Seluruh dunia Akasma serasa runtuh dan gelap seketika, setelah kabar kecelakaan sang suami beserta selingkuhannya. Ia dipaksa menerima anak dari hubungan gelap suaminya. Kini duka masih sangat terasa, para gerombolan wartawan mulai berdatangan menghampiri dirinya dan meminta penjelasan mengenai kecelakaan maut semalam.
"Nyonya, bisa saya minta waktu anda sebentar? Bisa kah Nyonya menjelaskan sedikit tentang kecelakaan semalam?" sebuah pertanyaan terlontar dari salah satu wartawan.
Mulut Akasma masih terkunci rapat, enggan memberikan keterangan. Sementara pertanyaan pertanyaan lainnya terus saja berdatangan. Semakin membuat wanita yang tengah dirundung kesedihan itu semakin sesak dada.
Putri semata wayang Akasma dan Samir Daulay pun juga terlihat tampak sangat sedih, bergelayut memeluk sang ibunda. Sedang di sudut sofa masih di posisi Komandan Raichan mendudukkan dia tadi pagi, masih terlihat sama. Gadis kecil cantik dengan bola mata indah, terlihat terus menangis tanpa pelukan sesiapapun disisinya. Beberapa pasang mata para pelayat melihat simpati ke arah bocah malang tersebut.
"Kasihan ya anak itu, dia gadis kecil yang sangat cantik. Apakah Nyonya Akasma akan bersedia menerima anak itu?" secuil obrolan salah satu pelayat yang berbisik.
***
"Mengapa Komandan meninggalkan anak itu di sana? Apa Komandan yakin Nyonya Akasma akan menerima dengan baik anak itu?" ucap Sersan Salim.
"Entahlah, sejujurnya hati kecil saya sangat tidak tega meninggalkan anak itu di sana. Saya juga yakin Nyonya itu tidak akan bisa menerima anak malang itu dengan baik," jawab Komandan Raichan.
"Apakah sample DNA tadi pagi hasilnya sudah keluar?" ujar Komandan Raichan.
"Sepertinya sudah Komandan, dan Saya pun baru saja mendapat laporan tersebut," timpal Sersan Salim.
"Bagaimana hasilnya?" Komandan Raichan semakin penasaran.
"Seperti dugaan Komandan, keduanya memiliki tingkat keakuratan gen. Dan hasilnya anak itu adalah putri Tuan Samir dengan wanita yang tewas bersamanya."
Komandan Raichan merasa sedikit lega mendengarnya. Andai saat ia meminta ijin sang istri untuk mengasuh Ayrani disetujui. Pasti gadis kecil malang itu tidak akan teramat bersedih. Sebab ia hanya memiliki seorang putra yang kini berusia 12 tahun. Tapi sayangnya Kamila nama istri Komandan Raichan, tidak menyetujui Ayrani tinggal bersama mereka.
"Syukurlah....!" jawab Komandan Raichan dengan wajah sedih.
Tepat selepas adzan Dzuhur, jenazah Tuan Samir Daulay beserta Halimah nama ibunda dari Ayrani, selesai dimakamkan. Sampai pemakaman usai pun Ayrani masih tetap di posisi yang sama. Sementara Akasma beserta putrinya turut mengantar kepergian Samir terakhir kalinya ke peristirahatan terakhir.
Kini di dalam mobil yang ditumpangi Akasma terlihat sangat hening. Sopir pribadi keluarga Samir yang bernama Pak Ahmad tak berani unjuk suara. Sesekali hanya Isak tangis yang terdengar.
"Papa.....!" Isak Prithaya memeluk Akasma.
"Pritha jangan sedih lagi, ya! Biarkan Papa beristirahat dengan tenang di surga. Kita doakan saja Papa!" bujuk Akasma, dan gadis itu hanya mengangguk dan tak lama kemudian terlihat tenang.
"Mama, adik kecil yang di rumah itu siapa?" tanya Prithaya.
"Dia bukan siapa-siapa sayang! Lupakan saja, besok kita kirim dia ke panti asuhan," ucap Akasma kini berubah emosi ketika membahas Ayrani.
"Mengapa Bapak Polisi itu mengatakan dia Putri Papa? apa dia adik Pritha?"
Akasma masih tidak memberikan jawaban apapun lagi. Terakhir sebelum jenazah dimakamkan, dirinya kembali dibuat syok dengan salah satu anggota polisi yang datang kembali ke rumah nya dengan membawa sebuah amplop, yang menyatakan bahwa gadis kecil yang sedang berada di rumahnya sekarang adalah putri dari almarhum sang suami.
