Hilangnya Eka

10 menit kemudian kami sudah tiba di rumahku, aku segera turun dari motor Kak Rangga dengan menyanggah di bahu Kak Rangga untuk memudahkan aku untuk turun dari motor besar itu.

" Makasih ya, Kak. Udah mengantar aku pulang ke rumah." Ucapku berterima kasih

" Ya sama-sama, Maura. Kalau begitu kakak langsung pulang ya." Ucap Kak Rangga berpamitan

" Gak mau mampir dulu, Kak? " Tanyaku menyimpulkan senyum

" Lain kali aja karena kakak harus menjemput James di rumah Nur, takutnya dia lama nungguin di sana. Oh ya rumah Nur dimana ya? " Ucap Kak Rangga

" Kakak tinggal lurus aja rumahnya tidak jauh dari sini. Rumahnya nomor 124, cat warna biru bagian sebelah kanan jalan." Ucapku menjelaskan arah rumah Nur.

" Yaudah, Kakak pergi dulu ya." Ucap Kak Rangga dan aku mengiyakannya, kemudian ia segera melajukan motornya menuju rumah Nur. sedangkan aku masuk kedalam rumahku.

" Assalamu'alaikum, Bu." Aku memberi salam pada Ibu

" Wa'alaikumussalam, kamu baru pulang, Nak? " Ucap Ibu kemudian aku mencium tangan Ibu lalu melepaskannya kembali

" Iya, Bu tadi Maura pulang diantar sama Kak Rangga." Jawabku

" Kok pulang sama Nak Rangga, Emangnya Nur kemana? " Tanya Ibu terheran

" Nur tadi disekolah kerasukan, Bu. Jadi saat pulang tadi dia masih merasa lemas dan Kak Rangga datang bersama temannya menawarkan mengantar aku dan Nur pulang." Ucapku menjelaskan

" Kerasukan, Kok bisa? " Tanya Ibu penasaran

" Entahlah, Bu." Ucapku tidak ingin ingin Ibu tahu mengenai Maya.

" Yaudah, Kamu cepat mandi udah itu langsung makan ya! " Ucap Ibu dan aku mengiyakannya lalu beranjak menuju kamarku.

Malam Harinya....

Rembulan sudah menunjukan wujudnya, meskipun sedikit tertutup oleh awan hitam namun tidak meredupkan sinarnya dan keindahan saat menatapnya.

Aku membiarkan Jendelaku terbuka agar aku bisa merasakan angin malam, aku menyandarkan tubuhku didepan jendela kamarku. Aku menatap Rembulan malam dengan wajah yang sendu, sejenak aku memikirkan bagaimana caranya membantu Maya dan mengungkap semua kejahatan yang dilakukan oleh Kak Winda.

" Aku gak habis pikir, kenapa Kak Winda sejahat dan setega itu kepada Kak Maya. Hanya karena rasa iri dan dengki kepada Kak Maya, ia tega membunuh sahabatnya sendiri." Gumam ku dalam hati

" Bagaimana caranya aku bisa membantu Kak Maya dan mengungkap kejahatan yang sudah dilakukan oleh Kak Winda." Ucapku dalam hati dan berpikir. Kemudian aku memutar tubuhku berniat kembali merebahkan diriku di atas kasur Namun aku di buat terkejut saat mengetahui di hadapanku sudah ada Eka yang sedang terduduk ditepi kasur.

Aku mendekatinya dan aku melihat dia terlihat sangat pucat dan bajunya basah kuyup.

" Eka, lo sejak kapan duduk disitu kok gue gak dengar lo masuk? " Ucapku Terheran

" Tolong gue, Maura! " Ucap Eka lirih

" Tolong apa sih maksud lo? gue gak ngerti. " Tanyaku karena tidak paham apa maksud dari perkataan Eka. Namun belum sempat Eka menjawab pertanyaanku

" Dreeett... Dreett... Dreett... " Terdengar suara getar dari handphone ku yang ku letakkan di atas nakas. Segera aku mengambil dan mengeceknya, ternyata ada panggilan masuk dari Tari.

" Halo, Maura." Ucap Tari dalam telepon

" Halo Tari, Ada apa nelpon gue malam-malam gini." Ucapku terheran tidak biasanya Tari menelpon malam-malam biasanya dia hanya mengirim pesan lewat whatsapp.

" Eka hilang, Maura." Ucap Tari, mendengar hal itu mataku membelalak karena terkejut

" HAH, serius lo? " Ucapku tidak percaya

" Iya gue serius, tadi nyokapnya bilang ke gue kalo Eka hilang, Maura." Ucap Tari dengan yakinnya

" Tapi, Tar. Eka ada disini kok, dia ada dikamar gue sekarang" Ucapku lalu menoleh kearah Eka yang sedang terduduk tadi namun aku sudah tidak lagi melihatnya.

