Hari ini Delia sudah mulai masuk sekolah, keadaaan kakinya sudah membaik. Ia bangun lebih pagi dari kemarin agar bisa memasak untuk sarapan, bekal, dan makan nanti malam.
Sepertinya hari-hari berikutnya akan seperti ini seterusnya, dan ia merasa menyukainya. Ia merasa beban yang selama ini ia rasakan dalam hatinya sedikit hilang.
Memang dulu Eva yang memasak untuknya, tapi tak lebih hanya sekedar tahu dan tempe yang di sisakan untuknya.
Ketika tangannya baru menyentuh kulkas, perkataan Ariel terngiang di pikirannya.
Ternyata ada benarnya, setidaknya lemari pendingin itu bermanfaat baginya. Menyimpan belanjaannya yang kemarin ia beli dari tukang sayur yang lewat depan rumahnya pada sore hari.
"Kenapa pikiranku malah tertuju ke sana." Delia menyadari akan hal itu.
Ia kemudian mulai berkutat di dapur, bukan masakan mewah yang akan ia buat. Sekedar menggoreng ikan, dan sayur sop yang ia tambahi beberapa butir bakso. Tidak lupa juga sambal terasi yang menjadi pelengkap masakannya.
Setelah selesai, ia segera membersihkan diri.
Tidak butuh waktu lama Delia sudah rapi dengan seragam sekolahnya, kini waktunya ia untuk sarapan.
Sembari menghabiskan sarapan, Delia juga mengotak atik ponselnya. Ia memesan ojek online karena tempat tinggalnya sekarang berjarak cukup jauh dari sekolah.
*
*
Dari kejauhan sepertinya ia melihat Dandi yang duduk di warung depan sekolahnya. "Pak, nanti berhentinya di samping sekolah saja ya." pintanya pada ojek online.
"Siap Neng."
Hingga kemudian, ojek yang membawa Delia membelokkan motornya di samping sekolah. Yang membuat Dandi tidak bisa melihatnya karena terhalang tembok tinggi.
"Terima kasih, Pak." Delia memberikan ongkos yang sesuai dengan aplikasi.
"Iya, Neng." Lalu tukang ojek itu melihat ke sekitar dan tidak ada pintu selain tembok. "Loh, terus masuknya gimana?" Ia merasa heran.
Delia tersenyum tipis. "Nggak gimana gimana Pak."
Ia lalu mundur beberapa langkah dari tembok untuk mengambil ancang-ancang, di kira posisinya sudah pas Delia berlari kemudian melompat.
Tangannya berpegangan pada bangunan tembok paling atas yang berhasil ia gapai, di detik berikutnya ia mulai memanjat hingga atas tembok.
Dan ia berhasil masuk kedalam sekolah tanpa susah payah.
Tukang ojek yang masih belum pergi, hanya bisa menggelengkan kepala. Di zaman sekarang siswi dan siswa sepertinya tidak ada bedanya.
"Menghindari Bang Dandi?" Adi yang baru saja keluar dari mobil dan mengetahui kelakuan sahabatnya.
"Kamu tahu ada Kak Dandi?"
"Hmm... mulai dari kemarin dia ada di depan sekolah, aku mau memberitahumu tapi lupa." ujar Adi sembari tertawa. "Makannya aku tidak jadi main, takut kalau Bang Dandi ngikutin."
Delia menghela nafasnya berat, sepertinya semuanya belum berakhir.
Makannya ia lebih memilih menghindar bertemu Dandi, bukannya ia takut. Tapi situasinya di depan sekolah, dan ia tidak mau membuat keributan.
"Apa masalahnya sangat berat?" Adi bertanya sembari mereka berjalan menuju kelas.
"Aku rasanya sudah lelah Di... dimana aku yang selalu berjuang dan mereka tidak pernah menganggapnya. Padahal aku sudah menganggap mereka seperti keluarga sejak Ibu menikah dengan ayah, tapi nyatanya mereka tidak menganggap aku seperti keluarga."
"Jadi kamu sekarang memutuskan benar-benar pergi?"
"Iya, dan rasanya itu tidak terlalu buruk." Delia tersenyum seolah ia baik baik saja.
Bruk.
Lira yang menabrak Adi, bahkan gadis itu sepertinya nyaman berdekatan dengan Adi.
Delia yang melihat itu tersenyum miring, ia tau jika Lira sengaja menabrakkan dirinya pada sahabatnya. Tapi ia tidak mau ikut campur. "Di... aku masuk duluan ya." Delia pergi dari sana. Membiarkan sepasang anak manusia itu berdua.
"De ...!" Adi memanggil Delia, tapi sahabatnya itu terus saja berjalan pergi.
