Bab 14

Aku mempercepat langkah agar segera keluar dari kompleks untuk mencari tempat berteduh. Aku rasakan tubuh bayiku menggigil, rasa takut dan cemas semakin menyelimuti hatiku.

"Ya Allah, aku mohon tolong lindungi anakku."

Hujan semakin deras disertai dengan petir silih berganti menyambar, hatiku semakin kacau, perutku terasa nyeri sudah tak ku hiraukan, aku mendekap bayiku begitu erat.

Sebuah mobil berhenti disampingku. Aku menoleh sangat berharap ada orang baik yang mau membantu. Ternyata benar, seorang lelaki menggunakan masker turun dari mobil dengan sebuah payung ia kembangkan.

"Ayo masuklah!" titahnya sembari memayungi aku. Aku menatap mata itu yang rasanya sudah tak asing lagi, rasanya aku pernah melihat, tapi dimana? Ah, entahlah aku segera menyingkirkan segala pertanyaan dalam hati, aku hanya ingin anakku dapat pertolongan.

Aku segera masuk kedalam mobil dan di ikuti oleh Pria itu. Setelah duduk dengan nyaman, aku mengeluarkan bayiku dari balutan kain yang sudah basah kuyup, wajah merah itu terlihat pucat tangisnya tampak tersendat dengan bibir bergetar kedinginan.

"Pak, cari toko busana sekarang!" perintah Pria itu pada sang supir.

"Berikan bayimu padaku," ujarnya mengulurkan kedua tangannya.

Aku masih ragu, untuk apa dia meminta bayiku? Aku sangat takut memberikan pada orang asing yang baru aku kenal. Aku masih diam terpaku.

"Cepatlah! Dia butuh dihangatkan!" titahnya kembali membuat aku segera menyerahkan putra kecilku pada orang asing itu.

Aku lihat dia membuka semua pakaian bayiku hingga polos. "Pegang sebentar." Dia kembali menyerahkan padaku untuk dipegang. Aku mengecup wajah pucat yang masih menggigil.

Pria itu segera membuka pakaiannya didepanku, seketika aku memalingkan muka. Apa yang akan dia lakukan? Kenapa tidak sopan sekali.

Setelah bertelanjang dada, Pria itu kembali meraih bayiku, lalu mendekap di tubuh hangatnya. Seketika tangisan Putraku berhenti. Hatiku merasa lega melihatnya, ada rasa haru dalam hatiku melihat pemandangan itu.

Aku rasa dia orang yang baik, terlihat dia begitu tulus memberikan pertolongan pada bayiku. Aku mengucapkan syukur kepada Allah, karena telah mengirimkan orang baik datang memberikan pertolongan.

Tak berselang lama mobil yang aku tumpangi sudah berhenti di sebuah toko pakaian bayi dan ibu. Dia segera memberikan bayi itu padaku.

"Tunggulah disini aku akan membelikan pakaian untuk kamu dan anakmu." Dia kembali menggunakan kaos saja, sementara jasnya digunakan untuk membungkus tubuh bayiku.

"Ayo ikut saya, Pak!" titahnya pada sang supir. Pria baya itu segera mengangguk mengikuti Pria itu masuk kedalam toko busana.

Setelah memastikan Pria itu sudah masuk kedalam toko, aku berkesempatan memberi ASI pada bayiku.

"Maafkan Umi ya, Nak, maaf sudah membuat kamu ikut kesusahan. Anak Umi harus kuat ya, tidak boleh lemah," gumamku sembari mengecup seluruh wajah mungil itu.

Tidak terlalu lama aku melihat Pria itu keluar membawa paper bag yang cukup banyak di tangannya. Aku segera menyudahi memberi ASI pada bayiku.

"Ini pakailah. Gunakan disini saja. Tak perlu takut kacanya tidak tembus pandang dari luar," ujarnya sembari menyerahkan jinjingan yang begitu banyak padaku.

Aku menerimanya sehingga aku lupa untuk mengucapkan terimakasih, sedari tadi aku tak bisa bicara, entah kenapa lidahku terasa begitu kelu, perasaanku entah, kenapa setiap seseorang yang membantuku terkadang terlewat baik. Aku hanya takut akan kembali membuat masalah dalam hidup orang baik itu, seperti Mas Adri yang begitu baik, ternyata akulah sumber hancur hubungannya dan calon tunangannya.

