"Maafin Kakak, ya! Ayo kita obati dulu pipi mu!" Daniyal mengajak Ayra dan membawanya ke sebuah apotik, membeli salep untuk anti lebam. Sekaligus mampir ke sebuah swalayan membeli es untuk mengompres bekas tamparan di wajah Ayrani.
Dengan sangat hati hati Daniyal mengompres wajah Ayrani, lalu kemudian mengoles salep yang ia beli dari apotik, ke wajah gadis kecil yang kini duduk di sampingnya, tengah meringis merintih kesakitan.
Seusai mengobati wajah Ayrani, Daniyal kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Prithaya. Tak lupa juga pemuda itu mengabarkan kepada ibunya tentang insiden yang terjadi di kebun beberapa saat lalu.
Merasa panik dan khawatir, ibu dari Daniyal pun bergegas mengendarai mobil sendirian menuju rumah sakit tempat Prithaya dirawat.
"Mama, maafin Ayra!" ucap Ayrani mengiba saat memasuki ruangan Prithaya yang kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan.
"Pergilah dari sini, seharusnya aku tidak merawatmu. Kamu sama saja seperti ibu mu, yang selalu berusaha merenggut kebahagiaan keluarga ku," sahut Akasma ketus.
Telinga Daniyal terkaget mendengar perkataan Akasma baru saja.
"Apa? Ayra bukan putri Nyonya Akasma?" batin Daniyal ternganga kaget.
"Ayra sangat menyesal, maafin Ayra, Ma!" gadis kecil yang masih merasakan perih di pipinya itu terus berusaha meminta agar wanita yang berdiri di dekat kasur Prithaya sudi memaafkan dirinya.
"Pergi...! Mulai saat ini jangan pernah panggil aku Mama lagi, aku bukan Mama kamu. Mama kamu sudah matiiii!" teriak Akasma masih diliputi amarah.
Dokter mengatakan kepada Akasma jika Prithaya sedang lemah dan butuh dirawat dua hari di rumah sakit sampai kembali pulih. Meski masih belum membuka matanya, namun dokter sudah memastikan bahwa kondisi Prithaya baik baik saja, tidak perlu mencemaskannya. Namun seolah semua terlihat sangat serius bagi Akasma. Hingga tidak ada lagi maaf untuk Ayrani.
"Apa??? Mama Ayra sudah meninggal?" gumam Daniyal kembali.
"Iya, asal kamu tahu Mama gadis sial ini sudah merenggut nyawa Papa Prithaya, dan sekarang dia mencoba mengulangi lagi mencelakai Pritha. Sebaiknya kamu jauh jauhin gadis sial ini."
Daniyal sungguh semakin merasa iba terhadap nasib Ayrani. Ia tidak menyangka wanita yang terlihat anggun, baik serta berkelas, ternyata sungguh jahat mulutnya.
"Tante, sekali lagi saya sebagai saksi hidup dalam insiden hari ini, saya minta maaf sebesar-besarnya, namun semua bukan salah Ayra. Prithaya saja yang tiba-tiba pingsan. Saya pun kaget," bela Daniyal.
"Tapi bocah pembawa sial ini tau kalau Pritha tidak bisa terkena terik matahari, harusnya dia melindungi Kakaknya," perdebatan antara Daniyal dan Akasma di dalam ruangan itu makin menjadi. Namun mendadak hening saat Mama Daniyal memasuki ruangan itu.
"Danil, ada apaan ini? kenapa bicara sama orang tua keras begitu?" tegur Kamila kepada Daniyal.
"Ayra...!" sapa Kamila kepada Ayrani, mengusap rambut bocah malang itu.
Pemuda 12 tahun itu menarik napas panjang, kemudian mencium tangan sang ibunda. Dan perlahan mulai menjelaskan duduk perkara yang terjadi hari itu. Kedua netra Kamila pun melihat ke arah bocah kecil yang terlihat kusut dengan wajah memar. Mulai merasa iba terhadap gadis malang tersebut.
Kamila mendekat ke arah brankar tempat Prithaya terbaring. Mencoba berbicara dengan Akasma dari hati ke hati. Namun wanita itu masih memasang wajah kesal terhadap Ayrani. Sesekali menatap gadis malang itu dengan tatapan tajam seakan ingin menelan bulat-bulat gadis tersebut.
"Saya mewakili orang tua dari Daniyal meminta maaf sebesar-besarnya, Nyonya. Sebaiknya Nyonya buang jauh-jauh kemarahan terhadap anak tidak bersalah ini. Kasihan, bukan kah gadis malang itu sudah tidak memiliki siapa siapa lagi selain Anda," hibur Kamila.
