Setelah menjalani perawatan selama dua hari di rumah sakit, siang itu dokter yang merawat Pritha mengijinkan gadis tersebut untuk pulang.
"Baik, Dokter!" ucap Akasma sebelum sang dokter pergi meninggalkan ruang perawatan Prithaya dirawat.
"Horeeee....! akhirnya Pritha boleh pulang," teriak gadis yang terbaring di atas brankar kegirangan. Terlukis wajah bahagia dalam dirinya.
"Pasti Ayra senang aku sudah boleh pulang," ujar Prithaya mengukir senyum mengembang.
Akasma terdiam seraya mulai mengemas barang bawaan yang ada di kamar perawatan. Bingung bagaimana harus menjelaskan kepada sang putri, bahkan jika gadis yang baru sembuh itu tahu pasti akan sangat sedih dan kecewa.
"Maaf kan Mama, Nak!" batin Akasma tak kuasa membendung kesedihan jika sang putri tahu apa yang sudah ia lakukan.
"Kenapa Mama diam?" Akasma berpura-pura tidak mendengar pertanyaan sang putri. Ia terus saja menyibukkan tangannya berkemas, sampai semua selesai.
Dan setelah semua beres bahkan perawat telah melepas selang infus Prithaya, bersamaan dengan itu pak Ahmad baru saja tiba di rumah sakit.
"Maaf, Nyonya, Saya terlambat!" ucap pak Ahmad saat memasuki ruangan perawatan yang memang sudah terbuka.
"Iya, Pak, tidak apa-apa. Tolong Bapak bawa barang barang ini ke mobil," Akasma menunjuk arah barang kepada pak Ahmad.
Setelah barang selesai dimasukkan, perawat mengantar kepulangan Prithaya sampai halaman rumah sakit dengan menggunakan kursi roda.
"Terima kasih!" ucap Akasma kepada perawat.
****
Di sepanjang perjalanan pulang, Pritha terlihat senang sekali. Bayangan bermain dengan sang adik serta kerinduan nya terhadap Ayra sudah begitu besar. Bagi Pritha, Ayra adalah sosok adik yang baik hati, penyayang, serta menggemaskan. Karenanya ia sudah tidak sabar untuk bertemu Ayrani.
Setibanya di depan rumah, mobil pun berhenti. Pak Ahmad membukakan pintu untuk Akasma dan Prithaya, begitu pintu terbuka bocah yang baru sembuh itu segera berlari berteriak memanggil nama sang adik.
"Ayra....!"
"Ayra...., Kakak pulang!" teriak Pritha berulang namun tetap tak ada sahutan dari dalam.
Pritha mulai berlari memasuki tiap sudut ruangan rumahnya, namun tidak ditemukan sang adik. Bahkan sampai taman belakang pun bocah yang sudah dirindukannya itu tak kunjung ia temukan. Sementara Akasma dan pak Ahmad menatap tingkah Prithaya dari kejauhan.
"Apa Nyonya belum memberi tahu Non Pritha?" tanya pak Ahmad yang berdiri di belakang Akasma.
"Belum!" sahut Akasma datar. Dan pak Ahmad pun berlalu masuk ke dalam bersama barang bawaannya.
"Pak Ahmad, Ayra dimana? kenapa Saya cari kemana mana Ayra tidak ada?" tanya Pritha dengan napas mulai terengah.
"Sebaiknya Non Pritha istirahat dulu ya!" Pak Ahmad kemudian meletakkan barang bawaannya di meja.
"Ma, Ayra kemana sih? Kenapa dia tidak menjenguk ku di rumah sakit? dan kenapa sekarang dia tidak ada di rumah?" tanya Prithaya menarik tangan Akasma, meminta penjelasan.
"Ayo kita masuk!" begitulah jawaban singkat dari Akasma, tetap tanpa penjelasan apa pun.
Dengan raut wajah sedih gadis kecil yang baru sembuh itu memasuki kamarnya dengan perasaan sedih. Sesampainya di kamar, Pritha hendak merebahkan tubuhnya di atas kasur, tiba tiba pandangan matanya tertuju pada sebuah pintu lemari pakaian yang terbuka. Gadis kecil itu segera meloncat dan melihat.
