Bab.13 Hanya Raya

"Papa!!" bentak Dave pada Agam, Dave merasa tidak terima jika kekasih hatinya direndahkan seperti itu oleh papa nya sendiri, Dave tahu, saat ini papa nya berpihak ke Raya, tapi tidak juga harus menyebut Luna itu murahan.

"Kau tidak terima?" balas Agam, nada suara nya tidak.meninggi seperti Dave, namun sanggup mengintimidasi seseorang.

"Jelas aku tidak suka, papa keterlaluan!"

"Kalau aku keterlaluan, lalu kau apa?"

"Papa! jangan gitu dong, Luna ini tamu kita, hargai dia," sahut mama Rasti, ia yak ingin kalau Luna merasa tersinggung dengan ucapan suami nya, sedangkan Luna kini ia sudah beringsut mundur selangkah dibelakang Dave, bentakkan dari pak Agam sukses membuat nya mundur.

"Kau ini selalu saja membela anak-anak mu! hasilnya kau lihat sendiri kan, mereka tumbuh menjadi orang yang tidak bertanggung jawab!" kini tatapan membunuh Agam pindah ke mama Rasti.

"Kenapa jadi kemana-mana sih ngomong nya!" Jelas saja Rasti tak terima, jika dia dituding tidak bisa mendidik anak-anak nya, semua yang Rasti ajarkan semata-mata untuk kebahagiaan hidup anak nya kan?

Agam kembali menatap istrinya, wanita yang sudah hampir 30 Tahun menemaninya itu terlihat berbeda sekarang, kenapa ia jadi tidak bisa melihat mana yang benar dan salah. Agam menarik nafasnya dalam-dalam, ia mencoba menjelaskan dengan pelan agar sang istri bisa mengerti.

"Ma, tidak ada yang salah dengan Raya, apa menurut mu semua ini bukan takdir? mereka bertemu tanpa sengaja, lalu dipaksa menikah.. papa yakin Raya itu gadis yang baik.. "

"Menurut papa kan? tapi enggak menurut mama dan Dave, menurut kami Luna lah yang terbaik!" sahut Rasti lagi, Luna agak besar kepala mendengar kalau Rasti mendukung diri nya, usaha nya untuk tetap masuk kedalam keluarga Abiyasa, satu langkah lebih maju .

"Hanya Raya yang jadi menantu keluarga Abiyasa! bukan orang lain!" Jawab Agam dengan penuh penekanan, ia menyambar tas kerja yang tadi ia letakkan di meja dan pergi dari sana. Disaat yang bersamaan Raya keluar dari ruangan tempat setrika, tanpa sengaja ia mencuri dengar perdebatan antara anak dan orang tua nya, satu yang mengusik mata Raya, yaitu keberadaan wanita disamping Dave. 'Siapa dia?' tanya Raya sendiri dalam hati.

Luna menatap pada Raya dengan tatapan tak suka, meskipun Luna seorang wanita, tapi kecantikan Raya mampu memikatnya, Dimatanya Raya cantik alami.. Rambut yang ikal tanpa sentuhan Curly, kulit putih bersih, hidung nya mancung, dan bola mata nya hitam alami, Luna merasa ketar ketir, mustahil jika Dave tidak akan jatuh cinta dengan Raya suatu hari nanti.

Raya berjalan mendekati Dave dan Rasti, "Ini sudah ku setrika," ucap Raya singkat.

"Letakkan di lemari pakaian ku, setelah ini kau mulai bersih-bersih nya, ingat jika ditanya papa kau bebersih atas kemauan mu sendiri!"

'Enak saja dia!! aku harus berbohong demi menyelamatkan Kan dia saja??'

Raya tak menjawab kata apapun, ia langsung menuju dapur tempat alat sapu dan pel berada.

"Lo non mau ngapain disini??" tanya mbok Dar.

