Seusai kepergian orang tua serta kakak Raya, kini suasana dirumah itu kembali seperti biasa nya, bahkan Rasti sama sekali tidak menganggap Raya ada, begitu juga dengan Dave. Semua sibuk dengan urusan nya masing-masing, hanya Agam yang mau menegur atau mengajak Raya bicara.
Malam hari, Dave memasuki kamar nya dengan Raya, tapi bukan untuk tidur disana melainkan hanya mengambil beberapa baju.
“Mas mau kemana?” tanya Raya hati-hati, namun Dave tidak menjawab, ia bahkan hanya menoleh sebentar lalu bergegas pergi.
“Mas?”
“Jangan berisik! terserah aku mau kemana,” jawab Dave ketus dan langsung pergi dari sana dan membanting pintu kamar mereka dengan keras. Raya mengelus dada nya sembari memperhatikan langkah Dave yang perlahan menjauh, ‘Harus terbiasa!’ batinnya.
Diluar kamar, Rasti sudah berdiri dengan tangan yang dilipat didada, mata nya menunjukan rasa tak suka nya pada Raya. Senyum smirk nya muncul kala melihat Dave keluar dengan raut wajah yang dipenuhi benci.
“Kau pikir Dave akan mendengarkan suamiku untuk menerima mu? jangan mimpi!! semua itu hanya paksaan,... daripada Dave kehilangan harta yang selama ini diberikan oleh papa nya, lebih baik dia menurut, setelah perusahaan resmi berpindah alih ke tangan Dave, kau tidak dibutuhkan lagi Raya!” kata Rasti.
Raya hanya diam mendengar ucapan Rasti yang jelas menyakitkan itu, tapi ia masih meyakinkan dirinya sekali lagi untuk mencoba, jika tidak berhasil.. ia takkan menyakiti dirinya sendiri dengan bertahan.
“Kau juga harus ingat ini, Aku tidak akan membiarkan Dave memberikan sedikitpun uang nya untuk membiayai hidup mu serta keluarga mu yang miskin itu!” sambung Rasti lagi.
“Tapi Dave itu suami ku Bu, dia wajib menafkahi aku!” sahut Raya merasa tak terima kalau Rasti mengatakan itu, walaupun tanpa nafkah dari Dave Raya masih bisa bertahan hidup, namun ia tetap ingin Dave bertanggung jawab padanya, bukan karena Raya terlalu serakah, tapi itu hak nya kan? jadi ia harus punya stok sabar yang banyak menghadapi perempuan seperti Rasti ini. Salam pikirannya hanya ada harta dan harta.
“Suami paksaan, bukan suami sungguhan!”
“Paksaan atau apapun itu, dia sudah mengucap janji suci didepan saksi, jadi dia tetap harus berkewajiban menafkahi aku Bu!"
"kau ini tidak malu ya, sudah jelas Dave tidak menginginkanmu kenapa kau masih disini, dia juga ingin segera menalak kamu, jadi jangan besar kepala hanya karena kau masih tinggal disini!"
"Kalau begitu silahkan bujuk Dave untuk segera menceraikan aku!" imbuh Raya lagi, lalu ia berjalan pergi menuju dapur hendak mengambil minum, berdebat sebentar dengan ibu mertua nya membuat tenggorokan nya terasa kering.
'Dasar perempuan culas! alasan karena Papa ia disini, nyatanya ia pasti memanfaatkan kebaikan suami ku yang sok mau bertanggung jawab itu! lagian apasih salah nya kalau Fahmi memberikan ginjal nya pada papa! toh dia juga udah mati,' umpat Rasti kesal.
Raya mengambil sebotol air mineral yang ada didalam kulkas, setelah itu ia mengambil gelas dan menuangkan nya kesana, saat hendak diteguk, Rasti datang dan langsung menumpahkan minum nya hingga terkena baju Raya.
