Bel jam istirahat kedua sudah berbunyi, aku segera keluar kelas dan berniat untuk melihat kondisi Nur. Saat tiba kelas Nur, Aku melihat dirinya masih terlihat lemas dengan kepala tertunduk di atas meja beralaskan tangannya. Hanya dia dikelas seorang diri, teman-temannya yang lain pada keluar kelas.
" Lo baik-baik aja kan, Nur. Apa lo mau pulang sekarang aja?" Tanyaku seraya mengelus kepalanya
" Gue gak apa-apa, Maura. Gue masih kuat kok sampai jam pulang nanti." Ucap Nur lemas
" Beneran? Kalau lo ngerasa udah gak kuat, lo pulang sekarang aja jangan dipaksain, Nur!" Ucapku perhatian
" Gue masih kuat kok, Maura. Lo tenang aja ya!" Ucap Nur dengan senyum simpulnya kemudian memejamkan matanya. Terlihat Maya tiba-tiba saja datang dan berkata
" Maafin Aku ya, gara-gara aku teman kamu jadi kaya gini. Tapi aku gak ada niat buat ngejahatin kamu dan dia, aku hanya tidak terima melihat Winda dekat-dekat dengan Rangga." Bisik Maya padaku ia merasa bersalah karena sudah memasuki raga Nur secara tiba-tiba.
" Ya gak apa-apa kok, Kak." Ucapku pelan, mendengar perkataan aku, Nur langsung membuka matanya dan dia langsung tersentak saat melihat ada Maya disebelahku.
" Maura, ada hantu disebelah lo." Ucap Nur setengah berteriak
" Iya gue udah tahu kok, Nur" Ucapku menyunggingkan senyumku
" Menjauh darinya, Maura. Dan lo cepet pergi dari sini, jangan ganggu kami!" Ucap Nur panik
" lo tenang aja, Nur! Dia gak jahat kok, dia cuma butuh bantuin kita." Ucapku menenangkan
" Bantuan, Bantuan apa, Maura?" Tanya Nur merasa bingung
" Ya dia cerita kalo dia adalah korban pembunuhan dari Kak Winda, jasadnya belum ditemukan sampai sekarang. Mangkanya dia butuh bantuan kita untuk mengungkap kejahatan Kak Winda." Ucapku menjelaskan
" HAH.. Serius lo? " Ucap Nur tidak percaya dengan mata yang membelalak tidak menyangka
" Iya, gue serius. Mangkanya kita harus bantuin dia!" Ucapku meyakinkan
" Oh ya, dia tadi bilang sama gue kalau dia minta maaf sama lo, karna tadi dia udah ngerasukin lo." Ucapku sambil melihat maya disampingku.
" Iya gue maafin, tapi lain kali kalo mau minjem raga orang bilang dulu jangan maen masuk-masuk aja." Keluh Nur
" Haha... Haha... Masa iya mau ngerasukin harus izin dulu, ada-ada aja lo nur." Ucapku terkekeh mendengar penuturan dari Nur.
Namun tidak lama kemudian bel masuk sudah berbunyi dan aku harus segera kembali ke kelasku.
" Udah bel, gue balik ke kelas gue ya." Ucapku berpamitan dan Nur mengiyakannya.
Jam pulang sekolah telah tiba, aku dan Nur segera ke parkiran sekolah untuk mengambil motor Nur. Namun saat dalam perjalanan aku bertemu dengan Kak Rangga dan Kak James.
Nur memang masih terlihat lemas dan aku rasa dia tidak akan kuat mengemudikan motornya. Tapi harus bagaimana lagi sedangkan aku pun tidak bisa karena tanganku sedang sakit.
" Maura" Panggil Kak Rangga setengah berteriak. Mendengar ada yang memanggil namaku, aku segera menoleh ke belakang.
" Ya ada apa, Kak Rangga?" Sahutku
" Gak apa-apa. Kakak hanya ingin bertanya saja, bagaimana keadaan kalian berdua?" Tanya Kak Rangga
" Kami berdua baik-baik aja, Kak. Cuma kami bingung bagaimana cara kami membawa motor Nur pulang, karena Nur terlihat masih lemas aku rasa dia tidak akan bisa membawanya dalam keadaan seperti ini." Jawabku dan memberitahu keluhanmu
" Oh gitu, kalau gitu kamu Kakak antar pulang aja, kalau Nur diantar oleh James. Gimana James lo mau kan nganterin Nur pulang?.Ting " Ucap Kak Rangga kemudian mengedipkan salah satu matanya memberi kode pada Kak james.
" I-iya, gue mau kok." Ucap Kak james dengan wajah menahan kesal
" Nah kan dia mau, gimana mau terima tawaranku?" Ucap Kak Rangga
" Gimana Nur, lo mau gak?" Tanyaku pada Nur
" Ya gue sih mau-mau aja, kalau lo sendiri mau gak?" Tanya Nur balik
" Eemm.. Yaudah deh, Kak. Kami mau diantar sama kalian." Ucapku gugup
" Nah gitu dong, yaudah kalian tunggu di depan gerbang aja kami mau ambil motor dulu! " Ucap Kak Rangga sedangkan Nur memberikan kunci motornya kepada Kak James. Dan mereka pun langsung ke parkiran sedangkan aku dan Nur menunggu diluar gerbang.