" Eh, Tar. Kok dia sekarang gak ada ya, tapi bener kok, tadi gue liat dia ada disini dikamar gue, Tari." Ucapku merasa sangat bingung

" Lo jangan halu deh, Maura. Jelas-jelas tadi nyokapnya nelpon gue, kalo Eka tuh hilang." Ucap Tari terdengar sangat panik.

" Yaudah, kalo gitu kita kerumahnya sekarang! Biar kita tanya langsung ke nyokapnya." Ucapku juga sama paniknya

" Yaudah ayo!" Ucap Tari kemudian menutup teleponnya.

Dirumah Eka...

Aku sudah berada di rumah Eka, sedangkan Tari sudah menungguku lebih dulu. Terlihat rumah Eka dipenuhi dengan banyaknya warga lain yang ingin mengetahui kebenaran tentang hilangnya Eka.

" Tante Yuli, bagaimana kejadiannya kok bisa Eka sampai hilang seperti ini?." Tanyaku pada Ibunya Eka yang terlihat matanya sedikit bengkak karena habis menangis sedari tadi.

" Tante juga tidak tahu, Maura. Tiba-tiba Eka hilang begitu saja, tante lihat ia sudah tidak ada di kamarnya. Tante sudah tanya sama semua tetangga tapi mereka juga tidak tahu keberadaan Eka." Ucap Tante Yuli menjelaskan

" Tapi Tante, Maura tadi lihat Eka ada dikamar Maura. Memang dia terlihat agak aneh karena terlihat lebih pucat dan pakaiannya basah kuyup, saat Maura tinggal mengangkat telepon dari Tari, dia sudah tidak ada saat aku kembali lagi."  Sambar ku menjelaskan

" Terus kemana Eka sebenarnya?" Ucap Tante Yuli lalu menangis lagi

" Tante tenang aja ya, Aku, Tari dan warga lainnya akan membantu mencari Eka sampai ketemu." Ucapku menenangkan

"  Tante, terakhir kali lihat Eka dimana?" Tanya Tari

" Di kamarnya, Tari." Jawab Tante Yuli

" Boleh aku dan Maura lihat kamar Eka?" Ucap Tari meminta izin

" Ya silahkan " Ucap Tante Yuli mengizinkan, kemudian aku dan Tari memasuki kamar milik Eka. Kami memeriksa seluruh ruangan kamar Eka berharap mendapatkan jejak yang ditinggalkan oleh Eka.

Hampir sepuluh menit kami memeriksa kamar Eka, namun tidak mendapat tanda atau jejak dari hilangnya Eka. Namun saat kami hendak keluar dari kamar tersebut, aku menginjak jepitan rambut yang sepertinya milik Eka.

" Tar, gue nemu jepit rambut nih." Ucapku sambil memegang jepit rambut yang tadi ku injak.

" Coba gue lihat!" Ucap Tari lalu mengambil jepit rambut yang ku pegang

Saat Tari memegangnya ia merasakan ada getaran dalam tubuhnya, matanya terpejam seperti mendapat penglihatan dari jepit tersebut. Aku mendudukkan tubuh Tari dilantai, ia masih memejamkan matanya kemudian pingsan.

" Tolong.... Tolong... Tolong " Teriakku panik meminta pertolongan. Mendengar aku berteriak Tante Yuli beserta tiga orang bapak-bapak datang menghampiri kami dikamar

" Ada apa dengan Tari, Maura?" Tanya Tante Yuli panik saat melihat Tari pingsan tak sadarkan diri

" Gak tahu, Tante." Jawabku

" Yaudah cepat bawa dia ke atas kasur Eka!" Ucap Tante Yuli kemudian tiga bapak-bapak tersebut menggotong tubuh Tari dan meletakkannya di atas kasur.

Tari masih memegangi jepit rambut milik Eka, aku berusaha melepaskan dari genggamannya namun tidak bisa karena Tari memegangnya sangat kuat sekali. Aku mengelus kening Tari dan mengusap bulir-bulir keringat membasahi keningnya. Aku menghubungi Nur dan juga Wati untuk memberitahu tentang hilangnya Eka, dan Tari yang pingsan secara tiba-tiba. Tidak lama kemudian merekapun datang kerumah Eka, kami berkumpul dan menunggu Tari sampai sadarkan diri.

" Bagaiman ini, Eka saja belum ditemukan sekarang malahan Tari yang pingsan saat ini. Apa Tante minta bantuan Mbah Urip saja untuk menyadarkan Tari? " Keluh Tante Yuli

" Jangan Tante, aku tahu pasti Tari akan baik-baik saja. Kita tunggu saja sebentar lagi pasti dia akan bangun." Ucapku dengan yakinnya karena aku tahu betul tentang Tari, dia sudah sering mengalami yang seperti ini. Dia akan pingsan sesaat dan tak lama kemudian dia akan segera sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Emy Bundanya Aisyah

Emy Bundanya Aisyah

tenaga tari habis itu buat liat kejadian sblmnya, cepet pulih tari.. good job author

2021-09-05

0

BUTIRAN DEBU

BUTIRAN DEBU

komen

2020-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!