Sepulang sekolah Delia seperti biasa, ia menuju bengkel tempatnya bekerja.
Sesampainya di bengkel, ia langsung di hampiri Ujang. "De... ada nasi bungkus di ruang ganti, kamu makan dulu."
"Nasi siapa Kang?"
"Ya nasi buat kamu, tadi Pak Arsyad beli nasi bungkus untuk kita semua. Jatah kamu aku taruh di ruang ganti."
"Iya, Kang. Kalau begitu sekalian Delia taruh tas."
Setelah di ruang ganti, memang benar ada nasi bungkus yang lengkap dengan piring juga sendok.
Delia tersenyum melihat itu, nyatanya orang-orang di bengkel memang sudah seperti keluarga baginya. Dan jarang-jarang ia makan nasi di sore hari.
"Wah... nasi pecel sama ayam." Makanan sederhana tapi begitu mewah untuk Delia.
Tidak menunggu lama ia segera menyantapnya, mungkin hari ini lambungnya akan merasa bahagia.
Setelah menyelesaikan urusan makannya, rupanya Ujang langsung menghampiri nya begitu ia keluar dari ruang ganti.
Ternyata ada mobil yang baru saja masuk ke bengkel, dan tidak ada montir yang bisa mengerjakannya karena sudah ada pekerjaannya masing-masing.
Dan Ariel yang bersama Alma sang pemilik mobil tersebut. Sekilas Delia seperti pernah melihatnya, tapi entah di mana.
Delia mulai melihat keadaan mobil milik Ariel, mencari sumber kerusakan pada mobil.
Sedangkan Ariel sendiri tidak melepaskan arah pandangnya terhadap Delia, dan matanya kemudian beralih pada tusuk rambut Delia yang nyatanya memang sama dengan yang di kenakan oleh gadis yang menolongnya waktu itu.
"Om... " Alma menarik ujung jas milik Ariel, hingga pria itu menoleh ke arahnya. "Kita tidak pulang?"
"Uhm... mungkin sebentar lagi." Ariel sebenarnya bisa saja menyuruh orang kantor untuk menjemputnya. Tapi ia rasanya berat jika harus pergi. "Kenapa?" Ia menatap mata Alma yang sedikit sayu. "Alma mengantuk?"
Dan Alma pun mengangguk.
"Ke Marilah!" Ariel lalu menggendong Alma, menyandarkan kepala gadis kecil itu pada bahunya. "Sekarang tidur lah."
Alma mengalungkan tangannya pada leher Ariel. "Tapi biasanya ada yang menepuk nepuk punggung Alma."
Ariel mencebik. "Apa begini?" Ia mulai menepuk pelan punggung Alma.
"Hm... " Alma menggumam dan matanya yang sayu perlahan mulai terpejam.
"Om..." Alma menggumam, namun matanya sudah terpejam.
"Hm... " sahut Ariel tanpa melepaskan pandangannya dari Delia.
"Aku mau dengar dongeng."
"Astaga!" gumamnya. "Om tidak bisa mendongeng."
Di detik berikutnya Alma mulai merengek, hingga membuat tatapan beberapa pelanggan lain menoleh ke arah mereka.
"Baiklah, baiklah." Ariel menyerah. "Dongeng semut dan gajah." Ariel mulai bercerita. "Semut dan gajah bertengkar, kemudian semut pun kalah berkelahi dan tamat."
Alma yang tadinya sudah diam, kini kembali merengek. "Bukan begitu Om." katanya. "Di buku dongeng Alma, gajah yang kalah."
Ariel mengerutkan dahi, kini fokusnya pada Alma. "Bagaimana bisa, gajah badannya lebih besar tentu saja menang. Bukumu pasti salah yang menulis." Ia yang memakai logika.
Yang kemudian membuat Alma menangis, hingga kini benar-benar semua perhatian orang-orang tertuju pada mereka. Tidak terkecuali Delia.
"Hei... diam lah." Ariel mulai kewalahan.
"Permisi." Delia menghampiri, membuat perhatian Ariel tertuju padanya. "Kendala utama pada mobilnya karena kehabisan oli." jelasnya.
"Apa?" Ariel tidak bisa mendengar karena tangisan Alma lebih mendominasi.
Delia menghembuskan nafasnya perlahan, ia lalu membuka maskernya. "Kendala utama pada mobilnya karena kehabisan oli." ulangnya.
Tapi kini Ariel malah terdiam dengan pandangannya yang terkunci pada wajah cantik Delia.
"Om Ariel nakal." Alma yang tidak mau berhenti menangis.
Delia lalu menoleh ke arah Alma. "Anak cantik kenapa menangis?" tanya nya lembut.
Alma menoleh ke arah Delia. "Om Ariel tidak mau membacakan dongeng." adunya sembari sesenggukan.
Suara Alma membuyarkan lamunan Ariel. "Hei... siapa yang tidak mau mendongeng, tadi Om sudah bacakan dongeng." Ia tidak terima, apalagi di depannya ada gadis cantik. Bisa hancur reputasi nya.
"Tapi tadi Om Ariel bilang semut yang kalah."
"Memang benar, semut yang kalah. Tidak mungkin gajah kalah." Hingga membuat Alma kembali menangis. Namun begitu Ariel masih tetap menggendongnya.
Delia menghembuskan nafasnya kasar melihat Ariel dan Alma yang justru mendebatkan gajah dan semut.
"Om punya hape?" Delia tanya pada Ariel.
"Ada, memangnya kenapa?" Ariel merasa heran. Apa mungkin gadis di depannya mau meminta nomernya? Bukankah biasanya laki-laki yang biasanya meminta nomer hape pada perempuan.
"Mana!" Delia menengadahkan tangannya.
Ariel tanpa banyak tanya langsung memberikan ponselnya.
Delia kemudian mengotak atiknya sebentar, lalu mengembalikannya lagi pada Ariel.
"Ada apa?" Ariel yang masih tidak mengerti kemudian melihat ponselnya yang menunjukkan sebuah cerita anak, semut dan gajah. Setelah ia membacanya dahinya berkerut, masih merasa aneh.
Karena di akhir cerita, ternyata memang semut yang menang. "Sejak kapan ceritanya berubah!" ia tertawa canggung.
Delia memutar bola matanya malas.
"Om... ayo kita pulang." Alma yang sudah tidak betah berada di sana. Selain memang cuaca yang panas, juga suara yang bising di timbulkan oleh alat-alat yang di gunakan montir memperbaiki mobil.
"Tapi mobilnya belum selesai." Ariel mencari alasan.
"Tidak apa kalau mobilnya ingin di tinggal, nanti tinggal kasih alamat sama nomer telepon saja. Kalau sudah selesai akan di hubungi." Sela Delia. Ia tidak tega melihat Alma yang sedari tadi terus merengek, tapi memang kebanyakan pelanggan yang membawa anak kecil selalu di tinggal karena tidak betah menunggu di bengkel.
"Tidak apa." Ariel masih berusaha bertahan.
Hingga kemudian ponselnya berdering dan menampilkan nama Meili di layar.
"Kakak bawa Alma kemana?" Begitu sambungan telepon terhubung. Meili sudah di kantor Ariel, namun tidak menemukan keduanya. Ia mendapat kabar dari Riska jika sedang keluar mencari makan, tapi beberapa saat menunggu belum juga kembali.
Ariel yang mendengar itu mendengus.
"Aku dan Alma di bengkel, mobilku mogok."
"Astaga... mobil mahal bisa mogok!"
"Semua mobil juga bisa mogok, Meili."
"Ya sudah, kakak kirim saja alamatnya aku akan segera ke sana."
Lalu panggilan berakhir.
"Dasar ibu-ibu." Ariel bersungut-sungut, lalu mengirim alamatnya sekarang pada Meili. "Oh iya, tadi mobilnya kena--" Ia baru menyadari jika Delia sudah tidak ada di depannya.
Matanya mencari gadis cantik itu yang rupanya sudah memperbaiki mobilnya kembali.
*
*
"Mama... " Begitu Alma melihat Meili, segera saja ia berpindah gendongan dari Ariel ke Meili.
"Hei... kenapa?" Meili melihat mata putrinya memerah seperti habis menangis.
"Om Ariel nakal." adunya.
Jelas saja itu membuat Meili melayangkan tatapan tajamnya.
"Semuanya karena semut dan gajah." Ariel menjelaskan.
"Semut dan gajah?"
"Dongeng semut dan gajah, Alma tidak Terima jika gajah yang menang."
"Memangnya sejak kapan gajah menag?"
"Waktu aku kecil gajah yang menang, entah kenapa sekarang semut yang menang."
"Kakak ngawur, dari dulu sampai sekarang memang semut yang menang. Makannya Kakak cepetan nikah terus punya anak, biar ada yang di bacakan dongeng. Buatnya aja tiap hari, gonta ganti lagi."
Perkataan Meili langsung membuat mata Ariel membulat. "Astaga... mulutnya." ia menggeram.
Namun Meili hanya tertawa. "Ya sudah, aku mau pulang dulu. Terima kasih ya sudah jagain Alma."
"Iya." sahut Ariel. Lantas pandangannya tertuju kembali pada Delia.
"Kakak nggak sekalian bareng?" Meili menawari sebelum pergi.
"Nggak." jawab Ariel tanpa menoleh.
Meili mengikuti arah pandang Ariel, rupanya ada gadis cantik yang mencuri perhatiannya. "Pantes betah." ia mencibir.
...----------------...
...Seperti biasa guys, jangan lupa dukungannya 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💞 NYAK ZEE 💞
🤣🤣🤣🤣🤣 tau aja alasan playboy cap kadal ngak mau pergi.....
2023-03-13
1
💞 NYAK ZEE 💞
sejak kamu bercerita.....
dari nenek moyang juga semut yg menang baru tadi aja gajah bisa menang pantas Ama nangis kejer .....😀😀😀😀
2023-03-13
1
💞 NYAK ZEE 💞
nah benerkan......
ngak inget dua....
orang pas ketemu pertama suasananya gelap.....😁😁😁
takutnya malah inget pas di mall .....😀😀😀
2023-03-13
1