Seminggu telah berlalu....
Sesuai dengan kesepakatan Kanaya dengan orangtua Keenan, hari ini pernikahan pun dilangsungkan di kediaman Erlangga dengan hanya dihadiri oleh keluarga Erlangga saja. Sementara Kanaya yang sudah tidak memiliki orangtua dan juga tidak tahu keberadaan keluarganya yang lain hanya ditemani oleh adiknya saja.
Bara dan Vani hadir bersama putra mereka-Damar, dengan memakai kostum serupa dengan yang dipakai oleh Vino dan Tania juga Anin, begitupun dengan Arland yang sudah dianggap seperti keluarga oleh mereka.
Di hari yang berbahagia ini hanya Papa Bagas dan Mama Wina yang tidak bisa hadir karena tinggal di luar negeri, dan papa Bagas juga tidak bisa melakukan perjalanan jauh karena kondisi kesehatan yang mulai menurun. Sementara ayahnya Tania telah berpulang saat Anin masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan beberapa bulan setelah itu ibunya Tania pun meninggal.
Anin langsung menghampiri Damar, memberi usapan lembut dipunggung kakak sepupunya itu agar menguatkan hati dari semua yang telah terjadi. Damar pun membalasnya dengan senyuman singkat. Ia mengarahkan tatapannya pada sang kekasih yang sudah duduk berdampingan dengan Keenan, dengan kepala yang terus menunduk.
Arland pun turut mendekati Damar untuk berjaga-jaga, untuk memastikan jika Damar tak lepas kendali dan mengacau semuanya. Namun, tindakannya itu malah dianggap Anin ingin mendekatinya.
"Om, duduk di didekat penghulu sana jadi saksi, jangan disini." Ujar Anin. Tetapi Arland tak menanggapi, ia membenarkan posisi duduknya di samping Damar. Membuat Anin mendengus kesal.
Melihat kedua tangan Damar terkepal erat serta tatapan yang terus menatap Keenan dengan tajam, Arland pun mendekati dan berbisik ditelinga Damar, "Ingat! Kau sendiri yang sudah mengizinkan pernikahan ini terjadi, hanya tiga bulan sesuai perjanjian mu dengan Keenan."
Mendengar itu, Damar membuang nafas kasar kemudian kembali menatap sang kekasih dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Jika ditanya bagaimana perasaannya saat ini? Tentu sudah pasti sakit melihat kekasihnya berdampingan dengan kakaknya sendiri. Namun, semuanya sudah terlanjur karena ia yang sudah memberi izin pada Keenan untuk bertanggung jawab dan ia hanya berharap jika Kanaya tak sampai hamil dari kejadian malam itu agar mereka berdua bisa bersama kembali.
Air mata Kanaya seketika luruh setelah Keenan mengucap kalimat ijab Kabul itu dengan lantang. Seharusnya Damar lah yang mengucapkan kalimat sakral itu atas namanya dan bukan laki-laki lain.
Melihat gadis yang telah menjadi istrinya menitihkan air mata, hati Keenan perih karena ia tahu itu bukanlah air mata bahagia. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan kata maaf dari dalam hatinya.
Tania dan Vino pun mendekati putra dan menantu mereka, memberi selamat kemudian memeluk sepasang pengantin baru itu secara bergantian.
"Selamat ya, Nak. Sekarang Kamu sudah menjadi seorang Suami, dan tanggung jawab mu bukan lagi hanya kepada Papa dan Mama, tetapi tanggung jawab mu akan lebih besar kepada istrimu." Tania mengusap puncak kepala putranya dengan lembut.
"Bertutur kata lah yang lembut pada istrimu. Tegur lah dengan penuh kelembutan jika dia berbuat salah. Jangan terlalu sering mempersoalkan kesalahannya, dan maafkan lah jika dia berbuat salah. Tunjukkan cinta dan kasihmu padanya, buatlah hatinya merasa nyaman. Karena seorang istri adalah jantung rumah, jika istri tidak bahagia makan seisi rumah juga tidak akan bahagia." Tutur Tania menasehati.
Keenan hanya mampu menganggukkan kepalanya, kedua matanya pun sudah berkaca-kaca.
Tania tersenyum, sekali lagi ia mengusap kepala putra sulungnya itu. Netranya tak lepas menatap wajah putranya yang terlihat semakin tampan dengan pakaian pengantin khas keluarga yang melekat ditubuhnya. Ia jadi teringat dengan suaminya dulu, Vino juga tak kalah tampannya saat mengenakan baju pengantin yang kini dipakai oleh putranya.
Rasanya baru kemarin ia menimang-nimang tubuh mungil Keenan, dan hari ini putranya itu telah menjadi seorang suami.
Tania pun akhirnya menitihkan air matanya, rasa bahagia tak mampu ia sembunyikan. Kini putra sulungnya telah memiliki pendamping hidup.