Akasma kaget mendengar ucapan Kamila, bagaimana bisa wanita di hadapannya bisa tahu kalau Ayrani sudah tidak memiliki keluarga lagi.
"Maaf, Anda siapa? dan bagaimana Anda bisa tahu anak itu sudah tidak memiliki siapa siapa lagi?" tanya Akasma penasaran.
"Saya adalah istri dari Komandan Raichan, Kamila!" jawab Kamila tersenyum.
"Nyonya jangan kaget, sebelum gadis ini dibawa ke kediaman Nyonya, suami saya pernah membawakan nya ke rumah. Dan beliau ingin kami merawat anak ini, namun saya menolak. Sebab saya punya satu alasan," terang Kamila.
"Jika saudara sedarahnya masih ada bagaimana saya bisa memisahkan mereka. Sungguh berdosa jika anak ini tidak tahu siapa saudaranya. Dan sekarang Anda begitu benci kepadanya hanya karena sebuah kejadian menimpa putri Nyonya," imbuh Kamila.
Semua terasa percuma dan sia sia menasehati Akasma. Tak lama setelah perdebatan terjadi di dalam ruangan tersebut, Prithaya mulai membuka matanya.
"Kakak....!" teriak Ayrani yang pertama kali melihat Prithaya membuka mata, lalu gadis itu berjalan mendekati brankar Prithaya.
"Pergiiii....!" usir Akasma menepis gadis malang itu yang hendak tersungkur lagi, namun berhasil ditolong oleh Daniyal.
"Nyonya, sebaiknya jaga sikap Anda. Saya bisa melaporkan Nyonya dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak di bawah umur!" ancam Kamila.
"Sebaiknya kalian pergi dari ruangan ini, ini masalah keluarga kami, kalian tidak berhak ikut campur," balas Akasma tak kalah sengit.
"Baiklah, kami akan pergi dari sini. Tapi tolong Anda pikirkan ancaman saya barusan. Suami Saya bisa menangkap Nyonya kapan saja jika gadis malang ini terus diperlukan tidak baik," ancam Kamila terakhir kalinya sebelum ia dan sang putra meninggalkan ruangan tersebut.
Prithaya merasa kebingungan dengan semua yang baru saja dilihatnya. Dan juga ancaman ancaman dari ibunda Daniyal.
"Mama, apa yang sebenarnya terjadi? kenapa Mama Kak Daniyal mengancam Mama?" Prithaya menatap wajah Akasma meminta penjelasan.
"Adik, bisa kah kamu jelaskan apa yang sudah terjadi di sini?" Prithaya beralih menatap Ayrani yang kini berdiri tepat di samping brankar nya. Namun sayang gadis kecil itu membungkam mulutnya tidak berani bersuara.
"Sayang, lupakan semuanya! bagaimana keadaan Pritha? apanya yang sakit, Sayang?" Akasma mengusap lembut kepala Prithaya.
Prithaya menggeleng, dan menatap wajah Akasma beserta Ayrani bergantian. Lalu gadis kecil yang masih terbaring lemas itu berusaha bangun untuk duduk bersandar di tempat tidur.
"Mama pasti sudah marah kepada Ayra kan?" terka Prithaya menatap Akasma.
Akasma masih tetap diam ambigu dengan pertanyaan sang putri. Dan Prithaya kemudian mempersilahkan Ayrani untuk naik ke tempat tidur nya. Tampak gadis malang itu terlihat ketakutan saat menaiki brankar, ia terus saja menatap Akasma. Sampai gadis itu berhasil naik dan kini duduk di samping Prithaya.
Ayra memeluk erat tubuh Prithaya seraya kembali pecah tangisnya. Berkali-kali gadis malang itu terlihat meminta maaf kepada Prithaya.
"Kakak, maafkan Ayra, hiksss....!"
"Kamu tidak salah kok Ay, Kakak saja yang terlalu memaksa pergi ke tempat panas itu," ujar Prithaya didengar oleh Akasma. Namun sepertinya kebencian ibu satu anak terhadap Ayrani sudah benar benar sampai di ubun ubun sehingga tidak sudi lagi mendengar penjelasan penjelasan dari sang putri maupun Daniyal.
"Aku harus secepatnya mengirim gadis ini!" batin Akasma.
***
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏
kenapa ceritanya sedih terus Thor
2023-03-29
4
An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅
malang sekali nasibmu ayra,,
Bu akasma jgn keras kepala dong,
nahhh itu ayra mau dikirim kemana?
2023-03-29
2
🍁vb ⨀⃝⃟⃞🌸
mampir thor
2023-03-29
2