...Buat kalian yang baru mampir, biar nggak bingung siapa Ariel? Kalian bisa baca novel Othor "KAWIN GANTUNG DENGAN KETOS dan KU KEJAR CINTAMU"...
...----------------...
"Kamu masih ingat rumah?" Eva menatap tajam begitu putri tirinya itu memasuki rumah kecil mereka.
Eva adalah Ibu tiri Delia, yang di nikahi ayahnya setelah lima tahun ibunya meninggal. Dia seorang janda dengan satu anak yang bernama Dandi.
Awal pernikahan dengan ayahnya keadaan mereka masih baik-baik saja, bisa di bilang mereka seperti keluarga normal pada umumnya. Namun di saat Delia menginjak umur 13 tahun semuanya berubah.
"Tadi di bengkel ada banyak mobil yang masuk," Delia menjawab sembari berjalan ke arah kamarnya.
"Kamu nggak usah bohongi Ibu, tadi Kakak kamu bilang bengkel tutup seperti biasanya."
Ucapan Eva membuat langkah Delia berhenti di ambang pintu kamarnya.
Ia menoleh ke arah Dandi yang tersenyum miring, ternyata lagi-lagi Kakaknya itu membuat ulah.
Tidak jarang Dandi mengadu pada Eva yang tidak-tidak tentang dirinya, dan itu membuat Eva semakin membencinya.
"Dan Ibu percaya?" Delia memandang Eva sekilas, kemudian masuk dalam kamarnya.
Ia melemparkan tas nya ke lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya pada kasur lantai yang sudah tidak empuk lagi keadaanya.
Delia mencoba memejamkan mata, meski rasanya sulit. Karena selain perutnya yang terasa lapar, dari luar kamarnya juga terdengar Eva yang sedang mengomel.
Sebenarnya tidak jarang Dandi juga terkena amukan dari Eva, itu semua di sebabkan oleh Dandi yang tidak mau bekerja.
Pemuda itu hanya tau makan, tidur dan meminta uang saja.
Sehingga tidak sering uang yang di berikan Delia untuk Eva tidak cukup untuk biaya makan mereka bertiga.
Tapi bagaimanapun Dandi adalah anak kandung Eva, jadi meskipun Eva sedang marah dengan putranya itu hanya sementara. Sedangkan dirinya?
*
*
Keadaan sudah larut malam, dan keadaan benar-benar sepi. Sepertinya semua orang sudah terlelap dalam mimpi indah mereka.
Delia membawa baju ganti yang ia ambil dari lemarinya, ia akan membersihkan diri. Tidak peduli dinginnya air di malam hari, yang penting tubuhnya tidak lengket dengan keringat.
Tidak butuh waktu lama, ia sudah selesai dengan ritual mandinya. Dan sekarang waktunya ia mengisi perutnya yang sedari tadi terus berbunyi.
Penutup saji ia buka, dan terlihat di sana ada sedikit nasi yang sudah sedikit mengering juga dua potong tempe goreng.
Tidak ada alasan untuk Delia tidak memakannya, bukankah ini juga sering ia alami! Jadi rasanya sudah tidak heran lagi. Asalkan masih bisa ia telan dan mengenyangkan perutnya kenapa tidak.
Tersiksa?
Tentu saja ia pernah merasakan itu, karena bukan sehari dua hari ia rasakan. Namun sudah bertahun-tahun ia rasakan dalam keadaan seperti ini.
"Akhirnya bisa tidur." Delia menaruh piring bekas makannya yang sudah ia cuci.
"Mudah-mudahan hari esok akan lebih baik dari pada hari ini." Harapan sederhana yang selalu Delia ucapkan sebelum tidur.
Hingga kemudian ia mulai memejamkan mata, untuk memulai mengarungi mimpi yang mungkin lebih indah dari pada kehidupan nyata.
*
*
Matahari sudah begitu terik, namun seorang laki-laki masih tertidur dengan pulas nya.
Matanya seakan enggan untuk terbuka, setelah ia menikmati kesenangannya semalam.
Suara dering ponselnya berbunyi nyaring di kamar hotel itu, dan sang pemilik mulai terganggu.
"Astaga... siapa yang pagi-pagi begini berani menggangguku?" Tapi tangannya tak urung juga menggapai ponselnya yang berada di atas nakas.
