Bab 13

Kini sudah satu minggu pasca melahirkan, aku sudah kembali di kediaman Mas Adri. Kali ini Mas Adri lebih sering datang mengunjungi kami. Dengan alasan dia ingin bertemu dengan bayiku.

Pagi ini Mas Adri datang lebih awal, aku kira dia datang seperti biasanya, yaitu hanya ingin bertemu dengan bayi mungilku. Namun ternyata Pria itu ingin berpamitan untuk bertugas di luar kota beberapa minggu.

Ada sedikit sedih saat Pria yang selama ini selalu perhatian dan begitu sangat baik, kini dia ingin pergi, ya walaupun hanya sementara waktu, tetapi tetap saja ada rasa kehilangan.

"Aku pamit ya, Za, kamu baik-baik. Jaga diri dan bayi mungil ini. Aku pasti sangat merindukannya," ujar Mas Adri berpamitan.

"Iya, kamu hati-hati ya, Mas. Semoga selalu dalam lindungan Allah."

"Aamiin ya Rabb."

Setelah Mas Adri pergi, aku kembali sibuk dengan peranku sebagai seorang Ibu untuk anakku. Aku mengamati wajah tampan bayi mungil yang ada dalam pangkuanku.

Seketika wajah Hakim ketua itu hadir disana. Wajah bayiku memang salinan dari Pria itu. Dia tidak boleh tahu bahwa ada hasil dari hubungan satu malam itu. Bayi ini milikku, dia yang akan menemaniku sampai kapanpun.

Aku ibunya, aku yang akan merawatnya dengan sepenuh jiwa dan ragaku dan tak akan kubiarkan orang lain mengambilnya dariku.

Saat masih membuai bayiku dengan kasih sayang, aku mendengar ada suara ribut-ribut diluar. Aku meletakkan bayiku diatas ranjang, dan segera keluar untuk melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

"Nyonya, tolong jangan temui Mbak Zahira, karena ini pesan Pak Adri," terdengar suara Buk Era sedang memohon kepada seorang wanita paruh baya dan disampingnya ada seorang gadis cantik.

"Heh, diam kamu! Aku ini Mamanya. Tentu saja aku lebih berhak disini. Aku harus bertemu dengan wanita itu!" sanggah wanita baya itu yang tampak begitu emosi.

"Maaf, ada apa ini?" tanyaku mencoba untuk melerai perdebatan Buk Era dan wanita itu.

"Oh, jadi kamu wanita yang selama ini meracuni otak anakku!" ucapnya segera menghampiri dimana aku berdiri.

"Siapa kamu sebenarnya? Ada hubungan apa kamu dan putraku sehingga dia menyembunyikanmu dirumah ini?" tanya Ibu itu kembali.

Mereka segera menerobos masuk kedalam kamarku. Tentu saja aku sangat khawatir dengan bayiku, aku takut mereka akan menyakiti. Aku segera mempercepat langkah untuk segera sampai dikamar.

"Bayi? Tante, ternyata mereka sudah menikah secara diam-diam, Tan. Bahkan mereka sudah mempunyai anak!" seru wanita cantik itu mengadu tak terima dengan kenyataan yang dia lihat.

"Benarkah? Dasar wanita murahan! Beraninya mereka menikah tanpa sepengetahuan aku!" sentak wanita yang sudah kupastikan adalah ibunya Mas Adri.

Bayiku tersentak dan menangis keras karena mendengar suara bentakan. Aku segera meraih putraku dalam dekapan kupeluk dengan erat.

"Maaf Ibu, kalian hanya salah paham. Aku dan Mas Adri tidak ada hubungan apa-apa. Mas Adri hanya membantu memberiku tempat tinggal." Aku mencoba menjelaskan agar mereka tak salah paham.

"Bohong! Jika benar kamu dan Mas Adri tidak ada hubungan, tidak mungkin dia menolak bertunangan denganku. Bahkan dia tidak pernah jujur bahwa dia sedang menyimpan perempuan di rumah ini! Dasar wanita munafik!" sentak wanita cantik itu berapi-api.

"Sungguh, Mbak, aku dan Mas Adri tidak ada hubungan. tolong percaya padaku, Bu!" pintaku memohon.

"Baiklah, jika kamu memang tidak ada hubungan dengan anakku. Maka sekarang pergilah dari rumah ini! Buktikan bahwa kamu bukanlah wanita penyebab hancurnya hubungan mereka!" ujar Ibu itu.

