Terjadi

Tangan Pria itu mulai menyentuh leherku. Aku terdiam kaku kurasakan hembusan nafasnya semakin dekat diwajahku. Kudorong tubuhnya agar menjarak.

Kenapa batinku tidak siap ya Allah. Aku jijik sekali dengan sentuhan Pria ini

"Kenapa?" tanyanya menatapku tajam.

"Bukankah Bapak tadi ingin mandi?" tanyaku, meminta waktu sedikit lagi untuk mempersiapkan segalanya.

"Kenapa? Apakah kamu tidak nyaman dengan aroma tubuhku, ah, baiklah. Aku akan mandi sebentar. Kamu tunggu aku disini."

"Baik, tapi, Pak. Saya haus bolehkah saya pesan minum?"

"Tentu saja. Akan ku pesan sekarang." Pria itu segera menghubungi pihak hotel minta diantar minum dan makanan.

Setelah pesan, Pria itu segera masuk kedalam kamar mandi. Aku segera mengeluarkan sebuah Camera kusembunyikan dimeja nakas yang menghadap ke arah ranjang.

Tak berselang lama pelayan hotel datang membawa pesanan. Aku segera menerimanya dan meminta pelayan itu agar segera pergi. kumasukkan serbuk obat perangsang kedalam minuman Pria itu.

Kini semua sudah siap. Aku duduk sembari menikmati minumanku. Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, kuhela nafas dalam meskipun hati kecilku menolak, tetapi logikaku tetap dengan pendirianku.

Pria itu keluar hanya menggunakan handuk setengah badan. Tatapannya menyorot dengan lapar, aku hanya bisa pasrah saat Pria itu mendekatiku. Perlahan tangannya menyentuh bahuku wajahnya semakin dekat sehingga bibirnya menyentuh bibirku.

Nafasku terasa sesak. Air mataku jatuh seketika. Tidak, aku harus siap dengan semua ini. Tak ada yang bisa aku lakukan selain Kutukar Diriku Demi Sebuah Keadilan.

Saat tangan Pria itu mulai menyentuhku lebih dalam, aku mengingat bahwa dia belum menyesap minumannya.

"Ah, tunggu dulu, Pak," aku menahan tubuh Pria itu saat ingin mengabsen tubuhku.

"Apa lagi, Sayang?" tanyanya yang membuat telingaku sakit.

"Aku haus, aku minum sebentar." Aku berdiri dan mengambil gelas minumanku dan juga miliknya, lalu ku serahkan padanya. "Ayo kita minum dulu, Pak."

"Ah, baiklah." Pria itu menyesap minumannya hingga tandas.

Sebelum kembali pada Pria itu, aku izin ke kamar mandi untuk menunggu obat itu beraksi ditubuhnya. Kutatap wajahku dihadapan cermin yang ada dikamar mandi itu.

"Ampuni aku, ya Allah. Aku tidak punya pilihan lain. Aku hanya ingin ayah dan ibuku mendapatkan keadilan." Aku bergumam sendiri sembari menghapus air mataku.

Tok! Tok!

"Hei, cantik. Kenapa kamu lama sekali dikamar mandi? Apa yang kamu lakukan? Ayo keluarlah. Aku sudah tak tahan."

Aku segera membasuh wajahku dan segera keluar dari kamar mandi. Kuhela nafas dalam, kutekan semua rasa dihati yang sedang membuncah.

"Ada apa, Pak?" tanyaku berlagak polos.

Dia menatapku dengan tatapan lapar. Nafasnya sudah mulai memburu. Aku hanya tersenyum sinis menatap hakim curang itu. Sekarang aku harus memulai misiku.

Tangan Pria itu mulai menyentuhku. Dan aku kembali menghindar untuk melepaskan diri darinya.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu ingin bermain-main denganku?" tanyanya mendekati aku,lalu menarik tanganku sehingga tubuh kami merapat.

"Apakah kamu sudah tidak tahan? Bagaimana jika aku membatalkan kencan kita?" Aku mendorong tubuhnya agar menjarak.

"Hei, apa yang engkau katakan?" dia menatapku dengan pandangan sayu penuh hasrat.

"Ya, sepertinya aku membatalkan kesepakatan kita. Tidak apa-apa 'kan? Toh aku juga belum menerima uangmu," ujarku dengan tersenyum muak.

"Kau jangan mempermainkan aku! Aku bisa saja melakukannya bila aku mau!" bentaknya sembari mendekat padaku.

