Bab 18

"Makanlah." Pria itu menyuruhku untuk makan. Aku segera mengambil makanan itu segera menikmati. Kusingkirkan segala rasa sungkan, aku juga tidak peduli dia ikhlas atau tidak memberiku makanan ini, aku hanya ingin bayiku bisa kembali kenyang mendapatkan sari makanan dariku.

Saat aku sedang makan, dia masih momong bayiku. Matanya tak terlepas mengamati diriku yang sedang fokus dengan makanan. Karena terlalu lapar aku lupa menawarkan padanya makanan sebanyak itu hampir habis ku santap sendiri.

"Makanlah dengan tenang, tidak ada orang yang akan meminta makananmu," ucapnya yang membuat aku mendongakkan wajah menatapnya.

"Tentu saja aku takut ada orang yang meminta, karena setelah ini aku tidak tahu kamu akan memberiku makan lagi atau tidak," jawabku masih nada kesal.

"Aslinya dirimu seperti ini ya, kalau bicara pada orang yang sudah baik dan menolongmu," balas nya kembali. Kenapa dia selalu saja mencari masalah denganku, tidak bisa apa, barang sebentar saja membiarakan aku makan dengan tenang?

"Tidak, berbeda caraku bicara pada orang yang menolongku dengan tulus dan yang modus," jawabku masih santai sembari mengunyah makanan yang ada ditanganku.

"Jadi kamu kira aku tidak tulus menolongmu?"

"Bisa jadi, toh nyatanya kamu menculik dan mengurungku disini. Mana ada orang yang tulus melakukan hal seperti ini."

"Terserah apa katamu!" tekannya juga berlagak cuek.

Mendadak aku menyudahi makan. Aku jadi penasaran dengan keinginan Pria ini. Sebenarnya apa yang dia inginkan dariku?

"Apa yang kamu inginkan dariku?" ku lontarkan pertanyaan untuk mencari sebuah jawaban.

"Aku ingin lupakan suamimu dan menikahlah denganku."

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Air yang sedang kuminum kembali menyembur keluar. Aku benar-benar tidak percaya mendengar pernyataannya. Mataku membulat menatap Pria aneh tapi nyata itu.

"Tidak perlu sekaget itu. Niatku baik ingin menyelamatkan dirimu!" tekannya merasa menjadi malaikat penolongku. Mana mungkin aku menikah dengan orang yang sudah menyakiti perasaanku. Pria yang sudah berlaku licik dan tidak amanah dalam memberikan keadilan pada kedua almarhum orangtuaku.

"Aku tidak mau!" jawabku dengan yakin.

Dia kembali menyorot dengan tajam, perlahan dia membaringkan Zafran diatas ranjang, lalu menghampiriku yang sedang duduk di sofa.

"Kau menolakku?" tanyanya meminta keyakinan.

"Iya, aku tidak mau menikah denganmu!" jawabku dengan tegas.

"Tidak ada orang yang berani menolak keinginanku! Aku tunggu masa edahmu selesai, setelah itu kita menikah!" tandasnya kembali dan segera keluar dari kamar itu.

Aku hanya terdiam sepi mendengar pernyataan Pria tidak waras itu. Aku tidak akan mau menikah dengannya! Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan orang yang aku benci selama ini.

Tak tahu harus berbuat apa, aku hanya bisa merenungi nasibku kedepannya akan seperti apa. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengannya.

Pagi ini aku terbangun karena tangisan bayiku, seperti biasanya bayi akan menangis bila dia haus dan minta di bersihkan. Setelah mengurus bayiku. Aku mencoba memutar kenop pintu, ternyata Pria itu tidak menguncinya lagi. Itu berarti ada kesempatan untuk diriku kabur dari tempat ini.

Sebelum aku keluar membawa bayiku, aku terlebih dahulu memeriksa keamanan diluar. Apakah mungkin Pria itu ceroboh membiarakan aku bisa pergi dari sini.

"Selamat pagi, Non. Apakah Non Zahira ingin sarapan sekarang?" tanya seorang perempuan baya yang kuperkirakan orang yang mengurus villa ini.

"Ah, pagi Bu. Ya, boleh." Aku segera mengikuti langkah wanita itu menuju ruang makan. Aku memperhatikan seluruh ruangan. Sedikit pertanyaan dalam hati, kemana Pria aneh itu?

"Silahkan, Non. Jika Nona ingin sesuatu tinggal bilang saja sama Bibik," ujarnya membukakan piring untukku. Sepertinya wanita ini sengaja diutus oleh Pria itu untuk menjagaku. Ah, aku rasa untuk mengelabuhi seorang wanita paruh baya tidaklah sulit.