Matanya membola begitu mengetahui siapa yang menghubunginya, panggilan video dari nomor telepon Raka. Yang kemungkinan besar adalah si pengganggu kecil.
"Om Ariel.... " Suara anak kecil terdengar nyaring begitu Ariel mengangkatnya, wajah cantik segera mendominasi di layar ponselnya.
"Ya ampun... kenapa dia mirip sekali dengan ibunya!" Ariel menggumam kesal. "Apa kamu tidak sekolah? Pagi-pagi sudah menganggu orang tidur!"
"Ini sudah siang, Om. Sekolah Alma hari ini sedang libur, gurunya ada rapat katanya." Celoteh gadis kecil berusia lima tahun itu dari seberang sana.
Ariel menoleh ke arah jendela kamar hotelnya dan sinar matahari memang sudah terang benderang.
Mata bulat Alma mengerjab beberapa kali, ia baru menyadari sesuatu. "Om Ariel tidak pakai baju?" katanya kemudian.
Dan setelah itu wajah Alma tergantikan oleh wajah Raka yang langsung mengambil ponsel dari putrinya. "Kau jangan meracuni penglihatan putriku!"
Ariel mendengus. "Nanti Alma kalau sudah besar juga akan melihatnya." Membuat Raka menatapnya tajam.
"Papa... kenapa?" Alma heran melihat Raka.
Jelas saja ekspresi Raka seketika berubah, ia tersenyum dan mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Tidak apa-apa." katanya. "Om Ariel sebentar lagi mau bekerja," ia memberikan pengertian.
"Ok," sahut Alma. "Oh ya, Om Ariel masih di Bandung? Nanti kalau pulang Alma mau oleh-oleh."
Ariel mendengar percakapan anak dan ayah itu memutar bola matanya malas. "Aku sudah dengar!" Begitu ia melihat Raka ingin mengatakan sesuatu.
"Ya sudah." Setelah itu Raka memutus panggilannya.
"Dasar!" Ariel tidak percaya, jika sahabatnya itu ternyata masih saja datar. Dia akan berubah ramah jika dengan anak dan istrinya saja, ah... dan juga pada pasiennya.
"Kenapa pengganggu kecil itu tau saja jika aku sedang di luar kota! Kenapa kebiasaannya mulai dari dalam perut ibunya sampai sekarang tidak bisa hilang."
Ariel terus menggerutu.
*
*
Malam sudah tiba, setelah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya di Bandung Ariel menuju club malam seperti kemarin.
Selain dia terkenal sebagai pemimpin perusahaan yang hebat, ia juga terkenal sebagai sang Casanova. Penakluk para wanita.
Bahkan ia tidak perlu susah payah untuk mengejar seorang wanita, karena para wanita itu sendiri yang akan datang padanya.
"Pak!" Arga sang asisten memanggil begitu Ariel akan memasuki club.
Ariel menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Arga.
"Lebih baik Bapak menjauhi wanita semalam, karena dia milik penguasa daerah ini." Pria berusia 25tahun itu mengingatkan. Sebagai sang asisten tentu ia harus tau seluk beluk siapa saja yang dekat dengan bos nya.
Tapi Ariel hanya tersenyum tipis. "Kembalilah dulu ke Jakarta, dan jangan lupa bawa hadiah untuk pengganggu kecil itu. Besok pagi aku baru kembali." Ia lalu berjalan masuk.
"Kenapa jika di luar jam kantor dia keras kepala sekali." Arga kemudian pergi dari sana.
Di dalam club Ariel mulai menikmati kesenangannya, di ruang VIP yang sudah di temani beberapa botol minuman keras juga tak lupa beberapa wanita cantik.
Klek.
Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok wanita cantik dengan gaun kurang bahan. "Maaf sayang, aku terlambat." Wanita yang di maksud Arga itu datang.
Ia segera menghampiri Ariel, lalu duduk di pangkuannya. "Tadi aku ada urusan sebentar." katanya manja, ia bahkan mulai menggoda.
"It's ok," Ariel sendiri tidak mempermasalahkan nya. Karena baginya para wanita yang pernah ia tiduri hanya untuk kesenangan sesaat, apalagi ia juga tidak pernah memaksanya. Ia melakukannya atas dasar suka sama suka.
