Bab 15

"Hei, apa maksud anda Tuan? Apa yang anda katakan! Saya tidak mengenali anda, mungkin anda salah orang. Sekarang buka pintunya!"

"Tidak! Tentu saja saya tidak salah orang. Nanti kamu akan tahu siapa aku sebenarnya, Zahira binti Ali."

DEG!

Jantungku berasa ingin lompat saat dia menyebut nama lengkap dengan nasabku. Kupaksa otak berkerja lebih keras lagi untuk mencari tahu siapa Pria yang ada disampingku saat ini.

Lama aku terpaku mengamati wajah yang di tutupi oleh masker itu, ingin rasanya aku membukanya untuk mengetahui siapa dia sebenarnya.

A-apakah dia adalah....? Ah, tidak! Itu tidak mungkin.

Lama aku dan dia saling diam hingga tak kusadari mobil yang kami tumpangi sudah memasuki antrian di kapal penyebrangan yang dinamakan Ferry RoRo.

Aku terkesiap melihat pemandangan itu. Ya Allah, dia mau membawaku kemana? siapa sebenarnya Pria ini? Kenapa dia membawaku ke pulau. Aku kembali menyorot dengan tajam, tetapi dia hanya berlagak santai bak seorang tak berdosa.

"Siapa kamu sebenarnya? Buka penutup wajahmu itu! Jangan menjadi lelaki pengecut!" sentakku dengan kesal.

Dia segera menatapku tak kalah kesal, tangannya yang tadi menggengam ponsel, kini benda itu ia lempar di kabin kosong yang ada ditengah kami. Tangannya terulur meraih daguku yang masih tertutup oleh kain penutup wajah.

"Apa kamu bilang, aku pengecut? Jika kamu ingin aku membuka masker ini, bagaimana jika aku memintamu untuk membuka cadarmu itu, agar kita sama-sama tahu dengan wajah satu sama lain!" Dia melepaskan daguku sedikit dorongan membuatku terkejut.

Aku hanya terdiam tak bisa bicara, aku tak ingin lagi memberontak. Percuma saja, toh nyatanya saat ini aku sudah berada di tengah lautan.

Ya Allah, kembali kupasrahkan hidupku pada-Mu. Lindungi anakku.

Aku tak ingin menatap manusia aneh yang ada disampingku ini. Kupalingkan wajah untuk menatap keluar jendela mobil, kembali kudekap buah hatiku dengan sayang agar dapat melerai rasa takut dan cemas dalam hatiku.

Aku menatap wajah tampan malaikat kecilku yang tidur begitu lelap dengan bibir mengecap-ngecap, mungkin dia sudah haus tetapi rasa kantuk masih mendera. Aku tersenyum gemas sembari mengecup wajah mungilnya berulang kali.

Dia tampak begitu lucu sekali, aku seakan mendapat penghiburan dari buah hati belahan jiwaku. Ku abaikan Pria aneh yang sedang memperhatikan aku dengan bayiku, peduli apa dengan dia. Ya kali dia menolongku dengan tulus, toh nyatanya sekarang dia menculikku entah mau dia bawa kemana aku dan bayiku.

Sekitar 45 menit Roro penyebrangan itu sudah menepi di pelabuhan, mobil yang aku tumpangi sudah mulai bergerak keluar dari kapal itu, aku hanya diam memperhatikan arah dan tujuan kendaraan ini. Ini kali pertama aku berada di pulau Bengkalis ini.

Rasa takut dan cemas masih bergelayut dalam hatiku. Aku hanya bisa pasrah dan selalu bergumam Do'a agar Allah selalu menjaga kami. Hanya tiga puluh menit mobil sudah memasuki perkarangan sebuah villa yang sedikit jauh dari pemukiman.

Hatiku kembali ketar ketir, apa yang akan terjadi padaku nanti. Aku juga penasaran dengan Pria penculik ini. Ada dugaan tetapi aku rasa itu tidaklah mungkin.

"Ayo turun!" titahnya dengan nada dingin.

Aku diam, masih enggan untuk ikut dengannya. Terserah dia mau berbuat apa. Lebih baik aku duduk saja disini. Aku pura-pura tak melihat tatapan berang dari Pria itu. Terserah, mau marah mau guling-guling sekalian aku juga tak peduli.

"Apakah kamu tak mempunyai telinga?" tanyanya yang tampak mulai hilang kesabaran.

"Aku tidak ingin masuk kedalam! Aku ingin kembali lagi ke kota tadi, kenapa kamu menculikku?" ujarku juga kesal.

