"Kamu nggak kerja hari ini?" Rima melihat putranya yang mengenakan kaos dan celana jeans.
Mereka sedang menikmati sarapan pagi.
"Aku libur hari ini, Mih." jawab Ariel di sela-sela makannya. Tangannya sesekali mengotak atik ponsel miliknya.
Rima dan Bastian saling pandang.
"Aku hari ini kayaknya sibuk," ujar Ariel kembali.
Dan itu semakin membuat kedua orang tuannya heran. "Bukannya tadi kamu libur kerja?" Bastian mengingatkan.
Ariel menghentikan kegiatan makannya, lalu memandang kedua orang tuanya secara bergantian. Di mana sekarang mereka sedang menatapnya. "Uhm... hanya membantu teman."
"Teman?" Rima sedikit curiga. "Siapa? Nathan? Raka? Reza?"
"Bukan mereka Mih!" Ariel yang tiba-tiba merasa di interogasi. "Teman yang lainnya."
"Perempuan atau laki-laki?"
"Uhm... perempuan." Ariel berusaha menyelesaikan makannya dengan cepat.
"Joana?" Rima menebak.
"Bukan Mih." Ariel beranjak. "Aku berangkat dulu." Ia lalu memeluk Rima dan Bastian secara bergantian.
"Hei... Mami belum selesai bertanya." Rima melihat putranya berjalan semakin menjauh. Ia lalu menoleh ke arah suaminya. "Pih, apa ini tanda-tanda?"
"Entahlah Mih, semoga saja." sahut Bastian.
*
*
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, dan Delia masih terlihat membersihkan rumahnya. "Padahal tidak ada perabotan, tapi sedari tadi tidak selesai selesai."
Ia yang memulai kegiatannya pukul enam pagi, mulai dari mencabut rumput di halaman. Kemudian menyapu seluruh rumah, hingga ia lanjutkan dengan mengepel.
Tentu saja pekerjaannya terasa lama karena juga terkendala ia yang tidak leluasa berjalan.
"Sekarang, tinggal menata barang yang kemarin." Delia melihat rumahnya sudah bersih, dan sekarang menata belanjaan dari Ariel kemarin yang masih rapi di kantong kresek.
"Apa dia tidak malu saat membeli ini?" Delia menatap beberapa bungkus pembalut. "Apa sudah terbiasa?"
"Astaga!" Delia menepuk keningnya saat teringat sesuatu. "Apa dia sudah punya istri?" Ia baru menyadari. "Jangan sampai aku di sebut pelakor nantinya."
Setelah selesai membereskan belanjaan kini ia akan membersihkan diri.
Beberapa saat kemudian, Delia sudah selesai dengan ritual mandinya. Ia sudah nampak segar, dengan kaos oblong juga celana pendek yang ia kenakan pagi ini.
Rambutnya yang basah masih rapi terbungkus handuk.
Baru saja keluar dari kamar mandi, Delia mendengar pintu rumahnya di ketuk seseorang. "Siapa ya?" Karena ia merasa tidak ada yang tau tempat tinggalnya sekarang.
Namun ia tak urung juga membukakan pintu, dan ternyata tamu di pagi hari itu adalah Ariel. "Om!"
Ariel terdiam di depan pintu, matanya tak berkedip melihat tampilan Delia sekarang. Tidak ada yang salah dengan tampilan gadis di depannya tapi memang otaknya saja yang tidak beres.
Tampilan Delia di mata Ariel sekarang rasanya begitu menggoda, wajah cantiknya tampak begitu segar. Leher jenjangnya yang masih terdapat tetesan air, semakin membuat Ariel membayangkan hal yang tidak tidak.
"Om!" Delia mencoba menyadarkan lamunan Ariel. "Kenapa sih?"
"Ehm... tidak." Ariel merasa tenggorokannya kering. "Aku hanya membawakan sarapan." Ia menunjukkan apa yang ia bawa."
"Tadi aku sudah sarapan, beli nasi bungkus di jalan depan." Delia masih berdiri di ambang pintu, ia lalu ingat dengan pikirannya tadi. "Oh ya, aku mau tanya."
"Apa?"
"Om sudah menikah?"
Mata Ariel membulat mendengarnya. "Apa aku seperti pria beristri?"
"Entahlah, tapi aku tidak mau saja Om sering menemui ku jika sudah beristri. Nanti apa kata orang! Aku tidak mau di tuduh merusak rumah tangga orang." terang Delia panjang lebar.
"Aku belum menikah, dan belum bertunangan." Ariel menunjukkan jari tangannya yang tidak terdapat cincin. Lalu ia mengambil KTPnya dari dompet. "Aku masih lajang." Ia memperlihatkan nya pada Delia dari jarak dekat.
"Oh..." sahut Delia.
"Hanya Oh!" tanya Ariel tidak percaya.
"Terus harus apa?"