Aku menjadi bingung, namun aku harus membuktikan bahwa tuduhan mereka tidaklah benar. Mungkin sudah tiba waktunya aku harus hidup berdiri di kakiku sendiri. Aku tidak ingin memberi Mas Adri masalah.

"Baiklah, Bu, aku akan pergi dari sini," ujarku segera mengemasi barang-barangku.

"Bagus, kalau kamu memang tahu diri!"

Ku gendong bayiku dengan kain panjang, tangan sebelah kananku menggeret koper bawaanku yang berukuran sedang. Aku menatap kedua wanita yang beda generasi itu, mereka saling melempar senyum satu sama lain.

"Permisi, Bu, maaf jika saya sudah membuat kekacauan disini." Tidak mengurangi rasa hormatku pada wanita yang telah melahirkan Pria baik seperti Mas Adri, maka aku tetap pamit padanya.

"Ya, pergilah. Jangan pernah kembali lagi dalam kehidupan anakku," balasnya dengan sinis. Aku hanya mengangguk dan tersenyum senyum lembut.

"Buk Era, aku pamit ya, tolong sampaikan rasa terimakasihku pada Mas Adri yang telah begitu baik padaku selama ini," pesanku pada Buk Era.

"Tapi Mbak Zahira mau kemana? Kasihan anaknya masih merah. Ibuk takut terjadi sesuatu," ucap Buk Era dengan sedih. Wanita baya itu menitikkan air mata sembari memeluk diriku.

"Jangan menangis, Buk, aku dan bayiku pasti akan baik-baik saja. Percayalah, Allah akan selalu melindungi kami. Aku pamit ya,Buk. Terimakasih Ibuk sudah banyak membantu aku." Aku menyalami tangan Buk Era, dan segera beranjak meninggalkan tempat yang telah memberiku kenyamanan selama tiga bulan terakhir.

Saat aku keluar dari kediaman itu, ternyata hari sudah gelap bertanda sebentar lagi akan turun hujan. Aku mempercepat langkah untuk mencari tempat berteduh bila nanti hujan turun secara tiba-tiba. Aku takut terjadi sesuatu pada bayiku.

Jalanan yang aku telusuri adalah sebuah kompleks perumahan. Dimana perumahan itu rata-rata mempunyai pagar terali besi tidak ada pondok tempat berteduh.

Benar saja, entah berapa ratus meter aku berjalan hujan telah turun mengguyur sepanjang jalan itu sehingga menimpa diriku, dan bayiku yang masih berada dalam balutan kain bedong dan kugendong menggunakan kain panjang.

"Ya Allah, kemana aku harus berteduh? Lindungi anakku ya Rabb, jadikanlah air hujan ini sebagai obat bagiku agar tubuh dan mentalku tetap kuat menghadapi segala cobaan hidup ini."

Aku menangis sembari memeluk bayiku ditengah derasnya hujan. Kuamati sepanjang jalan berharap ada bantuan untuk diriku dan bayiku. Tetapi derasnya curah hujan membuat penghuni kompleks betah berdiam di diruamah mereka masing-masing.

*Ya Allah, aku tahu Engkau sengaja melakukan ini semua padaku. Engkau jauhkan aku dari orang yang selama ini selalu melindungi aku, Engkau hajar mentalku habis-habisan, Engkau tambah masalahku, Engkau uji kembali kesabaranku, Engkau buat aku tersungkur, Engkau buat aku menangis di tengah derasnya hujan. Karena Engkau tahu bahwa aku adalah wanita yang kuat dan mampu menerima segala ujian dariMu. Dan aku yakin Engkau pasti akan mewujudkan impianku, Engkau pasti akan memenuhi kebutuhanku, Engkau pasti akan membahagiakanku disaat waktu itu tiba untukku. Ya Allah, ya Rabb. Aku ikhlas menerima segala ujian ini, tetapi hamba mohon, tolong lindungi anak hamba.

Bersambung...

Happy reading 🥰*

Terpopuler

Comments

Morin Morin

Morin Morin

sedih,, thor,,, ceritanya sunggu mengandung bawang,,😭😭😭

2024-04-28

0

Carlina Carlina

Carlina Carlina

bner" 😭😭😭😭😭😭😭

2024-03-30

1

Susialexis

Susialexis

sediiih,,,
kuat Zahira

2024-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!