Aku segera makan terlebih dahulu sebelum melancarkan aksi kabur. Setidaknya aku harus mempunyai tenaga agar bisa berpikir jernih.

"Bik, Pria itu mana?" tanyaku penasaran kemana hilangnya manusia yang meresahkan dari semalam.

"Pria siapa maksudnya, Non?" tanya Bibik tidak paham.

"Orang yang punya villa ini, Bik."

"Tuan Zico?"

"Hmm." Aku hanya bergumam saat namanya disebut. Rasanya aku malas sekali mendengar nama itu.

"Oh, Tuan Zico hari ini ada sidang di kota P. Dia berpesan jika Nona Zahira ingin sesuatu tinggal bilang pada Bibik," jelasnya.

Oh, ternyata dia ada sidang. Apakah dia akan kembali bertindak curang?

Aku tak menyahut lagi, segera mempercepat makanku. Setelah itu aku kembali masuk kedalam kamar untuk menemui bayi mungilku yang sudah terlelap dengan sendirinya.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau disini, aku tidak mau menikah dengan Pria itu. Aku harus pergi dari tempat ini.

Aku segera mengemasi beberapa barang yang perlu aku bawa. Aku kembali keluar untuk melihat dimana posisi Bibik. Ternyata wanita itu sedang membersihkan area kolam renang yang ada di belakang.

Ini kesempatan aku untuk kabur dari sini. Aku segera menggendong bayiku yang masih terlelap. Dengan perlahan aku berjalan menuju pintu utama Aku membukanya dan melihat kiri dan kanan, sepertinya sudah aman.

"Mau kemana, Nona?" suara seseorang membuatku terjingkat. Aku melihat dua orang Pria bertubuh tegap keluar entah darimana.

"Siapa kalian? Aku ingin pergi dari sini. Aku tidak ada urusan dengan kalian kan? Jadi, biarkan aku pergi!" tekanku dengan tegas.

"Tidak bisa, Nona, justru kami ditugaskan oleh Tuan Zico untuk menjaga Nona agar tetap aman disini."

"Hei, kalian tidak sadar bahwa kalian telah menculikku! Aku bisa melaporkan kalian ke kantor polisi!" tegasku menatap berang pada mereka.

"Kalau soal itu anda silahkan bicara pada Tuan Zico saja Nona, kami hanya menjalani perintah. Ayo sekarang masuklah!" dia memintaku untuk kembali masuk, tentu aku tidak akan menurut begitu saja.

"Tidak! Aku ingin pergi dari sini. Kalian jangan menghalangi aku!" bentakku masih tetap berjalan untuk keluar dari perkarangan villa itu.

Mereka menghadang langkah ku. Aku menatap kesal padanya. "Apa yang ingin kalian lakukan?!"

"Jika Nona masih keras kepala, maka aku akan menggendong Nona untuk masuk kedalam!"

Seketika tubuhku membatu mendengar ucapan Pria berperawakan garang dengan kumis tebal menghias bibirnya. Aku tidak akan mau bila tubuhku disentuh olehnya.

Mau tidak mau aku mundur kebelakang dan memutar arah untuk kembali masuk kedalam. Aku kesal sekali dengan Hakim stress itu. Kembali aku menempati kamar yang sebenarnya sangat nyaman, tetapi karena di penjara oleh Pria itu segalanya terasa cahang.

Aku kembali meletakkan peralatan yang tadi sudah kubawa. Ku baringkan bayi mungilku yang tampak tidur begitu nyenyak. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini. Kenapa Pria itu ingin menikahi aku. Bahkan aku tidak tahu statusnya. Apakah dia sengaja membawaku kesini untuk dijadikan istri simpanan?

Bersambung.....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

sebenarnya si zico baik sih,tergantung si zahiranya

2024-01-09

2

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Terima saja Zahira untuk menebus dosa mu karena yang melihat lekuk tubuh nya ya cuma pak Hakim,dan fikirkan anakmu juga dia harus punya bapak dan tau bapak kandung nya siapa,,walau sebener nya gedek juga sama pak Hakim,tapi ya gimana lagi kasihan bayimu😌

2024-01-08

1

Nyi Arifin Bwi

Nyi Arifin Bwi

Jangan ego, dia sudah jadi hakim baik, berkat kamu juga mungkin, dan ingat ada buah hati di satu malam di ranjang

2023-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!