"Ehm ... Di, maaf ya aku nggak sengaja." Lira menarik diri. Ia memasang wajah menyesal.
"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati." Adi mengingatkan.
*
*
Di saat jam pulang, Delia harus memikirkan bagaimana caranya ia sampai ke bengkel tanpa ketahuan Dandi. Jarak sekolah dan bengkel tidak terlalu jauh, jadi sayang jika harus memesan ojek.
"De... kamu bareng aku aja." kata Adi.
Delia mempertimbangkan sejenak, sepertinya itu bukan ide yang buruk. "Ok."
Lira yang mendengarnya seketika tangannya mengepal. "Ehm ... Di apa aku boleh bareng pulangnya?"
Mendengar itu alis Adi saling bertautan karena merasa bingung. "Kamu bawa mobil kan?"
Tentu saja pertanyaan Adi membuatnya gugup. "Ban mobil aku sepertinya kempes, dan lupa nggak bawa pompa atau serep."
"Tapi sepertinya rumah kita tidak searah Lira!" Adi berujar. "Dan aku sedang ada urusan, jadi ... sorry."
Delia mendengarkannya dalam diam.
Lira hanya bisa tersenyum yang ia paksakan. "Nggak apa-apa Di ..." Sepertinya kali ini ia harus merelakan pujaan hatinya pulang dengan rivalnya.
Adi menoleh kepada Delia. "Ayo De ..." Kemudian ia beranjak dari sana di ikuti Delia yang berjalan di belakangnya.
"Aduh ... kasian banget yang di kacangin." Jeni sepertinya menjadi pemanas hati sahabatnya.
"Diam Lah!" Lira merasakan hatinya begitu kesal. Awas aja kalau lain kali mereka pulang bareng lagi."
Mendengar itu Jeni hanya bisa tertawa.
Di parkiran Delia segera membuka pintu belakang mobil Adi, dan masuk.
"Hei ... aku bukan supir!" Adi tidak Terima di balik kemudi.
"Lagian siapa yang bilang supir Di? Kalau aku di depan nanti Kak Dandi tau." Delia bisa melihat sosok Dandi masih berada di tempat yang sama seperti tadi pagi.
Adi mendengus.
Tapi akhirnya Adi tetap melajukan mobilnya keluar dari area sekolah tanpa sepengetahuan Dandi.
*
*
"Nanti pulang kerja aja aku main ke rumah kamu." ujar Adi ketika mereka sudah sampai di depan bengkel.
"Oke." sahut Delia kemudian turun dari mobil.
"Tumben bareng Adi?" Ujang melihat kedatangan Delia.
"Sesekali Kang." Ia terkekeh lalu pergi ke ruang ganti.
"Sudah sembuh Nak?" Arsyad menghampiri Delia begitu keluar dari ruang ganti.
"Sudah Pak." Delia menjawab. "Maaf liburnya kelamaan." Delia merasa tidak enak. Karena seharusnya ia libur sehari, gara-gara membersihkan kontrakan ia harus libur kembali.
"Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat." Arsyad tidak mempermasalahkan. "Ya sudah, kamu kerjanya hati-hati."
"Iya Pak." Delia lalu memulai pekerjaannya.
Bengkel yang selalu ramai pengunjung karena sudah menjadi pelanggan. Mereka puas dengan montir yang bekerja di sana.
Delia mengusap keringatnya ketika rasa lelah sudah mulai mendera, ia sesekali juga meneguk air dingin dari dispenser.
Cuaca hari ini memang sangat panas, padahal hari sudah mulai beranjak malam. Tapi sisa udara panas siang tadi masih begitu terasa.
"Nak ..." Arsyad menghampiri Delia yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
"Iya Pak." Delia menoleh.
"Ada pelanggan yang mau mobilnya di perbaiki oleh kamu, katanya ia sudah pernah kesini dan kamu yang menangani. Jadi hari ini ia mau kamu lagi yang memperbaiki mobilnya." Arsyad menyampaikan keinginan pelanggan nya. Ia menunjukkan di mana pelanggan itu duduk.
Delia mengikuti arah pandang Arsyad, dan betapa terkejut nya jika pelanggan yang di maksud adalah Ariel. Pria itu bahkan sedang tersenyum padanya. "Astaga... "
...----------------...
...Nih Om Om modusnya banyak banget 😂...
...Seperti biasa guys, jangan lupa dukungannya 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
Ariel dah kyak om om nresahkn aja ya 🤣🤣🤣
2023-03-26
2
Talnis Marsy
namaya juga pdkt
2023-03-25
1
Fadiylah19
astaga nih om om satu,,tak kirain eps ini om aril g bakal muncul eh ternyata diakhir malah nyengir 😅😅😅😅🤭
2023-03-25
2