Baju baju serta barang barang Ayra rupanya sudah tak lagi ada di dalam lemari tersebut. Pritha kemudian menoleh ke arah tempat boneka di sebelah ranjang nya. Boneka beruang kesukaan Ayra pun sudah tidak ada. Gadis itu akhirnya tersadar mengapa sang Mama memilih membisu tanpa jawaban tiap kali ia bertanya tentang Ayra.
"Mama...., Hikssss....!" tangis Prithaya pun pecah.
Mendengar suara teriakan serta tangisan, Akasma segera berlari menuju kamar sang putri.
"Iya Sayang, ada apa?" tanya Akasma memeluk sang putri.
"Mama jahat...! Pasti Mama sudah mengusir Ayra kan? Iya kan....?" Tangis Prithaya semakin menjadi dan kian kencang. Tak kuasa melihat kesedihan pada sang putri, Akasma pun berusaha memberi penjelasan kenapa dirinya terpaksa mengusir Ayrani.
"Kenapa Mama tidak pernah mempercayai Ayra? bukan kah Kak Daniyal sudah mengatakan bahwa Ayra tidak bersalah. Itu semua kesalahan Pritha sendiri yang ceroboh tidak bisa menjaga diri!" ucap Pritha berteriak di hadapan Akasma penuh kekesalan.
"Jangan berlebihan Pritha! Mama terpaksa lakukan semua ini demi untuk kebaikan kamu ke depannya. Karena Mama tidak ingin hal buruk terjadi menimpa mu lagi."
"Mama jahat! Papa pasti sedih di sana melihat Mama jahat kepada Ayra." teriak Pritha dengan lantang.
"Pritha! stop....! buka mata kamu! anak itu sudah berusaha mencelakai kamu. Kamu malah masih saja membela dia," Akasma tak kalah kencang berteriak kepada putri semata wayangnya.
Pak Ahmad yang melihat adegan semua itu hanya bisa mengusap dada sembari menghela napas panjang serta menggeleng kepala. Ia tidak menyalakan sikap Prithaya yang begitu menyayangi Ayrani. Sebab Ayrani memang tidak pernah berbuat ulah ataupun nakal selama tinggal disana. Dan ia rasa kejadian yang dialami Prithaya dua hari lalu itu semua hanyalah kecelakaan tanpa unsur kesengajaan.
Tak ingin berada diantara mereka berlama lama, pak Ahmad berpamit keluar kepada Akasma. Sementara suasana yang ada di kediaman Akasma saat itu hanya keheningan.
****
Keesokan harinya, saat jam sarapan pagi tiba, terlihat wajah Prithaya murung tanpa banyak bicara saat di meja makan. Bahkan sarapan yang sudah Akasma siapkan untuknya pun tidak disentuh sama sekali. Gadis yang sudah berpakaian seragam sekolah itu hany memainkan sendok dan garpu berulang ulang. Dengan tatapan kosong.
"Makanlah sarapan mu, Pak Ahmad akan segera mengantar mu ke sekolah!" ucapan Akasma masih diabaikan oleh Prithaya.
Saat pak Ahmad masuk ke dalam memanggil Prithaya untuk segera berangkat. Gadis itu pun segera beranjak bangkit dari duduknya masih sama tidak menyentuh makanan sedikit pun. Akasma yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepala.
"Maafkan Mama, Nak! semua ini Mama lakukan demi kebaikan kamu," batin Akasma melihat keberangkatan sang putri ke sekolah tanpa mencium tangan atau memeluk nya seperti kebiasaan tiap pagi yang selalu gadis itu lakukan saat hendak berangkat ke sekolah.
***
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅
kasian 2 bersaudara di pisah kan,,ibu kenapa kamu tega dgn anak2, pikiran lah Bu kebahagiaan pritha dan ayrani
2023-04-03
4
m2
da mampir ya thor
2023-03-30
2
𝙱𝚞𝚗𝚍𝚊 𝙰𝚛𝚞𝚖𝚒❣️
kasihan 2 bocah yg di pisahkan, padahal mereka saling menyayangi walaupun bukan saudara kandung, Prita anak yg baik, semoga mereka tetap saling menyayangi sampai dewasa nanti 🥰👍
2023-03-29
2