PINDAH KE DESA KEMATIAN

PINDAH KE DESA KEMATIAN

Prolog

Namaku Maura Liona biasa dipanggil Maura tempat tinggal ku saat ini berlokasi dekat dengan pantai yang berada di kota Lampung, aku anak kedua dan mempunyai seorang kakak laki-laki. Tapi kini Ibuku tengah hamil muda usia kandungannya masih 3 bulan, usiaku saat ini 15 tahun aku memiliki beberapa teman yang begitu dekat denganku yaitu Nur, Tari, Wati dan juga Eka.

Kami berteman sedari berada di SD yang sama namun saat SMP kami berbeda sekolah, aku bersekolah di Smp Negeri, Nur bersekolah di Smp Islamiyah Swasta kalau Tari dan Eka bersekolah di Smp Nu Swasta sedangkan Wati masih dibawah satu tingkat dibawah kami.

Hari-hari kami selalu bersama setelah pulang sekolah, semua terasa begitu indah namun semua itu tidak berlangsung lama, karena kami mendengar kabar kalau tempat tinggal kami akan dijadikan tempat wisata dan kami akan dipindahkan ke desa yang baru.

Tentu saja hal itu membuat kami tidak terima dan bersedih karena kampung inilah tempat kami dilahirkan, dan terlalu banyak kenangan indah ditempat ini. Semua warga kampung kami sangat menolak akan keputusan ini tapi kami semua tidak berdaya karena pada dasarnya kami tidak memiliki hak atas tanah tersebut.

Pagi sekali Ibuku membangunkan aku dari mimpi indah ku namun aku tidak menggubrisnya, aku masih terjerat dengan kenyamanan kasur yang seakan memiliki magnet untuk menarik diriku agar tidak berpindah tempat dari kasur empuk itu.

" Cepat bangun sayang bersiap-siaplah karena kita akan pindah hari ini " Ucap Ibuku

" Emmm..... Aku masih mengantuk Bu, biarkan aku tidur 10 menit lagi " Jawabku dengan malas

" Tidak Maura, Ayahmu sudah menunggu jadi cepat bangun dan mandi Ibu dan Ayah menunggumu dimeja makan! "

Karena tidak ingin membuat Ayah menunggu terlalu lama aku mengumpulkan niatku untuk bangun dan beranjak dari kasur tersebut.

Dengan langkah yang masih sedikit mengantuk aku berjalan memasuki kamar mandi, untuk segera membersihkan diri dan membuang semua rasa kantukku.

Setelah selesai dengan kegiatan mempersiapkan diri kini aku sudah rapi dan wangi, semua rasa kantukku berubah menjadi rasa segar dan bersemangat. Dengan langkah pasti aku keluar dari kamarku menuju ruang makan, saat telah tiba di sana aku mendudukkan kursi yang baru saja aku tarik dari bawah kolong meja makan. Aku terduduk diposisi bersampingan dengan Ibuku dan beberapa kursi lain sudah terisi dengan Ayah, Paman, Bibi, Kakak dan juga Sepupuku Andi.

" Apa kalian akan pindah hari ini juga, kenapa tidak besok saja? " Tanya paman seraya menyendok kan makanan kedalam mulutnya.

" Aku sudah menanyakan dengan Mbah Sima soal ini, katanya hari ini adalah hari yang cocok untuk pindah " Jawab Ayah

" Baiklah kalau begitu, tapi rasanya kami tidak ingin kalian meninggalkan rumah kami. Kami senang kalau ada kalian bersama kami disini, rumah ini jadi ramai apalagi ada Maura yang begitu ceria " Ucap Paman yang berusaha menahan kami

" Tenang saja paman, Maura akan sering-sering main kemari. Atau bisa juga kalian yang main ke rumah kami nanti " Jawab Aku dengan senyum ramah ku

" Ya baiklah, lalu bagaimana dengan sekolahmu apa sudah punya rencana setelah lulus mau melanjutkan  kemana? " Tanya Bibi yang kini berbaur mengobrol dengan kami

" Sudah Bi, Ayah mendaftarkan aku di SMK desa tempat tinggal baru kami "

" Sudah jangan mengobrol lagi cepat habiskan makanannya, tidak baik bicara saat sedang makan! " Ucap Ibu lembut menghentikan obrolan kami

Tak butuh waktu lama kami menikmati sarapan pagi ini, setelah selesai aku kembali ke kamarku untuk membereskan barang-barang ku yang masih belum selesai aku kerjakan semalam. Sekiranya sudah siap aku menyelesaikan semuanya namun aku berpikir sepertinya melupakan sesuatu.

Dan ya aku ingat aku lupa membawa beberapa novel kesukaanku yang masih tersimpan didalam laci meja belajar. Dengan cepat aku mengambilnya dan memasukan kedalam tas ransel yang akan aku pakai, untuk melihat rumah baruku di desa asing yang akan menjadi tempat tinggal ku nanti.

Setelah selesai dengan semuanya aku kembali keluar kamar untuk bersiap pergi meninggalkan rumah paman dan Bibi. Namun saat itu di pikiranku aku ingin melihat kampung ku terlebih dahulu sebelum aku pergi, kampung yang indah dan penuh kenangan saat ini  sudah rata dengan tanah.

" Ayah, Maura mau lihat kampung kita sebelum kita pergi boleh ya? " Pintaku pada Ayah

" Ya pergilah tapi jangan lama-lama ya karena kita akan segera berangkat " Ucap Ayah memberi izin

" Baik Yah " Ucapku lalu menyimpulkan senyumku

Aku melangkahkan kakiku menuju kampung lamaku sekedar hanya untuk melihatnya, seketika air mataku jatuh menyaksikan tempat itu. Aku melihat bayangan kenangan indah saat bersama teman-teman dan warga lain ditempat itu, perasaan dengan berat hati aku harus meninggalkan kampung kelahiran ku ini. karena mengingat pesan Ayah agar aku tidak berlama-lama disini aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah paman dan bibi.