Setelah Tania berpindah memeluk menantunya, Vino pun mendekati Keenan dan juga memberikan sedikit petuah pada putranya itu.
"Nak, setiap pernikahan, setiap yang berumah tangga pasti memiliki ujiannya masing-masing. Dan Papa ingatkan, apapun ujian yang Tuhan berikan dalam rumah tanggamu nanti. Kamu jangan goyah, kamu harus kuat, kuatkan hatimu, tabah menerima semua cobaan-Nya. Karena Tuhan tidak akan pernah menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya."
Dan kali ini Keenan pun yang menitihkan air matanya. Yah ia sendiri tahu akan hal itu. Dan untuk itu ia benar-benar sudah mempersiapkan diri dari segala kemungkinan kurang baik yang akan ia terima dari Kanaya.
Dan lagi-lagi Keenan hanya mampu menganggukkan kepalanya tanpa bisa berkata-kata.
"Ya sudah, jangan menangis nanti tampannya hilang." Kekeh Vino sembari mengusap pundak putranya.
Keenan mengangguk sambil mengusap sudut matanya, kemudian ia menoleh menatap mama dan istrinya yang masih berpelukan. Dada Keenan benar-benar sesak melihat air mata Kanaya. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi, tujuannya untuk bertanggung jawab sudah terlaksana dan setelah ini yang perlu ia lakukan hanyalah bersiap menerima segala amarah Kanaya padanya.
Tania pun mengurai pelukannya, ia mengusap air mata menantunya yang ia kira adalah air mata bahagia. "Kamu cantik banget, udah jangan nangis. Sekarang saatnya Kamu dan Keenan bertukar cincin." Ucapnya.
Kanaya mengangguk sembari memaksakan senyum diwajahnya. Benar kata Damar, Vino dan Tania adalah orang baik dan tentu akan memperlakukannya dengan baik. Terbukti bagaimana kedua paruh baya itu memperlakukan dirinya seperti anak sendiri beberapa hari ini hingga menjelang hari pernikahannya.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Keenan memasangkan cincin di jari manis Kanaya, sementara pemilik jari itu sendiri malah membuang muka yang mengundang perhatian dua pasang paruh baya di ruangan itu.
Keenan telah selesai memasang cincin dan Kanaya masih belum menyadari, gadis itu masih memalingkan wajahnya hingga ia terhenyak kala merasakan usapan lembut di pundaknya.
"Kanaya, sekarang giliran Kamu yang pasangkan cincin dijari Suami Kamu." Ujar Tania sambil tersenyum, namun senyumnya tak sehangat sebelumnya melihat Kanaya yang tiba-tiba membuang muka saat Keenan memasangkan cincin di jari nya.
Kanaya hanya mengangguk, kemudian ia mengulurkan tangannya meraih cincin dan memasangkan dengan cepat dijari Keenan.
Bara dan Vani pun mendekati sepasang pengantin baru itu, memeluk keponakan tertua mereka dengan hangat.
"Selamat ya tampannya Aunty, gak nyangka sekarang Kamu udah jadi suami. Rasanya baru kemarin Aunty gendong-gendong Kamu." Ujar Vani.
Bara menoleh memanggil putranya, "Damar ayo kemari dan berikan selamat untuk Abang mu." Panggil Bara.
Namun, Damar masih bergeming di tempat duduknya. Anin pun mengusap bahu kakak sepupunya itu seraya berbisik. "Bang Damar ayo Anin temani."
"Kamu saja yang berikan selamat untuk mereka, Bang Damar disini saja." Ucap Damar dengan pelan. Namun, masih dapat di dengar oleh Arland yang duduk di sampingnya.
"Sikapmu yang seperti ini akan membuat orangtua kalian akan tahu yang sebenarnya." Bisik Arland.
"Sekarang atau nanti mereka juga akan tahu bukan?" Balas Damar dengan ekspresi yang dingin.
"Tapi setidaknya kalian harus membuat alasan yang jelas untuk kalian berikan pada orangtua kalian saat tiba perpisahan Keenan dan Kanaya nantinya." Ucap Arland memperingati.
"Itu urusan Bang Keenan, bukan urusanku!"
Dan Arland pun hanya bisa menghela nafasnya dan tidak menanggapi ucapan Damar lagi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rafly Rafly
kalo nggak mau, nggak bisa di buat baik'....kasari saja tuan keenand...lama lama ntar ngelunjak perempuan model Naya ini /Tongue//Tongue/
2025-03-31
0
febby fadila
aku ikut mewek thor... sungguh kisAh cinta yg sangat mengharukan😭😭😭😭😭😭
2025-03-17
0
A Yes
bersyukur loh Kanaya, karena belum tentu kedua orang tua Damar sebaik dan menerima keadaan kamu spt orang tua Kenan menerima latar belakang kamu
2024-03-28
1