"Stop! Jangan mendekat! Jika kau berani macam-macam, maka aku akan menekan tombol ini. Karena aku mengatakan pada pihak hotel bahwa aku adalah seorang pengacara. Reputasimu akan hancur, Pak, bila semua orang tahu jika kamu adalah seorang pemerkosa!" balasku dengan berapi-api

Pria itu menatapku berang. Keringatnya bercucuran, wajahnya memerah, rahangnya mengeras.

"Apa yang kau inginkan? Katakan?!" bentaknya kembali.

"Aku hanya ingin Bapak tanda tangani perjanjian ini dulu, bahwa Bapak bersedia menjatuhkan hukuman mati pada terdakwa Mahendra Husni dan CS nya. Dan Bapak juga harus tandatangani surat pengakuan bahwa Bapak telah menerima uang sogokan dari mereka!" jelasku sembari menyodorkan kedua surat perjanjian itu.

"Jangan macam-macam kamu! Kamu mencoba mengancam dan memperdayai aku?!" pekiknya dengan amarah yang memuncak. Namun, sesaat dia seperti sedang menahan gejolak sesuatu. Kepalanya terasa sakit.

"Please! Tolong bantu aku!" ucapnya memohon.

"Hahaha... Bapak ingin minta tolong? Aku akan bersedia menolong asalkan Bapak bersedia menandatangani kedua surat ini!" tawarku kembali. Pria itu hanya menggeleng sembari menarik rambutnya dengan erangan.

"Baiklah, aku akan tanda tangan, asalkan kamu bantu aku untuk menuntaskan hasratku!"

"Baiklah. Ayo tanda tangan dulu." Aku menyodorkan kertas itu. Dan dia segera menandatangani tanpa harus membaca lagi. Aku tersenyum kecut menerima kembali surat yang telah dia tanda tangani itu.

Aku ingin pergi saat itu, tetapi langkahku terhenti. Pria itu segera menarik dan mendorongku diatas ranjang. Aku menatap raut wajah Pria yang itu yang sudah tersiksa menahan gejolak hasratnya.

Dengan beringas Pria itu menyerangku. Dia membuka pakaianku secara paksa. Aku tak lagi bisa berkutik selain dari pasrah menerimanya. Pria itu melampiaskan hasratnya yang tadi sangat menyala.

Setetes cairan bening jatuh di sudut mataku. Kini aku benar-benar telah masuk dalam kubangan dosa besar.

Ibu, Ayah, maafkan aku. Aku tahu ini adalah jalan yang salah. Tetapi aku hanya ingin mendapatkan keadilan untuk Ibu dan Ayah. Maafkan aku....

Batinku menangis pilu saat tubuhku telah dikuasainya. Kuhapus air mataku yang ingin menetes kembali. Kutanamkan rasa dendam yang menyala.

Nikmatilah tubuhku malam ini. Besok pagi kau harus melakukan apa yang aku mau. Ingatlah jika kau ingkar janji maka kuyakinkan dirimu dan para manusia laknat itu akan menjadi satu kubu di penjara!

Setelah selesai menuntaskan hasratnya, Pria itu tertidur pulas disampingku. Aku segera bangkit dari tempat tidur. Dan segera ku ambil Camera tersembunyi itu. Ku kenakan pakaianku kembali.

Setelah semua telah ku kemasi, aku segera beranjak meninggalkan kamar hotel itu. Aku pulang menggunakan taksi online.

Setibanya dirumah. Aku meletakkan tas yang berisi barang bukti baru saja aku dapatkan dari Pria itu. Aku segera masuk kedalam kamar mandi. Guyuran demi guyuran membasahi tubuhku. Tangisku pecah bersama air yang kusiram di tubuh.

Aku benar-benar sudah menjadi manusia kotor. Ampuni aku ya Allah. kubasuh semua jejak yang di tinggalkan oleh Pria itu di tubuhku.

Entah berapa lama aku berada didalam kamar mandi untuk membasuh jejak laknat yang sangat menjijikkan. Aku sadar sebanyak apapun air membasuhnya dosaku tidak akan terhapuskan.

Ku akhiri mandiku. Dan kubasuh wajah dan anggota tubuhku yang lain dengan air wudhu. Aku segera melakukan sholat sunat taubat. Aku memohon ampunan kepada Rabb-ku. Aku menyesali segala kesalahanku. Aku memohon belas kasihan dari-Nya untuk mengampuni segala dosa besar yang baru saja aku lakukan.

Bersambung...

Jangan lupa dukungannya ya 🙏

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Lienda nasution

Lienda nasution

kalau sdh direncanakan gak lucu kalau ternyata nantinya hamil

2024-02-20

0

Nida Kalapati

Nida Kalapati

ceritanya bagus tp gk hrs brkorban gitu

2024-01-22

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

ceritanya bagus

2024-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!