Setelah menyerahkan semuanya, dia kembali meninggalkan mobil itu, kuamati Pria itu berdiri sembari ngobrol dengan sang supir di depan toko.

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, segera kuperiksa satu persatu isi paper bag itu, semuanya lengkap. Dia juga menyediakan pakaian muslimku lengkap dengan cadarnya, bahkan wajahku seketika memerah saat melihat satu buah paper bag yang berisikan dalam man wanita dengan ukuran yang kupunya.

"Bagaimana Pria itu tahu ukuranku? Ah, sudahlah, kembali ku kesampingkan rasa malu dan segera kukenakan pakaian baru itu. Setelah itu aku juga mengenakan pakaian bayiku.

Alhamdulillah sekarang aku dan bayiku sudah nyaman dengan kehangatan. Setelah itu aku duduk dengan tenang sembari membuai bayiku. Hujan sudah mulai berhenti. Apakah aku lebih baik pergi saja. Sepertinya aku bisa mencari tempat tinggal di sekitaran sini.

Aku tidak ingin lagi merepotkan orang lain. Ini sudah cukup bantuan yang diberikan Pria itu. Aku tak ingin menjadi beban lagi. Aku membuka pintu mobil, tetapi Pria itu sudah terlebih dahulu masuk dan duduk disampingku.

"Mau kemana?" tanyanya

"Ah, terimakasih banyak atas bantuannya Tuan, saya turun disini saja karena hujan sudah reda," ucapku tetapi tak dihiraukannya.

"Jalan, Pak!" titahnya pada driver.

"Baik, Tuan."

Aku sedikit terkejut dengan kenyataan yang ada. Siapa orang ini sebenarnya? Apakah dia akan berniat buruk padaku, hatiku kembali dilanda kecemasan. Aku menatap manik matanya dengan dalam, dia juga menatapku sehingga tatapan kami beradu.

"Maaf, Tuan, tolong turunkan saya disini, saya sangat berterima kasih atas segala pertolongan yang Tuan berikan." Aku mencoba mengutarakan keinginanku, yaitu minta diturunkan. Tetapi Pria yang menggunakan masker itu masih tak menghiraukan permintaanku. Dia hanya diam sembari fokus dengan benda pipih di tangannya.

Aku semakin takut dan cemas. Ya Allah, ujian apalagi yang hendak Engkau berikan kepadaku ya Rabb?

Aku bergumam dalam hati. Mencoba untuk tenang sembari memeluk bayiku dengan erat. Aku menggeser duduk menjauh dari Pria itu sehingga merapat pada pintu mobil.

Aku hanya diam mengamati jalanan yang di tempuh oleh kendaraan roda empat yang sedang aku tumpangi saat ini. Mobil itu memasuki sebuah pelabuhan. Tentu saja membuat jantungku bekerja semakin keras.

"Tuan, anda mau membawa saya kemana? Tolong turunkan saya, Tuan!" pintaku sedikit lebih tinggi nada suaraku.

Pria aneh itu masih diam membisu, apa yang ingin dilakukannya padaku dan juga bayiku? Tidak, tidak. Aku harus keluar dari mobil ini.

"Tuan, kenapa diam saja? Tolong buka pintunya. Pak, tolong buka pintunya!" pintaku pada driver itu. Tetapi lagi-lagi kedua lelaki itu mendadak bisu.

Hatiku sudah benar-benar kacau, aku masih memberontak sembari memukul pintu mobil itu. "Aku mohon tolong buka pintunya!"

"Diamlah! Tetap tenang di tempat dudukmu!" sentaknya dengan nada tinggi.

Mataku membulat bibir ternganga, rasa tak percaya dengan apa yang kudengar baru saja. Apa mau Pria ini?

"Apa mau kamu? Mau dibawa kemana aku? Katakan!" sentakku sudah mulai kesal, rasa haru yang tadi aku tunjukkan jadi berubah murka.

"Apa mauku? Aku mau kamu ikut denganku!"

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Kenapa? Apakah kamu masih berharap pada lelaki yang tak bertanggung jawab sepertinya?" tukasnya yang membuat aku tak percaya. Apa maksudnya?

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

pak Hakim sepertinya

2024-04-23

0

Carlina Carlina

Carlina Carlina

haruuu🥲🥲🥲🥲🥲

2024-03-30

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

makin seru

2024-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!