Bukan pernikahan yang seperti ini yang diharapkan Kanaya, begitu juga dengan Keenan yang tidak menyangka akan menikah dengan cara seperti ini. Mereka berharap suatu hari nanti bisa menikah dengan orang yang mereka cintai dan hidup bahagia tentunya, namun yang sudah terjadi sekarang sangat berbanding terbalik dengan apa yang sudah mereka harapkan.
Sepasang pengantin baru yang akan memulai kehidupan baru, tidak! Bukan kehidupan baru, tetapi drama baru yang akan mereka mainkan.
Malam pertama, malam yang selalu di nanti-nantikan oleh setiap pasangan yang baru menikah, di mana malam yang indah nan romantis, saling melebur rasa yang bergejolak dua sejoli tenggelam dalam alur kenikmatan yang sejati.
Tetapi tidak dengan Kanaya dan Keenan, di malam pertama pernikahan nya yang ada hanya lah kebisuan, tanpa ada nya sapaan dari masing-masing kedua nya.
Di dalam kamar pengantin, di sudut ranjang Kanaya duduk terdiam dengan masih mengenakan gaun pengantinnya. Ia tidak menyangka sekarang sudah menjadi seorang istri dari laki-laki yang seharusnya menjadi kakak iparnya, seketika lamunan nya di buyar kan oleh Keenan yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan melangkah kearahnya, membuat nya salah tingkah dan sedikit gugup.
"Semoga Dia tidak mengingkari janjinya pada Bang Damar untuk tidak menyentuhku lagi." Batin Kanaya gelisah.
Keenan memberanikan diri menyapa Kanaya mencoba memecahkan keheningan, tidak ada salahnya mencoba. Pernikahannya sudah terjadi, bagaimana ia bisa lari dari kenyataan bahwa dirinya sudah menjadi seorang suami sekarang. Didepan penghulu dan saksi, serta disaksikan oleh kedua orang tuanya dia telah menjadikan seorang gadis sebagai istrinya. istri yang harus dia jaga, istri yang harus dia bimbing meskipun pernikahan ini terjadi karena suatu kejadian yang tidak diinginkannya.
"Kanaya, kenapa Kamu melamun? Ganti lah pakaian mu semua sudah menunggu kita dimeja makan." Ucap Keenan.
"Aku akan mengganti pakaian ku, tapi sebaiknya Kamu keluar dulu." Jawab Kanaya, dan hanya melirik sekilas pada lawan bicaranya.
"Kita sudah Suami Istri sekarang, jadi tidak perlu merasa malu lagi, kemari lah Aku akan membantu mu melepas gaun mu." Ucap Keenan berusaha setenang mungkin.
"Tidak, itu tidak perlu! Sebaiknya Kamu keluar dan panggilkan Anin." Ujar Kanaya, nada suaranya meninggi. "Dan satu hal lagi yang harus Kamu ingat, jika pernikahan ini hanya akan berjalan selama tiga bulan ke depan." Ujarnya lagi memperingati.
"Tapi Kanaya, Aku hanya ingin membantu...,"
"Kalau kamu tidak mau keluar, biar Aku yang keluar!" Kanaya tersulut emosi.
"Oke, baik lah, Aku akan keluar dan akan memanggil Anin." Ucap Keenan akhirnya mengalah.
Kanaya merasa sedikit lega, karena suaminya telah keluar dari kamar. Helaan nafas lega terhembus dengan panjang.
Keenan melangkah dengan gontai menuju ruangan dimana seluruh keluarganya berkumpul menunggu dirinya dan Kanaya.
"Keenan, Kamu kok sendiri dimana Kanaya?" Tanya Tania.
"Kanaya masih belum selesai ganti pakaiannya, Ma." Jawab Keenan.
"Kenapa Kamu tidak membantunya biar cepat?" Timpal Vino.
Dan Keenan menjawabnya dengan hanya tersenyum. Ia pun mengalihkan pandangannya pada sang adik.
"Anin, pergilah ke kamar Bang Keenan, Kamu di panggil sama Kakak Ipar mu." Ujar Keenan dengan sedikit tersenyum.
Anin langsung beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju kamar Keenan tanpa bertanya lagi kenapa dan ada apa.
"Lihatlah Sayang, ternyata Putra Kita masih malu-malu rupanya." Ucap Vino, ia berpikir hanya alasan Keenan saja menyuruh Anin ke kamarnya dan mengatakan jika Kanaya yang memanggil. Pasti putranya itu masih malu untuk membantu istrinya berganti pakaian.
Dan itu mengundang gelak tawa pada semuanya. Terkecuali Damar yang masih dengan ekspresi datar di wajahnya.
.
.
.
"Kak," Anin menyembulkan kepalanya di cela pintu yang tidak tertutup rapat.
