Dentuman musik begitu memekakkan telinga, tapi itu justru membuat semua orang semakin semangat untuk menikmatinya, Laki-laki dan perempuan semuanya berbaur menjadi satu.
Semua menari mengikuti alunan musik, mencari kesenangan yang tidak mereka dapatkan di luar sana.
Club malam yang berada di tengah kota itu menjadi ajang berkumpul nya muda mudi, dan setiap harinya memang selalu ramai.
Tidak terkecuali Joana, namun ia hanya duduk di kursi sembari menikmati minuman yang berwarna putih di tangannya.
Ia yang akhir-akhir ini di temani sang asisten.
"Tumben akhir-akhir ini nggak lihat Ariel? Kalian sudah putus?" tanya asistennya yang bernama Ike.
Joana hanya diam sembari menikmati minumannya yang ia tenggak secara perlahan.
Putus?
Bahkan ia tidak tau hubungan seperti apa dengan Ariel, karena selama ini hubungan itu terjalin begitu saja karena ia yang terus mendekat kepada pria itu.
Dan hingga semua orang yang berasumsi jika mereka mempunyai hubungan.
"Apa kalian sedang bertengkar?" Ike bertanya kembali.
"Tidak." jawab Joana. "Ia memang sekarang sulit untuk di ajak keluar, setelah keluarganya datang."
Joana sudah menghubungi beberapa kali namun tidak di angkat oleh Ariel.
"Keluarganya datang?"
"Hmm... "
"Kalau Ariel sulit di ajak keluar, kenapa tidak kamu yang datang. Hitung-hitung pendekatan dengan calon mertua." Ike memberikan ide.
Joana terdiam, hingga kemudian ia tersenyum. "Benar juga, apa jadwalku beberapa hari ke depan padat?"
"Tidak terlalu, hanya beberapa pemotretan. Tapi dua minggu lagi kita akan terbang ke Singapura untuk peragaan busana."
"Ok kalau begitu." Joana mulai menyusun rencana untuk mendekati orang tua Ariel.
*
*
"Ini anak laki jam segini belum bangun!" Rima tak melihat keberadaan putranya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Biar sajalah, Mih. Mumpung hari ini dia libur." ujar Bastian. "Apa dia semalam pulang ke rumah?"
"Kata Bibi semalam jam sebelas sudah pulang."
"Berarti itu kemajuan." Bastian terkekeh.
"Iya, Pih. Untung aja Mami jual apartemennya." Rima tertawa mengingat rencananya.
"Untung saja anak kamu nggak kepikiran beli apartemen lagi."
"Kalau beli lagi, Mami pecat jadi anak Pih. Dulu kan Mami beliin boleh tidur sana kalau hari sabtu aja, eh... malah jadi keterusan."
"Namanya juga anak muda."
"Anak kita itu sudah tua, lagian kalau cuma buat tidur sendiri tidak apa. Lah... anak Papi suka bawa perempuan, kalau Ariel belum sunat mau Mami sunat lagi itu otong."
"Mami kejam banget... " Ariel tiba-tiba datang menghampiri. Ia mendengar percakapan kedua orang tuanya.
"Biar saja, biar kamu nggak bisa celup sana sini." sahut Rima.
"Apaan sih, Ariel udah nggak gitu lagi." Ariel membela diri.
"Iya, baru tiga minggu. Itu juga ada Papi sama Mami kalau nggak ya pasti masih berlanjut."
"Nggak Mih --" Ariel tidak meneruskan ucapannya begitu melihat Bastian memberi kode untuk diam.
Karena Bastian tau istrinya tidak akan berhenti jika Ariel terus menyahuti nya.
"Makannya kamu itu segera cari pasangan, biar ada kesibukan ngapelin perempuan. Asal nggak kamu ajak ke hotel aja."
"Astaga, kalau ngomong suka bener." Ariel menggumam.
*
*
Sore harinya, Ariel sudah rapi. Ia berencana akan ke bengkel untuk mengambil mobilnya.
Padahal kemarin Delia sudah mengatakan jika akan selesai malam hari.
"Kamu mau kemana?" Rima melihat putranya akan pergi.
"Mau ambil mobil Mih."
"Nggak mau makan malam di rumah dulu?"
"Nggak usah, nanti makan di jalan aja."
"Ya sudah kalau begitu."
Tapi baru saja Ariel keluar dari teras rumahnya, satpam terlihat ada mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya. Dan ia tau siapa pemilik mobil itu.
