POV Zico Hamdi

Setelah memutuskan perkara, aku kembali ke hotel, dan segera menemui resepsionis hotel untuk menanyakan data wanita yang semalam menemui aku.

Aku benar-benar penasaran siapakah wanita itu sebenarnya. Kenapa dia bisa mengorbankan dirinya demi meminta keadilan itu? Dia sudah berani bermain-main denganku. Lihat saja bila nanti aku menemuinya!

Sore ini driverku untuk menjemput, sebelum aku kembali ke kota dimana aku bertugas, aku terlebih dahulu meminta pada sang supir untuk mendatangi alamat wanita yang bernama Azzurri.

Setibanya di alamat yang dituju, aku segera turun dari kendaraan roda empat itu.

"Maaf, mau cari siapa ya, Mas?" tanya seorang wanita paruh baya

"Ah, saya mau mencari wanita yang ada di alamat ini, Bu, apakah benar ini rumahnya?" tanyaku sembari memperlihatkan gambar wanita itu.

"Ini bukannya Azzurri ya?"

"Iya benar. Apakah ibu kenal? Ini benar rumahnya 'kan?" tanyaku kembali ingin memastikan.

"Dulu ini memang rumah orangtuanya, Mas, tapi setelah Azzurri meninggal dunia, mereka menjual rumah ini kepada saya, dan setelah itu orangtuanya pindah entah kemana, kami kurang tahu juga," jelas wanita itu yang membuat aku tak percaya.

"Meninggal?"

"Iya, Azzurri sudah lama meninggal kurang lebih satu tahun ini."

"Maaf, Bu, mungkin ibu salah. Tidak mungkin Azzurri meninggal, karena beberapa hari ini kami masih bertemu," tukas ku.

Aku melihat wanita itu tersenyum. "Masnya yang salah mungkin, karena saat Azzurri meninggal mereka masih tinggal disini. Dan makamnya juga didaerah sini," jelas ibu itu kembali.

Aku semakin tidak mengerti, kalau Azzurri sudah meninggal, lantas siapa wanita yang menemui aku semalam? Ah, aku benar-benar bingung dengan semua ini.

"Maaf, Bu, kalau aku boleh tahu siapa nama orangtua Azzurri?" tanyaku mulai mendalami tentang wanita itu.

"Ayahnya seorang ustadz yang bernama Ali. Ibunya bernama Aminah. Mereka mempunyai anak kembar, yaitu Azzurri dan Zahira," jelas wanita paruh baya itu yang membuatku terpaku.

"Kembar? Apakah saudara kembarnya menggunakan cadar?" tanyaku sangat ingin tahu.

"Ya benar sekali."

Apa ini? Apakah yang datang malam itu adalah Zahira? Benarkah wanita bercadar itu yang mengorbankan dirinya demi mendapatkan keadilan untuk kedua orangtuanya?

Ah, otakku benar-benar tumpul memikirkannya. Lebih baik aku temui wanita itu sekarang. Akhirnya aku memutuskan kembali untuk menemui wanita bercadar itu.

Aku harus tahu yang sebenarnya. Sebelum aku mengambil salinan video yang disimpan wanita itu hatiku belum tenang. Bisa saja suatu saat dia menghancurkan karirku dengan menyebarkan video itu. Awas saja jika dia berani melakukan hal itu!

Aku meminta pada driver dan ajudanku untuk mengawal datang ke kediaman korban yang kasusnya baru selesai aku adili. Sedikit ada rasa was-was karena daerah itu adalah tempat terdakwa itu juga.

Karena ulah wanita itu, aku dan jaksa harus bermasalah. Tapi tak mengapa. Aku bisa mencuci tangan atas kasus suap itu. Setidaknya aku sedikit lega setelah mengembalikan uang suap itu.

Setibanya dikediaman korban, aku segera menyinggahi rumah tipe 45 itu. Berulang kali aku mengucapkan salam, tetapi tak ada jawaban. Rumah itu terlihat sepi tak berpenghuni.

"Pak Hakim!" seru salah seorang warga yang yang melintas di depan rumah itu. Mungkin dia salah satu yang ikut menyaksikan selama sidang berjalan, sehingga Pria itu sangat hapal dengan wajahku.

"Ah, ya. Maaf Pak, saya ingin bertanya, kemana penghuni rumah ini ya?"

"Sejak sidang putusan, Zahira tinggal dikediaman salah satu kerabat orangtuanya yang ada di gang sebelah," jelas Bapak itu.

"Apakah Bapak tahu dimana alamat rumahnya?"