"Ck." Ariel berdecak kesal. "Awas, aku mau masuk." Ariel menggeser Delia minggir.
Delia menghembuskan nafasnya kasar, kenapa Ariel seenaknya saja bertamu di rumah orang.
Baru juga Delia akan masuk kedalam, sebuah mobil pickup berhenti di halamannya. Terlihat mobil itu mengangkut banyak barang.
Seseorang turun dari mobil dan menghampiri nya. "Mbak Delia?"
"Iya saya sendiri." jawab Delia.
"Mau kirim barang Mbak." Kurir itu menjelaskan kedatangannya.
"Barang? Tapi saya tidak pesan barang apa-apa!" Delia bingung.
"Oh... sudah datang?" Ariel keluar setelah ia mendengar suara seseorang yang berbicara dengan Delia. "Bawa masuk semua."
"Baik Pak." Lalu sang kurir bersama temannya mulai melepaskan tali yang menahan barang-barang kemudian menurunkannya dengan hati-hati.
"Maksudnya semua ini apa?" Delia mengikuti Ariel yang sedang mengawasi kurir menata barang di dalam rumah.
"Aku yang membelinya." sahut Ariel enteng.
"Tapi untuk apa Om? Aku tidak membutuhkan semua ini."
"Untuk sekarang tidak, tapi besok besok pasti butuh." Ariel tidak memperdulikan raut wajah Delia yang sudah berubah kesal.
"Om... !" teriak Delia.
Ariel seketika membekap mulut Delia dengan tangannya. "Berisik, aku tidak tuli."
Delia langsung memegang tangan Ariel yang ada pada mulutnya, kemudian memelintirnya kebelakang.
"Akh.... " Ariel merasa kesakitan. Ia lupa berurusan dengan siapa. "Ampun... ampun.. " katanya.
Delia mendengus dan melepaskan tangan Ariel.
Bahkan kejadian itu sempat menjadi tontonan kedua kurir.
"Sudah terlanjur juga aku membelinya, dan tidak bisa di batalkan." Ariel berujar. "Ya sudah kalau tidak mau, biar aku buang saja." Dalam hatinya ia tertawa, ia yakin jika Delia pasti menghentikan nya. Ia tau jika Delia sangat perhitungan jika dengan uang.
Delia mencebik. "Ya sudahlah, terserah..." katanya kemudian pergi.
"Hei... mau kemana?" Ariel melihat Delia keluar rumah.
Tapi gadis itu terus saja berjalan.
*
*
Delia kembali dengan membawa satu kantong kresek berisi minuman dingin, ia berencana memberikannya kepada kurir.
Tapi di halaman rumahnya sudah tidak terlihat mobil pickup.
"Kamu dari mana?" Ariel melihat kedatangan Delia.
Tapi gadis itu langsung masuk kedalam rumah, dan melihat rumah yang ia kontrak sekarang sudah penuh dengan perabotan. Bahkan rumahnya yang dulu tidak seperti ini.
Kulkas dua pintu, di dekat kamar mandi ada mesin cuci, beberapa kipas angin, dan ada AC yang belum terpasang.
Jika begini, apa dia bisa menggantikan uang Ariel?
"Ada apa? Apa masih ada yang kurang?" Ariel menghampiri.
Delia menghembuskan nafasnya secara perlahan. "Ini bahkan udah lebih dari cukup Om, lalu bagaimana bisa aku menggantinya. Om tau sendiri, gaji menjadi montir itu tidak seberapa. Sudah cukup untuk makan itu sudah bersyukur."
"Aku tidak minta kamu menggantinya, aku hanya ingin membelikannya."
"Tapi ini terlalu banyak.
"Tidak apa, kamu tinggal memakai apa yang kamu perlukan saja."
"Tapi--"
"Stop, aku tidak terbiasa menerima penolakan." Ariel mengakhiri pembicaraan mereka. "Begini saja, sebagai gantinya buatkan aku kopi saja."
Delia menggelengkan kepala melihat keras kepalanya Ariel, saat di dapur pun ia di kejutkan kembali.
Peralatan dapur seperti kompor, panci, penggorengan, penanak nasi, dan masih banyak lainnya sudah tertata rapi. "Astaga... !"
...----------------...
...Ya ampun Om Ariel kelakuannya.... 😄...
...Marhaban ya Ramadhan guys bagi yang melaksanakannya, othor mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ya untuk mengawali bulan Ramadhan. ...
...Jangan lupa dukungannya guys 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Hesti Ariani
gantinya jadi pendamping hidup aja del, sambil nunggu cukup umur😄
2024-01-25
1
Elizabeth Zulfa
masyaAllah Ariel..... bntuin temen g tanggung2 ya 😊😊
2023-03-24
1
SakhaRafif
bambang ariel calon suami idaman....
tp ingat tinggalkan tu main celup²nya.semoga delia membawa perubahan u areil
2023-03-23
1