"Apa aku harus secepatnya membawa anak itu ke panti asuhan? Aku tidak ingin anak itu membawa sial ke dalam rumah ku, sudah cukup ibunya yang menjadi penjahat. Aku tidak Sudi melihat nya lagi," gejolak batin Akasma.
***
Sesampainya tiba di rumah dan suara mobil berhenti. Ayrani berlari melihat ke arah luar sembari bertanya kepada Akasma.
"Nyonya, dimana Mama dan Papa Ayra? Ayra ingin bertemu mereka....!" hiba gadis malang itu mengguncang tubuh Akasma.
Akasma mengabaikan gadis kecil di hadapannya dan berlalu bersama sang putri. Pak Ahmad yang melihat Ayrani jadi sedih dan iba. Namun ia tidak bisa berbuat apa apa untuk anak malang itu.
"Sungguh kasihan nasib mu, Nak!" batin Pak Ahmad.
"Mama, Pritha kasihan sama adik kecil itu. Kita semua sangat kehilangan Papa, Pritha akan menemui adik itu."
"Ja- jangannn....!" belum juga sempat berucap sepatah kata pun Prithaya telah berlari menemui Ayrani yang masih menangis di depan rumah.
"Adik kecil, jangan bersedih ya! Nama kamu siapa? Nama ku Prithaya, Mama sama Papa memanggil ku Pritha," ucap Pritha yang kini sudah di depan Ayrani.
Ayrani mulai mengusap air matanya, dan mengusap sisa ingus dari hidung nya dengan baju yang ia kenakan.
"Nama saya Ayrani, Papa sama Mama memanggil ku Ayra," jawab Ayrani sedikit menyunggingkan senyuman.
Keduanya pun bersalaman, dan berpelukan. Sesaat kedua gadis kecil itu kembali menangis namun tidak lama kemudian mulai saling bercerita. Pritha membawa Ayra ke dalam kamarnya. Disana ada banyak boneka serta mainan juga foto kebersamaan dirinya dengan sang papa yang terpajang rapi di tembok kamar berwarna pink. Dan Ayrani melihat satu persatu foto tersebut. Kesedihan nya kembali timbul saat melihat foto foto tersebut.
"Ayra juga ada foto bersama Papa dan Mama!" celetuk Ayrani, tangannya mengusap foto yang ia lihat di atas laci kamar Pritha.
"Papa kita adalah orang yang sama, jadi kita Kakak beradik ya?" celetuk Pritha menghampiri Ayra. Dan Ayrani pun mengangguk.
"Papa pernah bercerita, kalau suatu saat nanti akan membawa Ayra bertemu Kakak. Papa juga sering bercerita kalau Kakak Ayra sangat cantik juga pintar, selalu menjadi juara kelas. Apa Kaka Ayra yang dimaksud Papa adalah Kakak Pritha?" ucap Ayrani dengan wajah polosnya.
"Sungguh? Wah, harusnya Papa juga bercerita kalau Pritha punya adik yang sangat cantik. Aku sangat ingin punya adik yang cantik seperti kamu. Apa mulai sekarang aku boleh memanggil mu Adik?"
Semua percakapan kedua gadis kecil ini rupanya didengar oleh Akasma dari luar pintu kamar Prithaya.
"Tidak, Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Pritha tidak boleh bersama anak itu, jangan sampai Pritha kena sial!" batin Akasma.
"Hari ini juga, akan ku bawa anak itu ke tempat asalnya. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah bisa menyamai kedudukan putri ku. Aku tidak ingin suatu saat nanti anak itu juga akan merenggut kebahagiaan putriku," berbagai pikiran buruk tentang Ayrani mulai bermunculan di benak Akasma. Dan hal itu semakin membuatnya benci terhadap Ayrani.
"Kamu harus pergi dari rumah ini!"
***
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
𝙱𝚞𝚗𝚍𝚊 𝙰𝚛𝚞𝚖𝚒❣️
aku jadi teringat film India, ceritanya hampir sama, maaf ya Thor mungkin nanti alurnya beda 🤗🙏
2023-03-25
5
𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏
ikatan darah masih kental anak anak yang polos
2023-03-25
3
An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅
Alhamdulillah prithaya menerima adik nya,,ya karena mmg dia saudara mu
2023-03-25
3