Aku mendekat perlahan kearah jendela dan membuka gorden, membentuk celah kecil untuk aku mengintip. Aku menyipitkan mataku untuk fokus melihat apa yang ada diluar jendela.
" Hikss... Hikss... Hikss... " Suara itu semakin terdengar jelas olehku. Aku melihat diluar jendela kamarku ada seseorang diluar sana, ia memunggungiku jadi aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Yang aku lihat ia mengenakan baju putih panjang menjuntai ketanah, rambutnya sangat panjang sampai bawah pinggang.
" Itu siapa sih?, kok tengah malam gini nangis di sana." Gumam ku dalam hati masih terus memperhatikannya.
" Kalo itu manusia kayanya gak mungkin deh, masa tampilannya kaya gitu mana rambutnya keliatannya kusut banget lagi. Apa jangan-jangan dia.... " Sambung ku namun aku tidak menyelesaikannya. Belum sempat aku melanjutkannya tiba-tiba sosok tersebut menengok ke arahku.
" Ku-ku-ku... Kuntilanak. Aarrrggghh" Ucapku terbata-bata dengan bibir yang gemetaran kemudian berteriak. Karna mendengar teriakan ku yang sangat keras, Ayah dan Ibu terbangun dan menghampiriku di kamar.
Aku duduk meringkuk di atas kasur dan menutupi tubuhku dengan selimut. Tubuhku sangat gemetaran ketakutan dan aku memejamkan kedua mataku, Namun tidak lama kemudian Ayah dan Ibuku menyadarkan aku.
"Ada apa, Maura?" Ucap Ibu begitu cemas. Mendengar suara Ibu aku segera membuka selimut yang menutupi tubuhku
" Iya nak, Kamu kenapa, Maura?" Tanya Ayah juga tak kalah cemasnya. Aku langsung memeluk Ayahku dengan sangat erat, aku menangis di pelukannya.
" Kamu kenapa, Sayang?" Tanya Ibu sekali lagi
" Ayah, Ibu tadi aku melihat kuntilanak diluar jendela sana. " Ucapku menjelaskan dengan bibir masih gemetar
" Yang benar, Maura?" Ucap Ibu tidak percaya
" Benar, Bu. Maura gak bohong, kalau Ibu tidak percaya lihat saja sendiri! " Ucapku lalu melepaskan pelukanku pada Ayah. Ayah dan Ibu memeriksa kearah luar jendela namun mereka tidak melihat apapun di sana.
" Tidak ada apa-apa, Sayang. Mungkin kamu hanya mimpi buruk, Maura." Ucap Ibu dan Ayah sependapat dengannya.
" Tidak, Yah. Maura tidak bermimpi buruk, tadi aku melihatnya sendiri dia ada di sana tadi." Ucapku menyanggah dan berusaha menyakinkan mereka
" Sudahlah Nak, tidak ada apa-apa disini. Lebih baik kamu lanjutkan tidurmu!" Ucap Ayah seraya merebahkan tubuhku kembali keatas kasur.
" Tapi Maura masih takut, Yah." Ucapku masih memegangi tangan Ayah
" Kalau begitu Ibu dan Ayah akan menemanimu sampai kamu tertidur, Maura." Ucap Ibu seraya mengelus-ngelus kepalaku
" Baik, Bu." Ucapku lalu memejamkan kedua mataku kembali dan berusaha untuk tertidur dan melupakan kejadian tadi.
Baru kemarin malam aku merasa tenang karena tidak mendapat gangguan, kenapa malam ini aku harus terganggu lagi. Aku tidak mengerti mengapa semenjak aku pindah ke desa ini, aku selalu saja diganggu makhluk halus. Ada apa sebenarnya yang terjadi di desa ini, mengapa makhluk penunggu di desa ini pada mengganggu aku dan warga lainnya.
Keesokan Harinya...
Jam alarm telah berdering menandakan aku harus terbangun dari tidurku, aku menghentikan suara bising itu dan segera beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Kurang lebih 15 menit aku sudah menyelesaikan kegiatan mandi dan segera memakai pakaian dan atribut MOS untuk hari ini.
Aku mengikat rambutku sebanyak 5 ikatan dengan pita warna merah sebagai aksesorisnya, hal ini aku lakukan karena ini bagian dari tugas MOS hari ini yaitu mengikat rambut sebanyak tanggal lahir. Sedangkan aku lahir pada tanggal 05 jadi mau tidak mau aku harus melakukannya, meskipun terlihat seperti orang gila aku harus menerimanya.
Tidak lupa juga aku mengenakan atribut lainnya yaitu menggunakan kaos kaki berwarna putih di bagian sebelah kanan, sedangkan warna hitam disebelahnya. Sungguh penampilan yang membuatku sangat malu untuk memperlihatkannya kepada orang lain. Untuk atribut lainnya aku akan gunakan saat tiba disekolah nanti, karena itu sangat ribet untuk aku pakai sekarang.
