Masa Lalu

Waktu kian beranjak dan terus bergulir, kini tiba lah malam. Akasma meminta pak Ahmad untuk membawa Ayrani pulang ke rumah. Tanpa protes apa pun gadis malang itu mengikuti perintah dari wanita yang kini sudah ia anggap sebagai ibunya.

"Pak Ahmad, apakah Mama marah sama Ayra?" tanya Ayra dengan wajah sendu yang duduk bersebelahan dengan pak Ahmad yang tengah mengendarai mobil.

"Tidak, Nona. Bersabarlah, Nyonya hanya syok saja, butuh waktu buat beliau untuk menerima semua ini," ujar pak Ahmad, dan gadis kecil di sampingnya itu hanya diam mencerna ucapan pria di sampingnya.

Lelah berkutat dengan ketakutan serta pemikiran nya sendiri, membuat gadis kecil yatim-piatu itu terlelap tertidur di samping pak Ahmad. Sesekali tangan pak Ahmad mengusap kepala bocah tersebut, ada rasa iba menghampiri.

"Semoga saja Nyonya masih berbaik hati tidak mengusir anak malang ini," batin pak Ahmad tanpa disadari meneteskan bulir butiran bening dari sudut netranya.

Sesampainya di kediaman Akasma, pak Ahmad menggendong gadis kecil yang terlelap di samping nya masuk ke dalam kamar. Sepertinya hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi Ayrani, sehingga ia butuh waktu merehatkan tubuh dan pikiran nya agar esok kembali kuat menjalani hidup.

"Dertttt....!" bunyi dering ponsel pak Ahmad.

"Iya, Nyonya, selamat malam!" dengan tergopoh pak Ahmad menjawab telepon Akasma.

"Pak, Saya minta tolong kemasi barang Ayra. Malam ini juga Pak Ahmad bawa dia ke rumah Mama!" bak disambar petir telinga pak Ahmad malam itu mendengar perintah dari Akasma.

"I- iya, Nyonya, laksanakan!" pak Ahmad mengakhiri panggilan telepon, kemudian segera mengemas barang barang milik Ayrani sesuai perintah dari Akasma.

Saat mengemas baju gadis malang itu, air mata pak Ahmad tak hentinya terus mengalir. Dia merasa sangat sedih membayangkan bagaimana nasib gadis malang tersebut setelah ini. Setelah kehilangan kedua orang tuanya di usia yang masih sangat kecil, kini takdir membuatnya jauh kembali dari saudara satu satunya.

"Sungguh kasihan kamu, Nak, hikss!"

"Semoga Tuhan melindungi mu selalu!" imbuh pak Ahmad menggumam.

Setelah berkemas hampir satu jam lebih, barang barang itu dimasukkan ke dalam bagasi mobil, setelah dirasa semua barang milik Ayrani telah dikemas tak bersisa, pak Ahmad mengenakan jaket kepada gadis malang itu yang masih lelap dalam tidurnya. Kemudian kembali menggendong Ayrani masuk ke dalam mobil.

Malam yang begitu dingin disertai rintik rinai hujan, membuat suasana malam kala itu seolah turut bersedih dengan nasib yang dialami oleh gadis malang Ayrani. Bahkan sesampainya di rumah, Kamila dan Daniyal masih terus memikirkan nasib Ayrani. Keduanya merasa tak habis pikir jika Akasma bisa sejahat itu terhadap anak yang masih kecil.

Di sebuah rumah tua yang tampak sepi dan jauh dari keramaian, tinggal lah seorang wanita paruh baya yang berusia sekitar enam puluh lima tahunan. Namun gurat kecantikan masih tampak jelas di wajah ayu Sonia, ibu kandung dari Samir Daulay.

"Derttt.....!" jam merujuk pukul satu dini hari, suara telepon rumah Sonia berdering.

"Halo, Ma!" sapa seorang wanita tak lain adalah Akasma.

"Iya Hallo, ada apa malam malam kamu menelepon ku Akasma? Jangan bilang kamu merasa tidak sanggup merawat anak itu," sapaan Sonia membuat bibir Akasma tak mampu bergeming seketika.

"Bawa anak itu kemari, aku yang akan merawat dan menjadikan dia sukses seperti almarhum ayahnya," sindir Sonia kembali.

****

Flashback On...

Tepat saat mendengar kabar kematian putra semata wayangnya Samir Daulay, Sonia segera mendatangi kediaman Akasma bersama sang sopir keluarga yang telah mengabdi kepada dirinya sejak Samir Daulay kecil.

Dengan wajah dipenuhi kesedihan, wanita paruh baya itu menyaksikan jasad sang putra beserta menantu kesayangan nya terbujur tak bergerak dikerumuni para pelayat beserta keluarga handai taulan.

"Sejak kapan Mama mengetahui Samir berselingkuh di belakang ku, Ma?" tanya Akasma berbisik kepada Sonia.

"Ini bukan momen yang tepat untuk kamu bertanya seperti itu, hormati putraku untuk terakhir kalinya!" cibir Sonia dengan nada ketus.

"Tapi aku merasakan sakit atas kebohongannya, Ma!" sahut Akasma.

Setelah pemakaman usai, Akasma masih terus saja meminta penjelasan kepada Sonia tentang perselingkuhan Samir Daulay. Bahkan setibanya di kediaman, janda Samir Daulay itu terus mengejar Sonia untuk berterus terang.

"Tolong, Ma, mau sampai kapan Mama menyembunyikan kebohongan putra Mama, aku ini istrinya, dan aku berhak tahu, Ma....!" teriak Akasma mulai tersulut emosi.

"Heiii....! turunkan nada bicaramu! kamu tidak berhak meminta penjelasan tentang kehidupan putraku!" teriak Sonia berang.

"Sekian tahun Samir menjalani pernikahan yang tidak membuatnya bahagia, aku telah salah memaksanya untuk menikahi mu waktu itu. Kami tertipu dengan wajah cantikmu, sungguh kau seorang iblis betina," hardik Sonia.

Akasma tak lagi berani unjuk suara setelah Sonia mulai membuka borok masa lalunya. Ia menyadari awal pernikahan dirinya dengan Samir Daulay adalah semua sebuah sandiwara belaka untuk menyelamatkan harga dirinya yang sudah tercoreng akibat ulah sang kekasih.

Akasma hamil di luar nikah, namun bukan merupakan keturunan dari Samir, melainkan kekasihnya. Dan demi menyelamatkan janin serta kehormatan keluarga nya, ia menjebak Samir dan mengatakan bahwa bayi yang ia kandung adalah anak dari Samir Daulay.

Kebohongan Akasma terkuak saat bayi yang dikandungnya terlahir secara prematur. Dan membutuhkan donor dari ayah biologis bayi tersebut. Sedang saat Samir mencoba mendonorkan darahnya, darahnya tidak sama dan dari situlah Sonia pun curiga serta meminta Samir untuk melakukan tes DNA. Hasilnya pun berbeda seperti dugaan Sonia.

"Aku sudah berdosa memisahkan putraku dari wanita sebaik dan setulus Halimah demi penjahat seperti kamu," tutur Sonia dengan bola mata mulai berkaca.

"Demi menebus rasa bersalah ku pada Samir, aku sendiri yang meminta Halimah untuk bersedia menikah dengan nya. Jadi jangan pernah menyebut Halimah adalah wanita selingkuhan atau perusak rumah tangga mu. Kesucian cinta mereka terbukti hingga ajal mereka berdua tetap bersama," imbuh Sonia kian terisak.

"Ayra adalah pewaris satu satunya dari Samir, sebagai penebus dosa mu, kamu harus merawat anak itu sama seperti kamu memperlakukan Putri mu. Jangan pernah sia siakan dia. Jika hal itu terjadi antarkan anak itu ke rumah. Pintu rumah ku terbuka lebar untuknya."

Begitulah percakapan sekaligus peringatan dari Sonia sebelum dirinya meninggal kan kediaman almarhum putranya Samir Daulay.

****

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

bagus kakk ,q suka alur nya,sipp👍

2023-10-28

2

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

ternyata begitu toh cerita sebenarnya berarti ayra keturunan sah dari Samir

2023-03-29

4

An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅

An𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅

ternyata prithaya bukan anak kandung Samir,,,

2023-03-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!