Hampir 5 menit kami menunggu Kak Rangga dan Kak james, dan akhirnya mereka tiba juga. Aku menaiki motor sport milik Kak Rangga, rasanya aku gugup sekali saat dibonceng oleh Kak Rangga. Rasanya jantungku berdetak tidak karuan, ada rasa bahagia namun malu yang aku rasakan dalam hati. Terlebih saat teman-temanku dan juga siswa-siswi menatap kearah aku dan Kak Rangga, begitu juga dengan Kak Winda ia melihatku dengan tatapan tidak suka.
" Udah siap? " Tanya Kak Rangga
" Udah Kak " Sahutku
" Kalo gitu pegangan yang erat, biar tidak jatuh!" Perintah Kak Rangga, dan aku langsung berpegangan dengan tasnya dan terduduk agak jauh darinya agar bisa membatasi diriku tidak berdekatan dengannya, karena aku tidak ingin mereka yang melihatku menjadi salah paham mengenai aku dan juga Kak Rangga.
" Kok pegangan tas? pegangan disini loh!" Ucap Kak seraya menarik tanganku dan meletakkannya di pinggangnya, mendapat perlakuan seperti itu aku merasa semakin gugup dan menjaga batasanku, namun tiba-tiba Kak Rangga langsung mengegas motornya, sontak saja aku ingin terjatuh dengan cepat aku merangkul pinggangnya dengan tangan kananku hingga membuat jarak aku dan Kak Rangga semakin dekat. Aku melihat dari kaca spion kalau Kak Rangga memperlihatkan reaksinya dengan tersenyum senang, kemudian ia menjalankan motornya dengan stabil.
POV Author
Disisi lain Winda terlihat sangat kesal dan cemburu saat melihat Rangga membonceng Maura, rasanya ia ingin menarik dan menurunkan Maura dengan paksa dari motor Rangga. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia sendiri tidak memiliki hak untuk melakukan itu mengingat dia bukanlah pacarnya Rangga.
" Iiisshh... Ngeselin banget sih Maura itu, gue yang udah 2 tahun ngedeketin Rangga aja belum pernah dibonceng sama dia, sedang Maura baru beberapa hari disekolah ini udah di boncengin Rangga." Gerutu Winda dengan kesalnya
" Tapi gue gak akan biarin gitu aja Maura dekat dengan Rangga, gue bakalan kasih perhitungan ke dia, biar dia tahu rasa. Maura, lo lihat aja nanti apa yang akan gue lakuin ke lo! " Winda terus menggerutu kesal
Namun saat ia mengatakan itu semua ternyata ada Maya dibelakangnya, merasa geram dengan Winda, Maya menjahili Winda dengan menjambak rambut Winda dengan cepat. Winda yang merasa ada yang menarik rambutnya ia menoleh kebelakang namun dia tidak menemukan siapa pun di sana. Merasa ada hal yang aneh ia merasa bingung dan bergidik ngeri, bulu-bulu halus tengkuknya berdiri seketika, tidak ingin berlama-lama di sana ia segera pergi menuju pulang kerumahnya.
POV Maura
Karena tidak ingin terbawa oleh perasaan, aku segera melepaskan rangkulanku dan memegang baju dibagian pinggang Kak Rangga dan memberi jarak diantara kami agar tidak lagi berdekatan.
" Kenapa dilepas rangkulannya? Nanti kamu jatoh loh, Maura." Ucap Kak Rangga menyadari kalau aku membatasi jarak darinya.
" Gak apa-apa kok, Kak. Aku pegangan disini aja udah cukup, tidak akan membuatku terjatuh." Ucapku beralasan
" Jangan begitu! tangan kamu kan sebelahnya sedang sakit. Masa iya hanya pegangan satu tangan aja di baju kakak, kalau nanti kamu jatoh gimana? " Ucap Kak Rangga masih fokus melihat kearah depan
" Tapi Kak " Ucapku gugup
" Udah jangan tapi-tapian, lakukan aja seperti tadi." Ucap Kak Rangga kemudian menarik tanganku kembali agar merangkul pinggangnya. Aku tidak bisa berkutik lagi, karena aku pikir niat Kak Rangga baik ingin aku tidak terjatuh dari motor yang joknya tidak terlalu lebar dan lebih tinggi seperti ini. Berbeda dengan motor milik Nur yang joknya lebar dan juga tidak terlalu tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Emy Bundanya Aisyah
rangga mah modus, mdh2an saja kdektn maura ngga bkin winda jadi melakukan yg jahat sama ky maya
2021-09-05
0
BUTIRAN DEBU
modus ah rangga
2020-06-22
6