Tragedi Kebun

Cuaca yang begitu panas siang itu, terasa sangat terik dan menyengat. Prithaya sempat merasa sangat kepanasan, sebab dirinya termasuk anak yang jarang sekali beraktifitas di luar ruangan. Wajah putihnya pun mulai memerah, sesekali keringat bercucur di keningnya.

"Kamu kepanasan?" tanya Daniyal menghampiri nya. Mengulur kan selembar tisu kepada Prithaya.

"Terima kasih, Kak!" balas Prithaya kemudian menyeka keringat di keningnya.

"Sepertinya kamu jarang terkena sinar matahari ya?" tanya Daniyal.

"Minumlah!" imbuh Daniyal menyodorkan sebotol minuman dingin yang baru saja ia keluarkan dari box bekal pemberian Akasma.

"Terima kasih, Kak!" imbuh Prithaya meneguk botol kecil berisi air di tangannya.

Sementara kedua bocah ini berbincang, dari kejauhan terlihat Ayrani tengah memetik bunga dan meletakkan dalam keranjang yang dia bawa.

"Adik kamu sangat lucu ya, dia sangat berbeda dengan mu. Dia sangat periang dan tidak takut panas," kelakar Daniyal kedua bola matanya terus mengamati Ayrani.

"Iya," jawab Prithaya pelan.

"Kakak...., ayo kesini! bunganya sangat cantik cantik!" teriak Ayrani melambaikan tangan ke arah Daniyal dan Prithaya.

Prithaya membalas ajakan sang adik dengan menggeleng kepala sembari tersenyum. Namun tidak dengan Daniyal sepertinya pemuda ini tertarik dengan ajakan gadis kecil yang periang, Ayrani.

"Ayo kita ke sana!" ajak Daniyal menarik tangan Prithaya, namun gadis itu menolak.

"Ayolah, sebentar saja. Sesekali kamu harus mencoba hal baru seperti adik kamu. Aku yakin kamu pasti akan senang," bujuk Daniyal memohon.

Prithaya yang sebenarnya takut akan panas, terpaksa mengikuti langkah Daniyal. Keduanya berlari kecil menuju arah Ayrani yang masih asik memetik bunga seraya bernyanyi kecil.

"Dooooorrrr.....!" teriak Daniyal dari belakang Ayrani mengagetkan gadis itu.

"Ah Kakak ngagetin."

"Kak Pritha, ini bunganya buat Kakak. Cantik, kan Kak?" gadis kecil itu memberikan keranjang berisi bunga kepada Prithaya.

"Iya, cantik banget. Terima kasih Ayra."

Prithaya mengambil keranjang berisi bunga pemberian sang adik, dan mengambilnya satu kemudian mencium bunga tersebut karena memang baunya harum sekali. Terlihat Ayrani sangat senang bunga pemberian nya disukai oleh sang kakak. Daniyal pun mengambil satu bunga dan menyelipkan ke telinga Prithaya. Tampak gadis itu tersipu malu. Dan Daniyal mengabadikan momen kebersamaan mereka di kebun saat itu dengan kamera yang telah ia bawa dari rumah.

Ketiganya tertawa gembira sembari bergaya di depan kamera. Sementara hari kian beranjak matahari pun kini berada tepat di atas kepala. Teriknya begitu sangat terasa, dan tiba tiba di tengah canda tawa Prithaya mulai merasa sangat kepanasan dan sesak napas.

"Brukkkk.....!" Prithaya jatuh oemas ke tanah.

"Kakak....!" teriak Ayrani ketakutan.

Gadis kecil itu mulai menangis karena panik. Sementara Daniyal mentepuk tepuk pipi Prithaya berkali kali namun gadis itu masih terpejam dengan wajah yang kian memerah. Merasa panik, pemuda ini segera menyuruh Ayrani memanggil sopirnya yang berada tak jauh dari lokasi mereka bertiga saat itu.

"Cepat panggil Sopir ku!"

"Ba- baik, Kak!" gadis kecil itu berlari ke arah Sopir.

"Pak, Pak, tolong Kakak ku!" Ayrani membangun kan Sopir Daniyal yang sedang tertidur.

"I, Iya, Nona. Ada yang bisa Saya bantu?" Sopir Daniyal terbangun kaget.

Ayrani mulai bercerita tentang kejadian di kebun barusan, sang Sopir pun segera bergegas berlari menuju tempat Daniyal dan Prithaya yang masih pingsan.

"Bagaimana ini bisa terjadi Tuan muda?" tanya sang Sopir.

"Saya pun tidak tahu, Pak. Tadinya Pritha baik baik saja, dan tiba tiba pingsan begitu saja," jawab Daniyal ketakutan.

"Sebaiknya kita bawa ke Rumah Sakit sekarang, Pak!"

