"Lain kali jangan seperti itu lagi, Kanaya. Tidak seharusnya kau membiarkan Damar terus menyentuhmu seperti itu." Ucap Keenan ketika mobil Damar telah melaju meninggalkan pelataran rumah.
Kanaya berbalik menatap Keenan dengan tatapan remeh, "Apa bedanya dengan dirimu, huh?"
"Jelas beda," jawab Keenan cepat. "Aku Suamimu sementara Damar bukan."
"Maksudku, perbuatan mu padaku lebih brengsek daripada Bang Damar yang hanya sekedar menciumiku." Ucap Kanaya dengan sedikit berteriak.
Membuat Keenan seketika terdiam. Namun, di detik berikutnya ia kembali membuka suara.
''Bukan seperti itu maksudku, Kanaya. Jika bukan sebagai Suami, Aku tetap akan memperingati mu sebagai Kakaknya Damar. Aku tidak akan senang Adikku sembarangan menyentuh Wanita. Bukan hanya Damar, kepada Anin Aku juga seperti itu, bahkan Aku setiap hari menjemput Anin disekolah agar dia tidak keluyuran dan terjerat pergaulan bebas apalagi berdekatan dengan sembarang lelaki." Ujar Keenan berusaha menjelaskan kesalahpahaman Kanaya.
Kanaya menulikan telinganya, ia tidak mau mendengar apapun nasihat Keenan. Bagi Kanaya, suaminya itu tak lebih dari laki-laki brengsek yang telah merenggut kehormatannya maupun itu disengaja ataupun tidak.
"Kanaya tunggu," panggil Keenan ketika istrinya meninggalkan dirinya begitu saja. Namun, Kanaya terus mengayun langkah masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan panggilan suaminya.
Setelah mengunci pintu, Keenan pun menyusul istrinya kedalam kamar. Namun, sayangnya pintu kamar tidak bisa ia buka. Kanaya menguncinya dari dalam.
"Kanaya, buka pintunya Aku mau tidur." Belum ada sahutan, Keenan mencobanya lagi.
"Kanaya, Aku sudah ngantuk, ayo buka pintunya." Namun, masih belum ada sahutan juga dari dalam.
Kali ini, Keenan mencoba mengetuk pintu sambil terus memanggil nama istirnya dan akhirnya pintu pun terbuka bersamaan dengan sebuah bantal yang melayang kearahnya.
Dengan sigap Keenan menangkap bantal itu.
"Siapa yang mengizinkanmu tidur di kamarku, kalau mau tidur ya sana diluar. Bukankah Kau sudah mengganti sofa baru, pergilah tidur disana dan tidak usah menggangguku! Kalau pun mau tidur di kamar, sana tidur di kamar Ayah dan Ibu." Setelah mengatakan itu Kanaya kembali menutup pintu kamarnya dengan keras, membuat Keenan sedikit terkejut.
Keenan memeluk bantal itu dan ia pun berbalik lalu melangkah menuju ruang tamu. Beberapa saat duduk merenung di sofa, Keenan beranjak menuju kamar mendiang mertuanya. Namun, melihat keadaan kamar yang tidak memiliki apapun barang karpet saja, mau tidak mau malam ini ia akan tidur di sofa. Ah kenapa tadi tidak sekalian ia membeli dua ranjang untuk dikamar itu jika tahu kejadiannya akan seperti ini.
.
.
.
Pagi hari...
Sudah kebiasaan Kanaya selalu bangun lebih awal, setelah selesai mandi ia langsung menuju dapur untuk membuat sarapan pagi. Saat melewati ruang tamu, ia melihat Keenan yang masih terlihat tertidur dengan posisi meringkuk di atas sofa. Seperti ada dorongan, Kanaya mendekati Keenan dan memandang wajah lelap suaminya. Ada rasa tak enak hati memperlakukan Keenan seperti ini, namun ini harus ia lakukan agar Keenan pun mengerti jika ia hanya terpaksa menerima pernikahan ini.
Hanya sebentar, Kanaya pun melanjutkan tujuannya menuju dapur. Sejenak ia dibuat takjub saat membuka lemari pendingin yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam bahan masakan. Namun, Kanaya menutupnya kembali, karena ia berpikir itu semua bukanlah miliknya.
Mengambil wajan dan spatula, Kanaya lebih memilih untuk membuat nasi goreng seperti biasanya. Dentingan spatula yang beradu dengan wajan membangunkan Keenan yang tertidur di ruang tamu.
Putra Erlangga itu mengerjapkan matanya berulang kali kemudian mengangkat kedua tangan menggeliat seperti bayi. Ia mendudukkan tubuhnya sembari menajamkan pendengarannya, ketika mencium aroma masakan lantas ia segera beranjak menuju dapur.
Sesampainya di dapur, Keenan langsung mendudukkan tubuhnya di samping Kanaya yang tengah menikmati sepiring nasi goreng, membuat Keenan juga mengusap perutnya merasa lapar.
"Untukku mana?" Tanya Keenan, memasang wajah polos bak anak kecil yang meminta makan pada ibunya.
