langsung memeluk Keenan dan menanyakan kenapa kakaknya tidak ikut.
"Kakakmu sedang sibuk dirumah, tadi Bang Keenan memintanya memasak makanan yang enak-enak untuk Bang Keenan." Ujarnya berbohong.
Anin yang mendengar itupun tersenyum.
"Bang Keenan pasti ketagihan makan masakan Kak Kanaya, nanti pasti akan mau dan mau lagi. Seperti Bang Damar yang selalu meminta dibuatkan bekal sama Kak Kanaya, katanya masakan Kak Kanaya enak dan buat ketagihan." Ujar Aryan tanpa ada yang ditutupi.
Keenan menoleh menatap Anin, dan adiknya itu mengangguk pelan mengiyakan, karena Anin tahu tentang itu. Damar sering bercerita padanya.
Dan Keenan pun mengingat semenjak kejadian malam itu, Damar tak pernah lagi membawa bekal ke kantor.
"Bang Keenan, ayo masuk." Ajak Anin, sebelum Aryan berbicara lebih banyak lagi tentang Kanaya dan Damar yang akan membuat abangnya itu bersedih.
Keenan pun mengangguk, ia menggendong Aryan masuk kerumah.
"Keenan, kenapa datang sendirian? Kanaya mana?" Tanya Tania.
"Kak Kanaya lagi sibuk dirumah, masak makanan yang enak-enak buat Bang Damar." Jawab Aryan.
Mendengar pertanyaan Aryan, Tania lantas menatap putranya meminta jawaban langsung dari putranya itu.
Dan Keenan hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, yang mana itu tidak membuat Tania puas namun juga enggan untuk bertanya lebih dalam. Belum saatnya ia ikut campur dalam rumah tangga putranya selagi masih terlihat wajar-wajar saja. Sejak awal ia melihat ada sesuatu yang tidak beres pada menantunya itu.
"Em, Mama sebenarnya Aku kesini mau minta tolong sama Mama buat bujuk Kanaya agar mau ikut nanti malam untuk menghadiri jamuan makan malam bersama rekan bisnisku." Ujar Keenan yang membuat Tania langsung mengerutkan keningnya.
"Kenapa Kanaya tidak mau ikut?" Tanya Tania dengan tatapan menyelidik.
Sejenak Keenan terdiam mencari jawaban agar mamanya tidak curiga.
"Kanaya malu, Ma. Dia gak pede buat ikut. Tapi Aku yakin kalau Mama yang membujuknya dia pasti mau." Jawab Keenan.
"Ya udah, nanti Mama kerumah kalian." Ujar Tania.
"Terima kasih, Ma." Keenan tersenyum senang.
"Bang Keenan, Aryan boleh ikut juga gak?" Tanya Aryan.
Belum sempat Keenan menjawab, Anin sudah mendahuluinya.
"Anak kecil tidak cocok pergi ke tempat seperti itu, nanti malam kita pergi ke pasar malam lagi, mau gak?"
Mendengar itu, Aryan melompat turun dari gendongan Keenan dan secepat kilat berpindah ke dekat Anin.
"Beneran ya Kak Anin, nanti ajak Om brewok juga supaya Aryan dibelikan mainan baru lagi."
Anin tersenyum sambil mengusap rambut bocah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Woow jangan bilang adeknya yg hilang itu adalah Kanaya..
2024-09-03
0
Erna Fadhilah
wah nanti si keenan pasti di ejek sama naya gara-gara minta tlng mamanya membujuk naya
2023-06-21
0