Semua segera bergegas menuju arah mobil, dan sang Sopir menggendong tubuh mungil Prithaya ke dalam mobil. Bunga yang tadi dipetik oleh Ayrani pun berserakan di tanah. Gadis itu juga terlihat sangat cas dan ketakutan, tangisnya terus terisak di samping Prithaya yang masih terpejam.

"Kakak, bangun, hiks....!"

"Sabar, ya, kamu tenang saja. Kita berdoa semoga Kakak kamu baik baik saja, kita akan bawa dia ke rumah sakit," balas Daniyal mencoba menenangkan gadis di sampingnya yang terlihat sangat ketakutan.

"Kak Pritha akan baik baik kan, Kak?" tanya Ayrani di sela Isak tangisnya.

"Iya, Kakak kamu akan baik baik saja. Sudah jangan menangis lagi ya!" bujuk Daniyal mengusap sisa air mata di wajah gadis disampingnya seraya memeluk gadis tersebut.

Setelah beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai sopir keluarga Daniyal telah tiba di salah satu rumah sakit terdekat. Selepas tubuh Prithaya berhasil dibawa ke dalam IGD, dokter pun mulai memeriksa kondisi gadis lemah itu. Daniyal dan Ayrani menunggu di luar, masih diliputi ketakutan.

"Mama pasti akan marah sama Ayra, Kak!" celetuk gadis kecil di samping Daniyal.

"Tidak, kamu tenang saja. Kakak pasti akan bantu untuk menjelaskan jika ini bukan salah kamu kok," bujuk Daniyal agar Ayrani berhenti menangis.

Sementara Prithaya masih diperiksa keadaan nya oleh beberapa perawat dan juga dokter, Daniyal mengajak Ayrani ke perusahaan keluarga Daulay untuk mengabarkan kepada Akasma tentang kondisi Prithaya.

"Pak, cepat sedikit!" seru Daniyal.

Sesampainya di perusahaan Daniyal dan Ayrani segera berlari menuju ruangan Akasma dengan diantar oleh security.

"Apa????" teriak Akasma terkaget mendengar berita yang Daniyal sampaikan.

Kedua bola mata Akasma mulai nanar, otaknya sudah dipenuhi bayangan yang tidak tidak akan kondisi sang putri. Bayangan kematian sang suami kembali terbayang. Kemarahan mulai tersulut dari diri Akasma saat melihat kehadiran gadis kecil yang masih berdiri di samping Daniyal, dan tiba tiba.

"Plaakkkk.....!" sebuah tamparan keras tepat mengenai wajah cantik nan manis Ayrani. Daniyal yang masih berdiri di samping gadis itu pun terkejut bukan main.

Ayrani mulai menjerit kesakitan, seraya tangannya mengusap pipinya yang kini memerah bekas tamparan Akasma. Tidak terima akan perlakuan ibu dari Prithaya tersebut, Daniyal mencoba menjelaskan duduk perkara yang terjadi saat Prithaya pingsan.

"Tante, Ayra tidak salah. Sayalah yang bersalah sudah memaksa Pritha untuk pergi ke tempat panas itu!" terang Daniyal menarik tangan Akasma agar melihat ke arah dirinya.

Namun sepertinya sia sia semua penjelasan dari Daniyal, emosi Akasma sudah sampai di ubun ubun. Wanita itu menutup telinga akan semua penjelasan Daniyal, bahkan mencoba mendorong tubuh Ayrani hingga gadis kecil itu tersungkur ke lantai dan meraung pecah tangisnya. Akasma tampak seperti orang kesurupan saat itu.

Ibu satu anak itu segera berteriak dari balik telepon menghubungi pak Ahmad, meminta untuk mengantarnya ke rumah sakit. Tempat Prithaya dirawat saat itu. Sementara Daniyal mencoba membantu membangunkan Ayrani dari lantai.

"Bukankah Ayra juga putrinya. Mengapa harus bersikap kasar seperti itu," batin Daniyal kesal terhadap Akasma sekaligus iba kepada Ayrani.

****

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅

An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅

maaf KK ada typo,,mungkin seharusnya cemas jadi cas
🙏🙏🙏

2023-03-29

2

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

hadir kak

2023-03-29

1

𝙱𝚞𝚗𝚍𝚊 𝙰𝚛𝚞𝚖𝚒❣️

𝙱𝚞𝚗𝚍𝚊 𝙰𝚛𝚞𝚖𝚒❣️

setiap apa yang terjadi sama Prita, yg akan menanggung akibatnya adalah Ayrani, walaupun Aksa sdh mau menerima dan merawat Ayrani tapi bayangan yg terjadi sama suaminya maka di situlah hati Aksa langsung berubah dan rasa benci itu di lampiaskan nya ke Ayrani 😥

2023-03-26

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!