"Kalau mau makan masak sendiri, Aku bukan pembantu mu!" Sarkas Kanaya.
Keenan meneguk saliva nya, "Kau memasak nasi goreng, apa tidak menyisakan sedikit untukku? Aku lapar, sebentar lagi Aku mau berangkat ke kantor." Ujar Keenan lagi dengan memelas.
"Kau punya banyak uang kalau tidak bisa memasak sendiri, makan saja diluar. Jangan pernah berharap Aku akan memasak untukmu." Setelahnya Kanaya beranjak dari tempat duduknya tanpa menghabiskan nasi gorengnya.
"Kanaya, Kau mau kemana? Habiskan dulu makananmu."
"Selera makanku hilang gara-gara kau!" Ujar Kanaya dari kejauhan.
Mendengar itu Keenan pun tersenyum lalu menarik piring yang berisi nasi goreng sisa istrinya, kehadapan nya.
"Daripada dibuang, mending Aku makan saja. Lumayan buat mengganjal perut." Ujarnya kemudian menyendok nasi goreng itu menyuapi ke mulutnya. Keenan sampai memejamkan mata merasakan nasi goreng itu menari di indra perasa nya.
"Kanaya ternyata pintar juga memasak, andai saja dia mau memasak untukku. Pasti Aku akan senang setiap hari makan makanan seenak ini." Ujarnya sambil tersenyum membayangkan Kanaya melayaninya dalam urusan perut, dan juga menyiapkan bekal untuknya ke kantor. Namun, sayangnya itu hanya ada dalam khayalannya dan tidak akan pernah terjadi.
Setelah menghabiskan nasi goreng itu, Keenan segera beranjak. Ia ingin mandi karena sebentar lagi harus datang ke kantor menghadiri rapat. Namun, Keenan bingung bagaimana ia bisa mandi jika Kanaya saja tidak mengizinkannya masuk ke kamar.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Keenan pun memberanikan diri menghampiri Kanaya yang tentunya saat ini berada didalam kamar.
"Kanaya, buka pintunya Aku mau mandi." Ujar Keenan sembari mengetuk pintu kamar.
"Ini bukan rumahmu, tidak ada kamar mandi didalam kamar!" Sahut Kanaya dari dalam dengan berteriak.
Keenan sedikit tercengang mendengarnya, "Lalu dimana kamar mandinya?" Tanyanya lagi.
"Di dekat dapur."
"Tapi pakaianku ada didalam kamar." Ujar Keenan lagi.
Membuat Kanaya mendengus kesal, ia beranjak turun dari tempat tidur lalu mengambil tas yang berisi pakaian suaminya. Membawanya keluar dan melemparnya seperti semalam ia melempar bantal kepada Keenan. Tak lama menyusul tas kerja dan sepatunya yang juga dilempar keluar dari dalam kamar.
Bruk...
Pintu kamar itu kembali tertutup rapat, membuat Keenan hanya bisa mengelus dan menggeleng pelan kepalanya.
"Istri yang kejam." Kekeh nya lalu berjalan kearah kamar mandi dengan memeluk tasnya.
Beberapa saat kemudian, setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap. Keenan kembali ke depan kamar Kanaya untuk berpamitan pada istrinya itu.
"Kanaya, Aku mau berangkat ke kantor."
"Kalau mau pergi ya pergi saja, tidak perlu memberitahu padaku!"
"Tapi keluar lah sebentar, ada yang ingin Aku berikan padamu." Ujar Keenan.
"Tidak perlu memberikan apapun padaku, karena Aku juga tidak pernah berharap apapun padamu!"
"Tidak bisa seperti itu, Kanaya. Kau Istriku jadi sudah seharusnya Aku memberikan hakmu sebagai Istri. Ayo keluar lah sebentar."
Namun, hingga beberapa menit Kanaya tak juga keluar dari kamarnya. Bahkan tidak terdengar suara apapun lagi dari dalam kamar.
"Baiklah kalau Kamu tidak mau keluar, ini Aku letakkan didepan pintu saja." Keenan meletakkan sebuah kartu kredit didepan pintu kamar Kanaya. "Jika Kau ini membeli sesuatu gunakanlah kartu itu, pin nya sudah aku ganti dengan tanggal lahirmu." Lanjutnya, kemudian bergegas pergi ke kantor, ia sudah hampir terlambat.
Setelah tidak terdengar lagi suara Keenan diluar kamar, Kanaya pun keluar ia melihat benda tipis yang diletakkan oleh Keenan didepan kamarnya. Namun, Kanaya sama sekali tidak berniat mengambilnya, ia melewati kartu itu begitu saja kemudian melangkah ke arah kamar mandi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
febby fadila
biarkan sajalah istri seperti itu
2025-03-17
0
Dewi Nurani
bener² kurang ajar s kanaya
2024-07-31
0
Sanatun Eka Ayu Aprilya
saat ini kau egois kanaya, tapi aku yakin kau akan menangis ketika setiap kali ingat sikapmu pada keenan. dan kau akan cinta pada keenan lagi dan lagi karena kelembutan keenan
2024-02-12
2