Sedangkan sang wanita ingin menggoda Ariel karena ia tau jika dia adalah pengusaha sukses, apalagi Ariel orang bebas yang kemanapun ia pergi tanpa ada pengawal yang menjaganya. Jadi mungkin ia bisa memikatnya tanpa tau siapa dirinya, apalagi Ariel tentunya lebih tampan dari kekasihnya.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, terlihat Ariel dan wanita itu sudah di pengaruhi oleh minuman keras.
"Lebih baik kita ke atas," ajak sang wanita. Ia akan memulai malam panas mereka.
"Apa kamu sudah tidak sabar?" Ariel kemudian berdiri, dan beranjak dari sana. Setelah memberikan beberapa lembar uang pada wanita yang tadi menemaninya lebih dahulu.
Saat berjalan menuju kamar yang ada di club, beberapa orang tiba-tiba menghadangnya.
"Berani sekali kau!" geram salah satu dari mereka.
Wanita yang bersama Ariel, seketika menajamkan pandangannya. Disaat ia mengenali suara itu. Dan matanya segera membulat, saat apa yang di khawatirkan itu benar. Yaitu kekasihnya yang sekarang sedang menatapnya tajam.
"Kalian siapa?" Ariel merasa tidak mengenali mereka, namun ia merasakan jika tubuh wanita yang ia rangkul tiba-tiba gemetaran. Ia melihat wajah cantik itu sekarang memucat.
"Ah... apa kau kekasihnya?" Ariel teringat ucapan Arga.
Wanita itupun langsung menoleh ke arah Ariel. "Kamu tau?" ia tidak menyangka.
Ariel hanya tersenyum tipis.
Dan di detik berikutnya perkelahian pun terjadi, Ariel yang sendirian berusaha keras untuk mengalahkan mereka semua. Tetapi, ia sudah menumbangkan beberapa tapi selalu datang lagi yang lainnya.
"Si"l, kalian beraninya keroyokan." Ariel mulai kewalahan, apalagi efek alkohol yang semakin lama membuat pandangannya mengabur. Dan ia juga mulai terkena pukulan beberapa kali.
Akhirnya ia memilih untuk lari keluar dari club, di rasa tenaganya sudah tidak sanggup lagi.
Di jalanan yang memang sudah sepi, Ariel sesekali menoleh ke arah belakang. Rupanya beberapa orang masih mengejarnya.
Karena ia tidak fokus pada jalanan, dirinya hampir saja tertabrak mobil yang melintas. Untung sang pengemudi dengan cepat menginjak pedal rem nya.
Kesempatan itu di gunakan Ariel untuk meminta tolong kepada sang pengemudi. "Hei... tolong aku!" Ia menggedor kaca mobil itu.
Sedangkan pemilik mobil masih belum mengerti dengan situasi yang di alami Ariel.
"Hei... bantu aku, aku sedang di kejar preman." ucap Ariel lagi.
Hingga kemudian pintu mobil itu terbuka, dan Ariel segera masuk. "Terima kasih," katanya. "Lebih baik kita pergi sekarang."
Tapi sebelum mobil itu melaju, orang-orang yang mengejarnya sudah menghadang mobil itu.
Terlihat salah satu dari mereka mengambil sebongkah batu dan siap di lemparkan ke arah mobil karena Ariel tak kunjung turun.
Benar saja, kaca mobil itu seketika retak parah setelah di hantam oleh batu.
Si pemilik mobil menghembuskan nafasnya kasar.
"Hei... kamu mau kemana?" Ariel melihat pemilik mobil bersiap keluar.
"Keluar!"
"Kamu tidak akan bisa menghadapinya, mereka banyak. Dan kamu sendiri." Ariel mencegah. "Perempuan juga," imbuhnya.
Meskipun Ariel tidak bisa melihat wajahnya karena memakai masker, tapi karena ia ahli dalam urusan wanita. Tentu ia akan mengetahui hanya dari melihat gestur tubuhnya.
Ariel langsung mendapat tatapan tajam darinya, tapi ia tetap turun karena kesal kaca mobilnya telah remuk oleh preman itu.
...----------------...
...Bang Ariel ada-ada aja kelakuannya, nggak bisa lihat yang bening-bening 😁....
...Seperti biasanya, jangan lupa dukungannya 🙏🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
iy ariel ini temennya nathan kan
2023-11-05
2
Puspita Dewi
lah si Almira msh nempel sm om Ariel
2023-03-17
1
мєσωzα
makasih dah diingetin thor.. suka lupa siapa-siapanya, saking banyaknya baca cerita 😅
2023-03-16
1