" Sumpah, gue bener-bener udah kaya orang gila sekarang. Parah banget sih tuh para senior OSIS, ngasih tugas kok gini-gini amat." Ucapku berdecak kesal melihat pantulan diriku di cermin.
Tidak ingin berlama-lama melihat diriku sendiri aku segera keluar dari kamarku dan menuju dapur untuk sarapan.
Setelah selesai sarapan aku langsung berpamitan berangkat ke sekolah pada Ayah dan Ibu. Sedangkan Nur sudah berada didepan rumah menungguku, aku menghampirinya kemudian kami segera berangkat.
Tiba Di Sekolah....
Aku melihat Kak Rangga mengambil alih barisan lagi. Aku merasa penasaran dengannya sebenarnya dia siapa? kenapa selalu saja dia yang mengambil alih barisan saat MOS akan dimulai.
" Win lo tau gak, siapa Kak Rangga? Kok gue perhatiin dia terus yang mengambil alih barisan." Tanyaku pada Wiwin, barangkali dia mengetahuinya.
" Emangnya lo belum tau dia siapa? " Jawab Wiwin pelan
" Gak, Memangnya dia siapa? " Jawabku masih penasaran
" Dia ketua OSIS, Mauraaa..." Jawab Wiwin, mendengar perkataan Wiwin seketika mataku membulat.
" Yang bener lo, jadi Kak Rangga itu ketua OSIS disekolah ini? " Ucapku tidak menyangka
" Iya, Maura. Dan yang disebelah dia itu Kak Winda, dia wakil ketua OSIS." Ucap Wiwin kemudian aku mengubah pandanganku kearah Kak Winda.
" Beneran? Kok gue baru tau sih " Ucapku masih tidak menyangka
" Lagian lo kudet ( kurang update ) banget sih jadi orang! Kaya gue dong, tau semua nama-nama senior OSIS kita. Hebat gak gue?" Ucap Wiwin lalu memuji dirinya sendiri, dan aku hanya mengiyakannya agar dia merasa senang.
" Adik-adik sekarang pakai atribut kalian masing-masing sekarang, karena MOS hari kedua ini akan segera dimulai. Bagi yang tidak membawa atribut tidak lengkap silahkan memisahkan diri dari barisan kelompok kelas dan buat barisan baru didepan." Ucap Kak Rangga memberi komando kepada kami.
Aku segera memakai atribut yang disuruh oleh Kak Rangga, aku tidak melupakan satu barang pun karena semalam aku benar-benar sudah mempersiapkannya. Aku memakaikan topi berbentuk kerucut yang terbuat dari kertas karton, memakai kalung terbuat dari beberapa permen dan snack yang sudah terkait dengan tali, memakai name tag berisikan biodata dan jurusanku. Dengan berpenampilan seperti ini membuatku sangat malu, terlihat seperti orang gila saja terlebih saat Kak Rangga memperhatikanku dari kejauhan dan menahan tawanya saat melihat penampilanku sekarang.
" Aarrggghhh... Parah banget sih. Kenapa harus berpenampilan kaya gini coba?, sumpah gue udah kaya orang gila sekarang bahkan orang gila beneran aja gak kaya gini-gini amat deh. Sebenarnya yang gila tuh mereka, iseng banget sih ngerjain kami sampai segininya." Aku menggerutu kesal dalam hati
Setelah serasa sudah siap semua kami pun memulai MOS hari kedua kami. Rasanya aku ingin MOS ini cepat berakhir agar aku tidak lagi berpenampilan seperti orang gila seperti ini.
Aku mengikuti serangkaian kegiatan hari ini dengan baik, tapi ada satu hal yang membuatku enggan melakukan perintah dari seniorku yaitu saat aku harus mencari bunga mawar berwarna hitam. Sungguh sangat menyebalkan, dimana aku bisa menemukan bunga mawar berwarna hitam disekolah ini kalau aku tidak bisa mendapatkannya maka aku harus menyanyi lagu romantis untuk Kak Rangga.
" Kak James, aku mohon beri perintah yang lain! tapi jangan suruh aku memilih salah satu dari dua pilihan konyol itu." Ucapku kepada kakak senoirku yang lain seraya mengatupkan kedua telapak tanganku.
" Kalau kamu tidak mau melakukan salah satu dari pilihan itu, kamu harus joget didepan teman-teman kamu yang lain. Hayooo... Kamu pilih yang mana? " Ucap Kak james dan membuatku semakin tidak bisa memilih apapun, mau tidak mau aku harus memilih menyanyi lagu romantis untuk Kak Rangga.
" Iisshh... Ngeselin banget sih Kak James ini! " Aku menggerutu dalam hati
Aku mendekati Kak Rangga yang sedang mengambil alih kelompok Nur. Dengan langkah ragu dan jantung yang berdegup kencang tidak karuan aku menghampirinya, andai saja ada pintu kemana saja dari doraemon mungkin aku akan menggunakannya untuk pergi dan pulang saat ini juga, pikirku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments