"Maaf Pak, hari ini Delia izin tidak masuk." Delia menelpon Arsyad begitu bel pulang sekolah berbunyi.
"Kamu sakit, Nak?" Arsyad bertanya dari seberang sana. Tentu saja ia khawatir tak biasanya Delia izin saat kerja.
"Hanya terkilir Pak, tadi saat olah raga."
"Ya sudah, kamu istirahat saja di rumah. Nanti Adi suruh antar pulang."
"Tidak usah Pak, Delia sudah pesan ojek." Bohongnya.
"Oh... ya sudah kalau begitu."
"Iya, Pak."
Dan percakapan pun berakhir.
"Telepon siapa?" Adi menghampiri meja Delia.
"Telepon Papa kamu." Delia bersiap untuk pulang.
"Jadi ijin?"
"Iya, satu hari."
"Tumben mau libur, biasanya juga ogah." Adi tau jika Delia pegawai teladan yang hampir tidak pernah bolos. Bukannya ia rajin, tapi ia tidak mau gajinya terpotong.
Delia memutar bola matanya malas.
Kalau saja kakinya tidak begitu nyeri seperti sekarang sudah pasti ia akan bekerja, namun sepertinya kali ini ia akan kesulitan bekerja jika memaksakan dengan keadaan kaki seperti ini.
"Ya udah ayok! Aku antar pulang?" ajak Adi.
"Aku udah pesan ojek Di... " Delia menolak.
"Ck." Adi berdecak mendengar itu. "Ya udah deh kalau gitu." Adi berniat pergi dari sana, namun kemudian ia urungkan. "Bisa nggak jalan kaki sampai gerbang?"
"Bisa."
Hingga kemudian Adi benar-benar pergi dari sana.
Setelah kepergian Adi, Lira dan Jeni melirik tajam ke arah Delia.
"Seneng banget deh cari perhatian." sindir Lira.
"Iya, sukanya tebar pesona melulu." Jeni menimpali.
Delia sebenarnya sadar siapa yang mereka maksud, tapi ia tidak memperdulikannya. Rasanya ia akan buang-buang waktu jika meladeninya.
Ia lalu berjalan perlahan untuk meninggalkan kelas.
"Tuh kan, nggak tau mau." Lira tak puas rasanya, tapi apa daya orang yang di maksud hanya lempeng lempeng saja.
Delia sudah sampai di depan gerbang, ia terus menatap layar ponselnya. Yang menunjukkan aplikasi pesan ojek online, namun sedari tadi ia tidak mendapatkan driver.
Mungkin di jam sekolah ini yang membuatnya sulit untuk mendapatkannya.
*
*
Ariel dari tadi pagi bergelut dengan pekerjaannya, ia berniat menyelesaikan pekerjaannya lebih awal hari ini. Hingga dapat di pastikan hari ini ia menjadi CEO teladan.
"Apa, pekerjaanku masih ada?" tanya nya sembari membubuhkan tandatangan nya di berkas terakhir.
"Sudah tidak ada Pak, pekerjaan hari ini sudah selesai." Arga memeriksa semua berkas yang di berikan oleh Ariel, memeriksanya kembali, siapa tau ada yang terlewat.
"Baiklah kalau begitu, hari ini aku akan pulang cepat." Ariel bersiap.
"Baik Pak."
Entah apa yang sebenarnya di alami oleh Bosnya itu, tapi ia merasa heran dengan sikapnya.
Ariel mengendarai mobilnya membelah kemacetan ibu kota yang tidak pernah sepi. Jalanan hampir sore itu ternyata cukup padat, hingga harus membuatnya sabar menunggu dalam berkendara.
Mulai kemarin tiba-tiba saja sosok Delia selalu hadir dalam ingatannya. Gadis SMA yang mulai akrab dengannya.
Mungkin ini semua hanya sebatas khawatir karena tangan gadis itu yang terluka.
Setelah beberapa saat, mobilnya berhenti tepat di depan bengkel Delia bekerja. Matanya mencari sosok gadis itu dari dalam mobil, namun hari ini Delia tidak terlihat. "Kenapa tidak ada? Apa belum datang?"
Ariel melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Ia menunggu beberapa saat, tapi gadis itu memang tidak terlihat sama sekali.
"Kemarin sepertinya baik-baik saja." Ariel menggumam.
Iya, ternyata kemarin diam-diam Ariel juga datang untuk melihat Delia. Dan gadis itu masih bisa bekerja dengan tangannya yang terluka, tapi hari ini?
"Ha.... " Ariel menghembuskan nafasnya kasar. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras. "Kenapa denganku ini? Aku rasanya seperti penguntit!" Ariel menyadari ada yang aneh pada dirinya.
Ia lalu melajukan mobilnya pergi dari sana.
*
*
Ariel menajamkan penglihatannya begitu ia melewati sekolah SMA, rasanya ia melihat Delia yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Dari raut wajahnya sepertinya gadis itu sedang gelisah.
Yang membuatnya segera menghentikan mobilnya.
Delia rupanya memang kurang beruntung hari ini, karena ia benar-benar tidak mendapatkan ojek.
Ia akhirnya mau tak mau harus berjalan kaki seperti biasanya.
Namun, baru saja ia menyebrang jalan ada klakson mobil yang memekakkan telinga nya. Saat ia menoleh, rupanya Ariel lah sang pemilik mobil.
Ariel keluar dari mobilnya, lalu menghampiri Delia. "Kaki kamu kenapa?" Ia melihat gadis itu berjalan sedikit tertatih.
"Om ngapain ada di sini?" Bukannya menjawab ia justru memberikan pertanyaan. "Jangan bilang Om--?"
"Apa!" Ariel segera memotong ocehan Delia. "Kamu di tanya bukannya jawab malah balik tanya."
"Karena Om mencurigakan, akhir-akhir ini sering muncul tiba-tiba."
"Memangnya aku hantu apa?" Ariel bersungut-sungut.
"Mungkin." Delia menggumam.
"Kaki kamu kenapa?" Ariel kembali bertanya.
"Oh... ini tadi terkilir pas olah raga." jawab Delia. "Ya sudah kalau begitu aku mau pulang."
"Hei... tunggu! Biar aku antar." Ariel mencegah Delia.
"Tidak usah."
"Kaki kamu akan bertambah sakit jika berjalan jauh." Ariel menggapai tangan Delia lalu menariknya.
"Nggak usah Om, aku masih bisa pulang sendiri."
"Diam lah, kenapa kamu keras kepala." Ariel berhasil memasukkan Delia ke dalam mobil.
"Astaga, kenapa dia suka sekali memaksa." ujar Delia.
*
*
"Apa sudah di obati?" Ariel melirik kale arah kaki Delia yang terkilir.
Mereka sudah dalam perjalan menuju pulang.
"Susah tadi di UKS."
"Kenapa kamu suka sekali cidera?"
Delia mendengus. "Mana ada orang yang suka cidera, kalau saja tau lebih awal akan cidera sudah pasti akan di hindari."
"Tapi buktinya kamu itu, beberapa hari yang lalu di tangan. Dan hari ini di kaki."
Delia heran, kenapa pria ini tiba-tiba sangat cerewet.
"Kenapa diam saja?" tanya Ariel.
"Om berisik!" ketus Deli. Membuat Ariel mendelik.
"Kamu itu!" Ariel rasanya kesal dan gemas sekali dengan gadis yang duduk di sampingnya ini. "Oh iya, kita sudah bertemu beberapa kali. Apa kamu tidak mau tanya namaku?"
"Sudah tau."
"Benarkah!" Ariel merasa heran, padahal ia belum pernah menyebutkan namanya.
"Om Ariel kan!" kata Delia. "Gadis kecil waktu itukan sudah pernah bilang."
Ariel berpikir sejenak, tentu saja gadis kecil yang di maksud Delia adalah Alma. Siapa lagi yang pernah pergi dengannya selain Alma.
"Kamu juga tidak tanya, kenapa aku tau nama kamu?"
"Tidak." jawab Delia cepat. "Karena semua orang yang datang ke bengkel sudah pasti tau nama aku."
Tentu saja, karena memang dia perempuan satu-satunya yang bekerja di bengkel. Jadi membuat semua orang yang pernah datang ke bengkel mudah mengingatnya.
"Percaya diri sekali." Ariel mencibir.
"Bukan percaya diri, tapi memang kenyataannya begitu." sahut Delia.
...----------------...
...Om Ariel kayang Emak Emak 😁...
...Seperti biasa guys, jangan lupa dukungannya🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
SakhaRafif
upnya yg byk dong hihihihihihi...
2023-03-19
1
💞 NYAK ZEE 💞
Agi sensus ya om, banyak kali pertanyaannya.....
2023-03-19
1
Yeni Suhaeti
lanjut
2023-03-19
1