"Kau ini benar-benar wanita keras kepala ya! Untuk apa kamu ingin balik ke kota itu? Apakah kamu masih berharap dengan Pria tak mempunyai perasaan yang telah membuangmu itu?" tanyanya sekali lagi yang membuat aku tak mengerti siapa Pria yang dia maksud, apakah Mas Adri.

"Jika iya kenapa?" jawabku sengaja memancing amarah Pria itu agar dia mau mengembalikan aku ke kota asal dimana dia menemuiku tadi.

"Dasar bodoh! Apa yang kamu harapkan darinya? Sedangkan dengan anaknya saja dia tidak peduli, bagaimana denganmu?"

Hng! Aku rasanya ingin tertawa mendengar ocehan Pria sotoy ini. Bagaimana bisa dia memikirkan hal itu. Anaknya? Hah, rasanya aku ingin sekali meremat rambutnya agar otaknya tak berpikir terlalu jauh tentang diriku yang sama sekali tidak dia ketahui.

"Kamu itu anak dukun ya?" tanyaku sedikit mengejek kebodohannya itu.

"Kok tahu?" jawabnya yang membuat aku begitu geli mendengarnya.

"Iya, dukun ecek-ecek. Sok tahu dengan kehidupan seseorang, padahal semuanya bodong!"

"Hei, kamu menghinaku?"

"Iya, kenapa?"

"Kamu..."

"Apa? Kamu tidak terima? Yaudah pulangkan aku kembali. Percuma saja kamu menculikku, tidak akan ada untungnya denganmu. Yang ada aku akan menyusahkan!"

"Turun Zahira!" Sentaknya kali ini dengan serius sehingga membuat aku terjingkat.

"Tidak!" aku masih dengan pendirian.

"Berikan bayi itu!"

"Tidak! Apa yang kamu lakukan? Jangan ambil anakku!"

Pria itu berhasil membawa bayiku dan segera melesat masuk kedalam villa itu. Tentu saja aku tidak akan mungkin membiarkan dia mengambil anakku.

"Tuan, berikan anakku! Apa yang kau lakukan. Jangan coba-coba untuk mengambilnya dariku!" Aku masih mengejar langkah lebar Pria itu memasuki sebuah kamar.

"Masuklah!" titahnya saat aku hanya berdiri diambang pintu.

"Berikan bayiku!"

Dia tak menghiraukan tetapi membaringkan bayiku diatas ranjang dan menyelimutinya dengan kain hangat sehingga bayi mungil itu tidur dengan nyenyak.

"Kamu masih tidak ingin masuk? Kalau begitu tidur saja diluar!" ujarnya yang segera menutup pintu itu.

"Jangan gila kamu! Dia anakku tentu saja membutuhkan aku. Sekarang kamu keluarlah!" usirku

"Kamu mengusirku? Kamu tidak sadar ini rumah siapa? Aku berhak mau tidur dimana saja!"

"Ya, kamu memang berhak tidur dimana saja. Tapi tidak tidur denganku! Jadi pergilah! Aku akan memberinya ASI," ucapku beralasan.

Pria itu menutup pintu, lalu menguncinya dan mencabut kunci itu. Seketika jantungku berdegup kencang, aku mundur pelan kebelakang saat dia berjalan mendekat padaku.

"Berikan saja dia ASI. Kamu malu dihadapanku? Kenapa harus malu? Bukankah aku sudah pernah mengabsen seluruh lekuk tubuhmu!"

Plaak!!

Seketika tanganku melayang pada wajah Pria tak mempunyai sopan itu. Air mataku jatuh seketika, kenapa sakit sekali mendengar ucapan Pria yang sama sekali aku tidak tahu kenapa dia beraninya bicara seperti itu.

"Jaga bicaramu Tuan! Jangan kurang ajar! Aku bukanlah wanita murahan!" bentakku dengan amarah yang sudah merasuki jiwaku.

"Hng! Benarkah kau bukan wanita murahan?" Dia tersenyum mengejek, dapat terlihat dari gerak bibirnya walau tertutup masker. "Jika kau memang bukan wanita murahan, lantas untuk apa kau datang malam itu menawarkan diri padaku? Hah!!" Sentaknya dengan mata memerah dan mendekat padaku mengikis jarak.

Bersambung....

happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Carlina Carlina

Carlina Carlina

ihhh seruuu dah ada lucu nya jg nih

2024-03-30

1

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Pak Hakim dilihat baik2 wajah nya si Bayi pasti mirip kamu,salut sedikit kamu penyayang jga sama bayi walau hatimu jahat,mungkin karena ada ikatan batin juga si bayi nyaman ya sama bapak nya😬😬

2024-01-07

2

Alanna Th

Alanna Th

waaaa, ktemu dg ayah s bayi! tp dia tdk tau bhw itu anak dari benihny. . .

2023-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!