Joana tersenyum ketika keluar dari mobil nya. "Sayang... kamu mau pergi?"
"Kenapa dia datang kemari?" gumam Ariel. "Kamu tidak telepon dulu sebelum datang kemari?"
"Aku ingin memberi kejutan." Joana beralasan. "Dan ingin bertemu orang tua kamu."
Ariel mengerutkan dahi merasa heran. "Untuk apa?"
"Iya ingin mengambil hati kedua orang tua kamu." Jawab Joana.
Ariel memutar bola matanya malas.
"Kamu belum berangkat?" Rima berjalan dari dalam rumah, karena mendengar suara putranya. "Loh, ada tamu?"
"Iya, Tante. Kebetulan tadi lewat jadi sekalian mampir." Joana yang langsung mendekati Rima. "Ini oleh-oleh buat Tante." Joana memberikan satu parcel buah.
"Seharusnya tidak usah repot-repot." Rima mau tidak mau menerima apa yang di bawakan Joana.
Karena kedatangan Joana, akhirnya membuat Ariel menunda kepergiannya.
*
*
"Mau kemana?" Eva melihat putri tirinya bersiap pergi.
"Mau ke bengkel Bu."
"Bukannya hari ini libur?"
"Iya, tapi mobil yang di kerjakan Delia belum selesai. Udah janji nanti malam selesai."
"Pasti yang punya mobil Om Om kan?" Dandi menyela.
Delia seketika melihat ke arah Kakak tirinya.
"Om Om apa maksud kamu?" tanya Eva.
"Kemarin Dandi lihat dia makan sama Om Om Bu."
Ternyata semalam Dandi melihat Delia dan Ariel yang makan bersama.
"Kamu mulai berani menggoda laki-laki?" Tentu saja apa yang di katakan Dandi di telan mentah-mentah oleh Eva.
Delia menarik nafasnya dalam-dalam, kenapa kakaknya itu suka sekali mengusik hidupnya. "Hanya kebetulan ketemu waktu Delia pulang Bu, lalu Delia di belikan makan. Nggak lebih."
"Bohong itu Bu." Dandi mengompori Eva.
"Kamu makan di luar enak-enak, lalu pergi dengan Om Om. Nggak sekalian aja kamu jual diri agar dapat uang banyak. Kita bisa hidup enak."
Delia mengepalkan tangannya erat, ia tidak menyangka jika Eva akan mengatakan itu padanya. "Ibu bisa bicara dengan Delia seperti itu?"
"Kenapa tidak, hidup kita ini susah. Jika hal itu bisa membuat kamu mendapatkan uang banyak dan bisa merubah keadaan kita ya lakukan saya." Eva yang tidak memperdulikan perasaan Delia.
"Bu... sesusah susahnya aku mencari uang, nggak bakalan Delia mau melakukan hal seperti itu." Setelah mengatakan itu Delia langsung pergi dari sana. Ia tidak mau kesabarannya habis dan melampiaskan nya kepada mereka.
*
*
Di bengkel pun, pikiran Delia rasanya berhamburan kemana-mana. Nyatanya ucapan Eva begitu menyayat hatinya.
Hingga terlihat tangannya yang terluka beberapa kali saat memperbaiki mobil Ariel.
Sedangkan di rumah, Ariel tak henti-hentinya melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Melihat Joana yang terus saja mengajak Rima mengobrol.
Padahal Joana baru setengah jam di rumahnya, namun itu sudah terasa sangat lama.
Ariel lalu berdiri, hingga membuat perhatian kedua wanita beda usia itu beralih padanya.
"Ariel mau pergi sekarang Mih." Ia tidak peduli dengan Joana yang masih mau berada di rumahnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Joana lembut.
"Mau ke bengkel ambil mobil."
"Aku saja yang antar."
"Tidak usah, aku dengan supir saja."
"Tapi--" Joana belum selesai bicara Ariel sudah pergi dari sana.
...----------------...
...Nah... Joana juga mepet terus... ...
...Ayo guys jangan lupa dukungannya ya 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
iss mulutnya 🙄
2023-11-05
0
Yanti Umi Nida
lanjut thor... ntu cewek gatel bed dah jd gregetanl
2023-03-15
1
Ani Nur
itu ma tiri dn KK tiri kasih azab thor scepaty duh pgen bget lhat skr2😂😂😂
2023-03-15
1