"Wah, kalau itu saya kurang tahu dimana jelasnya, Pak," jawab Pria itu.

Kenapa wanita itu menghindar, apakah benar dialah yang menggunakan identitas saudara kembarnya. Ah, benar-benar menyusahkan sekali. Kemana aku harus mencarinya lagi. Baiklah, nanti saja aku perintahkan orangku untuk mencarinya.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kotaku. Aku biarkan wanita itu bernafas lega untuk saat ini. Akan ku urus kau nanti. Lihat saja saat barang bukti itu sudah berada ditanganku.

Sudah dua Minggu berlalu, sesaat aku teringat dengan wanita bercadar itu saat aku mendapatkan kabar dari pihak lapas sudah melangsungkan eksekusi mati pada lima terdakwa yang aku vonis mati waktu itu.

Ya, aku begitu sibuk dengan tugasku sehingga aku melupakan tujuanku, yaitu untuk mencari wanita bercadar itu. Aku segera menghubungi salah satu orang kepercayaanku untuk mencarinya.

Ternyata tak seperti yang aku bayangkan, wanita itu sudah meninggalkan kediamannya. Kecurigaanku semakin besar terhadapnya. Kemana wanita itu pergi?

Aku kembali menyuruh orangku untuk tetap mencari dimana keberadaannya. Setahuku wanita itu adalah seorang mahasiswi di perguruan tinggi yang ada di kota X.

Namun, lagi-lagi aku dan orang suruhanku tak menemuinya, kami seperti sudah kehilangan jejak. Ah, wanita itu benar-benar licik. Bagaimana jika nanti dia tiba-tiba menyebarkan video itu. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku harus mencarinya.

Kini sudah enam bulan berlalu, aku yang terkenal mempunyai taring, tetapi tidak bisa hanya menemukan seorang wanita bercadar itu. Sungguh dia sangat pandai bersembunyi.

Aku mengakui bahwa otak wanita itu sangat cerdas. Tapi aku tidak akan pernah menyerah begitu saja. Tidak ada yang tak bisa aku selesaikan dalam menangani kasus, apalagi ini kasusku sendiri.

"Sekarang kamu boleh bernafas lega Zahira, tapi nanti aku akan membuat perhitungan denganmu." Aku bergumam sendiri sembari mengamati potongan video yang berdurasi 30 detik yang dikirimkannya saat itu.

Entah kenapa jantungku masih berdesir saat menyaksikan video panasku bersama gadis cantik itu. Bahkan sampai saat ini aku masih menyimpan video itu di galery privasi. Tak bisa ku pungkiri pesona gadis itu sungguh sangat memabukkan diriku.

Ah, apa yang sedang aku pikirkan! Tidak. Tujuanku bukanlah itu. Aku harus menyelesaikan masalahku dengannya.

***

Pagi ini aku diizinkan oleh dokter untuk pulang, karena kandunganku sudah mulai kuat. Hanya butuh istirahat yang cukup dirumah. Aku sudah bersiap, dan infus juga telah dibuka.

Aku baru ingat semua uang simpanan dan barangku ada diruamah kontrakan. Aku bingung saat perawat memintaku mengurus administrasi untuk melunasi biaya pengobatanku selama di RS.

Saat aku masih memikirkan hal itu, tiba-tiba Mas Adri membuka pintu ruangan itu. Aku melihat dia masih menggunakan pakaian kerjanya.

"Maaf ya, Za, aku terlambat. Kamu sudah mau pulang?" tanya Mas Adri.

"Ah, iya Mas," jawabku sekenanya saja.

"Mari, Bu, saya bantu dorong pakai kursi roda untuk turun kebawah," ujar perawat yang baru masuk membawa kursi roda.

"Ah, biar saya saja yang mendorongnya, Sus," potong Mas Adri mengambil alih pekerjaan perawat itu.

Aku masih sangat sungkan dengan segala kebaikan Pria itu. Tak bisa juga menolak karena saat ini aku memang membutuhkan bantuan seseorang karena kondisiku belum stabil.

Bersambung.....

Nb. Biar tidak ketinggalan cerita tentang Pak Hakim, maka author akan sisipkan POV darinya juga. Jangan lupa dukungannya ya 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Awas kamu bakal bucin sama Zahira pak hakim,tpi saya harap Zahira jodoh nya mas Andri yang baik😌😇

2024-01-07

2

Suryani

Suryani

apakah zahira akan menjadi seorang istri pak hakim atau mas Andri

2023-12-04

0

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

sprtinya lambat laun zahira mala jd istrinya pk hakim.

2023-12-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!