Kini kami sudah berada didalam mobil pribadi milik Paman dan akan segera pergi menuju desa pindahan rumah kami. Sesaat mobil akan berjalan aku segera membuka kaca mobil di sampingku untuk berpamitan, aku melambaikan tangan kepada Bibi dan sepupuku Andi.

Air mataku lagi- lagi menetes karena tak kuasa dengan sebuah perpisahan, sekiranya mobil kami sudah berada jauh meninggalkan rumah Paman. Aku pun menyandarkan badanku di bangku agar lebih tenang dan mengendalikan emosi kesedihanku.

" Masih sedih juga? " Tanya Ayah yang memperhatikan aku dari kaca atas tengah mobil.

" Iya Yah " Jawabku

" Sudah jangan sedih lagi, kan kita masih bisa bersama dengan warga yang lama dan kamu masih bisa sama-sama dengan teman-temanmu di sana " Ucap Ayah menenangkan

Mendengar hal itu aku rasa Ayah ada benarnya juga, aku pindah tidak sendiri tapi juga bersama teman-temanku jadi mengapa aku terus saja bersedih. Aku berusaha mengembalikan semangatku seperti tadi agar Ayah dan Ibu tidak mengkhawatirkan Aku.

Perjalanan kami cukup jauh kami melewati beberapa desa lain, namun mataku tak henti melihat banyaknya pepohonan disepanjang perjalanan kami. Kini aku mulai merasa tidak nyaman saat mobil paman mulai memasuki desa yang akan aku dan keluargaku tinggali nanti.

Aku merasa mulai pusing dan mual saat melihat darah yang berceceran di atas batu besar dibawah pohon yang sangat rindang yang kami lewati tadi. Aku tak mengerti mengapa keluargaku yang lain tidak merasakan hal sama seperti diriku, apa hanya aku saja tadi yang melihat darah itu.

Tapi tadi sangat jelas sekali dan aku pikir Ayah juga melihatnya karena Ayah sama halnya denganku sedari tadi melihat kearah luar kaca mobil tapi pikiranku salah ternyata Ayah tidak bisa melihatnya.

" Ayah, Apa Ayah melihat ada darah berceceran di atas batu besar yang baru saja kita lewati tadi? " Tanyaku pada Ayah

" Tidak Maura, Ayah tidak melihatnya. " Jawab Ayah

" Beneran, yah? tapi tadi Maura melihatnya. " Ucapku merasa yakin dengan penglihatanku

" Ibu rasa kamu lelah dan merasa pusing, Maura. Mangkanya berhalusinasi seperti itu " Sahut Ibu

Karena mendengar perkataan Ibu aku hanya terdiam, tapi aku yakin sekali kalau aku tidak sedang berhalusinasi dan aku yakin kalau aku benar-benar melihatnya tadi.

Aku membuang semua pikiran negatif ku dan aku tidak ingin ambil pusing dengan apa yang aku lihat tadi, aku berusaha memejamkan mataku agar aku bisa istirahat dan berharap rasa pusingku hilang.

Baru 10 menit aku tertidur Ibu membangunkan aku karena sudah sampai di desa pindahan kami, warga lama yang tak begitu jauh tinggal dari desa tersebut menyebutnya dengan nama Desa Way Rimba.

Aku membuka kedua mataku dengan  perlahan namun rasanya sangat berat seperti ada tangan yang menahannya, aku berusaha untuk tetap membuka mataku dan akhirnya aku pun berhasil melakukannya. Betapa terkejutnya Aku saat melihat di sampingku bukan lagi Ibuku, tapi sosok hitam berambut sangat panjang yang berantakan dan matanya yang merah, terlihat lendir menjijikan keluar dari mulutnya.

" Aaarrgghhh... " Aku berteriak sekuat tenagaku dan langsung turun dari mobil milik paman, tapi keluargaku memandangku terkejut dan khawatir karena aku berteriak dengan sangat kencang.

" Ada apa Maura? " Ayahku memelukku saat aku berlari kearahnya.

" Ayah aku takut " Ucapku dengan begitu ketakutan

" Kamu kenapa, ada apa Maura? " Ucap Ibu mendekatiku

" Itu, didalam mobil ada hantu Bu." Ucapku dengan suara dan wajah ketakutan. Kakakku mengecek isi dalam mobil paman namun ia tidak melihat dan menemukan apapun di sana.

" Tidak ada apa-apa disini " Ucap kakak dengan santainya

" Tapi tadi ada, Yah. Sungguh aku tidak berbohong, Yah, Bu! " Ucapku berusaha meyakinkan mereka dengan apa yang aku lihat tadi.

" Sudah-sudah tidak ada apa-apa, Sayang." Ucap Ayah menenangkan aku seraya mengelus kepalaku.

Visual Tokoh

Prilly Latuconsina Sebagai Maura Liona

Terpopuler

Comments

A⃠u⃠r⃠a⃠ Ⓠ︎Ⓡ︎Ⓕ︎

A⃠u⃠r⃠a⃠ Ⓠ︎Ⓡ︎Ⓕ︎

maaf baru mampir kk,baru part pertama tp udah bikin bulu kuduk ku merinding hehe

2021-12-10

0

MamiihLita

MamiihLita

koq prilly visualnya thor...

2021-05-15

0

Eka Wati

Eka Wati

🤗

2021-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!