Masa Lalu Maya

Winda merasa muak dengan semua kebahagiaan yang didapatkan oleh Maya, sementara dirinya harus terus-terusan merasa iri dan dengki dengan Maya. Pada saat waktu pemilihan ketua OSIS, Winda, Maya, Rangga dan kedua teman  lainnya mencalonkan diri untuk menjadi ketua OSIS. Namun yang terpilih adalah Rangga sebagai Ketuanya dan Maya sebagai wakilnya, sedangkan Winda berada diurutan nomor tiga.

Merasa sangat kesal dan tidak terima ia berniat untuk mencelakakan Maya agar dirinya yang menggantikan Maya sebagai wakil ketua OSIS. Waktu pulang sekolah mereka lebih dulu mengikuti kumpulan pengurus OSIS dan  hampir 2 jam lamanya mereka pun selesai, dan berniat untuk segera pulang karena mereka pulang paling akhir daripada teman-teman pengurus OSIS lainnya.

" Eh May, aku tadi  lihat ada bunga cantiiikkk banget di sana. Kamu kan suka banget sama bunga, lihat gih! " Ucap Winda dengan manisnya

" Serius, dimana Win? " Sahut Maya dengan senangnya

" Itu loh, didekat jurang sana! " Ucap Winda sambil menunjuk arah jurang yang berada tidak jauh dari sekolah SMK Way Rimba.

" Beneran, masa sih ada bunga cantik yang tumbuh di jurang sana?" Ucap maya tidak percaya

" Iiisshh... Beneran tau! masa iya aku bohong sama kamu, Maya." Ucap Winda meyakinkan

" Beneran? " Ucap Maya ragu

" Iya benar, kalo gak percaya ayo aku tunjukin ke kamu, kita kesana sekarang!" Ucap Winda terus meyakinkan. Karena merasa sudah percaya dengan Winda, Maya menyetujui untuk melihat bunga yang dimaksud di jurang sana.

Hampir 5 menit berjalan kaki menuju Jurang dan pada akhirnya mereka pun sampai. Mereka berdiri didekat jurang tersebut dan melihat Jurang yang terlihat dalam dan curam.

" Dimana bunganya, Win?" Tanya Maya

" Di dekat kayu besar itu, Maya. Kamu turun sedikit geh biar kamu bisa melihatnya!" Jawab Winda dusta

" Mana, Win? Kok aku gak liat sih" Ucap Maya masih terus-terus mencari keberadaan bunga cantik yang dimaksud

" Disana loh" Ucap Winda kemudian mendorong tubuh Maya dari belakang.

" Aarrgghh... " Teriak Maya jatuh dan berguling-guling masuk kedalam jurang.

" Haha... Haha... Haha... Mampus lo, rasain. Mangkanya jangan coba-coba nyaingin gue!" Ucap Winda tertawa bahagia saat menyaksikan Maya terjatuh kemudian ia pergi dari jurang tersebut.

POV Maura

" Terus apa yang terjadi dengan lo, apa lo langsung mati?" Tanya Maura penasaran

POV Maya

Flashback...

" Tidak, saat aku terjatuh aku tidak langsung mati. Aku masih hidup dan terdapat banyak luka sobek di tubuh ku, banyak darah yang mengalir terutama di bagian kepalaku akibat terbentur batu dengan sangat keras. Tapi tidak lama aku bertahan dibawah sana aku melihat ular mendekat ke arahku, aku berusaha menjauh dari ular itu namun saat aku bergerak ular itu langsung mematuk kakiku dan tak lama kemudian aku pun meninggal. Sampai sekarang jasadku belum juga ditemukan dan orang tuaku  belum tahu jika aku sudah mati, bahkan teman-temanku yang lain juga belum tahu kalau aku sudah tiada. Aku mohon sama kamu Maura, tolong bantu aku temukan jasadku dan aku ingin Winda dihukum atas tindak kejahatannya padaku. Dan tolong kamu sampaikan pada Kak Rangga kalau aku juga sangat mencintainya, Maura!" Ucap Maura menjelaskan kemudian ia menangis

POV Wiwin

Aku menunggu Maura diluar toilet, sudah hampir setengah jam aku menunggunya namun ia tidak keluar juga dari sana. Aku memutuskan untuk menyusulnya dan mencoba membuka pintu toilet namun tidak dapat terbuka, aku berusaha mengetuk dan memanggil-manggil namanya namun aku tidak mendapat jawaban dari dalam.

Aku khawatir dengan Maura, aku takut terjadi hal buruk padanya. Tanpa menunggu waktu lama, aku mencari pertolongan dan aku bertemu dengan Kak Rangga yang sedang melintas kearah toilet pria.