"Ya mau kerja Bik,"

"Ya ampun non gak usah, biar bibik saja," mbok Dar merasa tak enak pada Raya yang disuruh mengganti kan diri nya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Gak apa-apa Bik, bukannya Dave udah bilang, tugas bibik hanya masak saja mulai sekarang, gak usah pandang aku nyonya dirumah ini Mbok.. anggap aku saja aku juga kerja disini!" jawab Raya santai, ia masih mengutas sebuah senyuman diwajah nya, yang membuat mbok Dar menjadi tak nyaman saja.

'Kasihan non Raya, harus nya dia hidup bahagia disini, tapi malah dijadikan babu dirumah suami nya sendiri!' mbok Dar menatap nanar punggung Raya yang perlahan menjauh membawa sapu dan kain pel.

'Apa pak Agam sudah tahu semua ini?'

Raya menyapu seluruh ruangan, setelah itu ia juga mengepel nya, ia harus cepat melakukan nya karena masih ada pekerjaan yang belum ia selesai kan, jika pekerjaan rumah belum ia kerjakan juga, pasti Dave dan juga ibunya akan mengganggunya nanti.

Mengetahui jika Raya sudah mulai mengerjakan pekerjaan ART, Rasti dan Dave mengembangkan senyumnya, terutama Luna.. ia merasa jika Raya ini sangat bodoh, jika saja posisi Raya ada pada nya, ia juga takkan mau bila disuruh mengerjakan pekerjaan Rumah.

"Puas banget aku ma.. "

"Iya Dave, karakter nya memang cocok untuk jadi ART!" jawab Rasti dengan senyum jahat menghiasai wajah nya, Raya melirik kearah mereka, 'Tertawalah sepuas hati kalian, jika aku sudah bosan, maka menyentuhnya pun aku malas!' ucapnya dalam hati.

*

Keesokan hari nya, Dave sudah bersiap hendak ke kantor, hari ini ia akan bertemu dengan Darren dan Za untuk membahas soal supermarket yang berada tepat disebelah resort Royalti Group, yang baru saja dibuka tersebut.

Dave hendak meminta izin pada Darren, untuk.membangun supermarket disana,.menurut Dave, supermarket disana akan sukses, karena lokasi nya yang strategis. Meskipun mereka teman, tapi baginya Darren itu susah susah gampang, ia tak memandang teman dalam dunia bisnis nya.

Raya masuk kedalam kamar,. dengan masih berbalut mukenah, tak ada kalimat apapun untuk sekedar menyapa Dave, sedangkan Dave sendiri menatap Raya dari balik cermin rias disana. 'Anggun sekali dia?' bisik Dave dalam hati, saat Raya tak sengaja melihat kearah Dave dan pandangan mereka bertemu, buru-buru Dave mengalihkan pandangannya. 'Jangan bodoh Dave!'

Kini Dave telah siap kekantor, dan hal itu membuat Raya senang, karena tidak akan ada yang mengganggunya untuk mengerjakan tugasnya hari ini.

"Kenapa kau terlihat bahagia sekali?" tanya Dave.

"Bukan urusanmu!" jawab Raya ketus. 'Apa-apaan ini, harus nya aku yang ketus ke dia, kenapa jadi dia yang angkuh begini!' Dave merasa kesal dengan jawaban Raya yang menurut nya sok.

"Ingat ya.. walaupun aku pergi, masih ada mama yang mengawasi mu disini, Clara juga ada, jadi jangan merasa senang dulu!" terang Dave dan langsung pergi kesana.

'Dasar Kudanil!' umpat Raya kesal, ia lupa jika dirumah ini orang nya pada gak waras , hanya papa Agam yang waras dan mbok Dar..

*

*

Royalti Group

Darren sedang memindai setiap berkas yang ada dihadapannya, tak ada satupun yang terlewat dengannya begitu saja. Disaat yang sama Za datang dengan secangkir kopi ditangannya, Darren melirik nya sekilas dan kembali menatap berkas di tangannya.

"Ngapain Lo kesini!" tanya Darren dengan mata yang masih menatap setumpuk kertas.

"Numpang ngopi!"

"Ruangan lo sana, bikin sepet mata gue aja!"

"Ya ampun Ren, punya hidup jangan monoton banget lah, sesekali nikmati.. Harta Lo itu gak dibawa mati tahu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!