Kanaya yang masih duduk di tepi ranjang lekas beranjak lalu menghampiri gadis yang telah menjadi adik iparnya. Di sela-sela langkahnya tanpa sadar Kanaya menyunggingkan senyum tipis, ia merasa lucu karena adik kelas yang katanya sangat mengidolakan dirinya kini telah menjadi adik iparnya.
"Kata Bang Keenan, Kak Kanaya panggil Anin ya?" Tanyanya masih dengan posisi sebelumnya.
"Iya, ayo masuk." Ajak Kanaya sembari membuka pintu dan menutupnya kembali setelah Anin masuk.
"Memangnya kenapa Kak Kanaya panggil Anin?" Tanya Anin lagi.
"Aku cuma mau minta tolong buat bantu turunkan resleting gaun ini, Aku gak bisa buka sendiri." Jawab Kanaya.
"Oh." Ucap Anin dengan singkat, kemudian segera melaksanakan perintah Kakak iparnya itu. Setelah itu Anin membawa dirinya duduk di tepi tempat tidur.
"Sekarang Kak Kanaya ganti bajunya dulu, setelah itu ada yang mau Anin bicarakan."
Kanaya pun mengangguk, setelah mengambil baju gantinya ia segera masuk ke dalam kamar mandi.
Tak lama kemudian Kanaya keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai setelan andalannya di hari-hari biasa, celana jeans dan juga kaos oblong.
"Anin mau bicara apa sama Aku?" Tanya Kanaya yang kini telah duduk di samping adik iparnya itu.
Sejenak Anin masih diam sembari mengangkat kepalanya menatap langit-langit kamar, ada sesuatu yang ingin ia bicarakan hanya saja ia bingung harus memulainya dari mana.
"Anin, Kamu mau bicara apa?" Tanya Kanaya lagi, membuat Anin tersentak.
Anin pun menatapnya kakak iparnya dengan lekat, jika dipikir ini bukanlah urusannya tetapi tetap saja ia harus mengatakan kegundahan hatinya demi kedua abangnya yang sama besar rasa sayangnya kepada keduanya.
"Kak, Anin tahu ini berat untuk Kak Kanaya. Tapi Anin mohon jangan hukum Bang Keenan atas kejadian yang telah menimpa kalian berdua. Anin bangga pada Bang Keenan yang mau bertanggung jawab meski kejadian itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tapi bukan berarti Anin melupakan bagaimana tulusnya Bang Damar mencintai Kak Kanaya selama ini. Anin turut merasakan kesakitan yang dirasakan Bang Damar tapi dalam hal ini Bang Keenan tidak sepenuhnya salah. Jadi Anin mohon dengan sangat agar Kak Kanaya bijak dalam menghadapi masalah ini. Jangan membuat sampai ada pembatas di antara Bang Keenan dan Bang Damar karena Anin adalah orang yang akan paling kecewa jika hal itu sampai terjadi karena Kak Kanaya. Buat Bang Damar mengerti dan menerima keadaan Kak Kanaya saat ini, dan Anin mohon terima Bang Keenan dengan baik di kehidupan Kakak." Anin sampai mengatupkan kedua tangannya di depan Kanaya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
Kanaya terdiam tanpa kata, tak tahu harus menjawab apa pada Anin. Namun, dari setiap kata yang diucapkan Anin iapun mengerti jika ada satu hal yang tidak Anin ketahui. Yaitu tentang perjanjian Damar dan Keenan mengenai pernikahan ini yang akan berlangsung hanya sampai tiga bulan ke depan.
"Kak Kanaya tidak perlu memberikan jawaban apapun, tapi Anin mohon tolong Kakak pikiran baik-baik apa yang tadi Anin katakan." Ujar Anin sembari menyentuh punggung tangan Kanaya yang tampak melamun.
"Terima kasih untuk pengertiannya, akan Aku usahakan."
Anin pun hanya bisa mengangguk sembari tersenyum tipis meskipun jawaban yang diberikan oleh Kanaya tidak memuaskan hatinya, setidaknya kakak iparnya itu sudah mengatakan untuk berusaha.
"Ya sudah, sekarang ayo kita ke ruang makan. Semua sudah menunggu kita di sana." Ajak Anin kemudian.
Kanaya mengangguk, kemudian meraih tangan Anin menggenggamnya lalu berjalan beriringan keluar dari kamar, seperti saat disekolah.
.
.
.
Mampir ke novel teman othor juga y kk 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
febby fadila
lihat tu naya, anin aja yg msih SMA sdah bisa berfikiran dewasa..
2025-03-17
0
Qaisaa Nazarudin
Kayaknya Pemikiran Anin lebih dewasa dari Naya..Oarang bilang UMUR TIDAK MENJAMIN SESORANG ITU LEBIH DEWASA,Ini nih contohnya..
2024-09-03
1
A Yes
bijak an Anin yg umurnya lebih muda, terlihat bentukan keluarganya
hayoo Nay bener tuh yg Anin bilang, semua sdh terlanjur tinggal dijalankan dg tulus
2024-03-28
1