" Kak Rangga " Panggilku

" Iya ada apa, Win?" Tanya Kak Rangga

" Kak tolong Maura! dia terkunci didalam toilet." Ucapku dengan cemas

" Hah, kok bisa? yaudah ayo kita cek!" Ucap Kak Rangga terkejut kemudian kami berlari kearah toilet wanita

Kak Rangga mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil nama Maura, Berharap ada jawaban darinya.

POV Maura

" Tok... Tok... Tok... Maura " Terdengar suara  ketukan pintu dan seseorang juga memanggil namaku

Saat ini aku ikut menangis saat selesai mendengarkan cerita dari Maya.

" Oke, nanti aku bantuin Kak Maya, aku akan ungkap semua kejahatan yang Kak Winda lakukan dan memastikan kalau dia akan dihukum dengan seberat-beratnya." Ucapku lirih dan lebih sopan mengingat Maya adalah seniorku

" Makasih, Maura." Ucap Maya menyunggingkan senyumnya.

" Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu." Ucapku lalu berjalan kearah pintu kemudian membukanya.

" Ceklek.. " Aku membuka pintu toilet dan aku melihat ada Kak Rangga dan Juga Wiwin yang terlihat khawatir padaku.

" Maura, lo gak apa-apa kan?" Tanya Wiwin cemas

" Iya gue baik-baik aja kok, kenapa muka lo panik gitu sih?" Ucapku bingung

" Gimana gue gak panik, lo terkunci hampir setengah jam didalam. Lo abis ngapain sih, kok lama banget didalam?" Ucap Wiwin seraya memegang tanganku

" Oh tadi gue abis muntah-muntah lagi, mungkin itu yang membuat gue jadi lama didalam"  Alasanku dan tidak ingin memberitahu yang sebenarnya, kalau saja aku cerita ke mereka pasti mereka juga tidak percaya dengan omonganku.

" Tapi kok lo kunci sih pintunya, padahal gue udah teriak-teriak manggilin lo tapi gak ada jawaban dari dalam." Tanya Wiwin sedikit kesal

" Ya karena gue lagi muntah mangkanya gue gak bisa jawab panggilan lo" Ucapku beralasan lagi

" Mangkanya lain kali jangan kamu kunci pintunya! jadi kalau ada apa-apa, Wiwin kan bisa langsung ngecek kedalam." Sambar Kak Rangga

" Iya Kak, Maafin aku ya udah buat kalian berdua khawatir." Ucapku minta maaf

" Ya udah, ayo kita kembali ke kelas masing-masing!" Ajak Kak Rangga dan kami mengiyakannya.

Kami beranjak menuju kelas masing-masing namun saat di jalan kami sesekali mengobrol.

" Bagaimana keadaan Nur sekarang, Kak?" Tanyaku pada Kak Rangga

" Dia sudah sadar dan membaik, tadi sudah di antar sama Kak James ke kelasnya." Jawab Kak Rangga menjelaskan

" Syukurlah kalau begitu, nanti istirahat kedua aku akan melihat ke kelasnya." Ucapku merasa lega

Hingga pada akhirnya kami diharuskan berpisah karena arah jalan kami sudah berbeda. Aku dan Wiwin segera memasuki kelas kami dan terduduk  di sana, suasana kelas sangat ribut karena belum ada guru lagi yang masuk ke kelas kami. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing, ada yang sedang mengobrol ada yang sedang berfoto selfie dan lain-lain. Mataku terfokus melihat kearah Sindy, aku melihat ia masih terlihat menyendiri tidak berbaur dengan teman-teman yang lain.

Aku berjalan menghampiri Sindy dan mengajaknya mengobrol dengan Wiwin juga. Kami bertiga saling cerita satu sama lain mengenai pengaman hidup masing-masing. Aku merasa Sindy tidak terlalu membosankan  untuk diajak mengobrol, hanya saja ia merasa malu untuk mengajak orang bicara lebih dulu.

Dia tipe orang yang harus dipancing  lebih dulu agar mau berbicara, setelah dirinya mulai nyaman dengan orang yang mengajaknya bicara, dia akan berbicara dengan sangat lancar dan tidak ada perasaan malu lagi. Aku melihat Maya dari kaca jendela, ia  berada diluar menatap dan tersenyum kepadaku, beda saat pertama kali aku melihatnya ia terlihat sangat dingin kepadaku.

Terpopuler

Comments

BUTIRAN DEBU

BUTIRAN DEBU

udah bca 😊😊

2020-06-20

3

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

horoorrr yaaa

2020-06-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!