“Enak banget kamu! itu punya ku! kalau mau makan kau harus usaha sendiri, beli perlengkapan masak mu sendiri dan juga kebutuhan mu, aku gak rela seluruh barang-barang ku kau pakai untuk mengolah makanan yang akan masuk kedalam perut kotormu itu!” hina Rasti lagi, seolah Raya ini sampah yang begitu menjijikan dihadapan nya, Raya hampir tersulut emosi mendengar ucapan nya, namun berungkali ia menarik nafasnya untuk mengurangi amarahnya, Setelah mengucapkan itu, Rasti langsung pergi begitu saja, Raya masih berusaha diam, dia harus ingat pesan Ibunya untuk bertahan sekali saja, dan Raya akan mencoba nya.
Dari kejauhan, ternyata Dave memperhatikan perdebatan antara istri dan Ibu nya tersebut, Dave menatap Raya dengan aneh, ada rasa yang bergejolak minta dikeluarkan melihat Raya direndahkan seperti itu oleh Ibu nya sendiri.
Namun hati kecil dan logika saling bertentangan, ia hanya bisa melihat dari kejauhan , tangan nya ia masukan kedalam saku celana pendek nya.
Rupanya Raya pun melihat Dave yang berdiri diujung sana, namun saat Dave tahu Raya melihat nya, ia segera memutar badan dan pergi.
"Mas tunggu!" teriak Raya agar Dave mau mendengarkan dan menghentikan langkah nya, tapi.. dugaan Raya salah Dave tetap berjalan tanpa memperdulikan teriakan Raya.
“Dengarkan aku sebentar saja!" kata Raya lagi, Dave menghentikan langkah nya, tapi ia tidak berbalik badan.
"Mas.. Apa yang mengganjal pikiranmu? apa karena statusku yang pernah menikah?"
“Kau sudah tahu, untuk apa bertanya lagi!"
"Jika aku bilang aku belum pernah disentuh, kau percaya?" Dave terkekeh kecil, bukannya percaya ia malah menertawakan Raya, .baginya Raya itu mengada-ada.. Orang yang sudah pernah menikah belum pernah disentuh, lucu sekali!
"Aku berkata jujur mas!"
"Sudah lah, jangan merendahkan dirimu dengan berbohong seperti itu, apa kau tidak malu Raya!"
"Tapi.."
"Sudah! aku muak, jadi menjauhkan dariku!"
"Mas, lihat aku sebentar saja, aku tidak bohong sama sekali," Raya mendekati Dave hendak memegang tangan nya, namun Dave menepis nya dengan sangat kuat hingga Raya hampir terjungkal kebawah.
"Jangan pernah sentuh aku dengan tangan dari pembohong besar seperti mu, aku pikir kau gadis yang lugu, ternyata kau seorang player!" setelah puas mencaci Raya, Dave meninggalkan nya sendirian disana, sedangkan Raya masih mematung mengingat kata-kata yang keluar yang keluar dari mulut Dave.
Awalnya dia juga mengira kalau Dave sungguh akan bertanggung jawab pada nya, setidaknya ia bisa segera melupakan Ilham Dalama hidup nya dan mulai menata kembali hidup yang sempat dilanda badai.
Namun ternyata, Dave berubah setelah tahu dia pernah menikah sebelum nya.
"Nak Raya, sabar ya.. dulu Dave sangat bertanggung jawab dan tidak seperti ini," Agam menunduk malu mengingat kejadian, saat Dave menolak Raya mentah-mentah saat tahu dia seorang janda. Gurat wajah yang sebelum nya sangat tegas, kini berubah menjadi sendu, entah apa yang Agam pikirkan, entah marah, malu, atau merasa dirinya sangat bersalah dengan mendiang sahabatnya Fahmi.
"Sudahlah pa, dari awal Raya sudah mengira ini akan terjadi," jawab Raya mencoba menghibur Agam.
"Papa akan sangat malu pada Fahmi jika dia masih ada disini,"
"Ini bukan salah papa, takdir sudah mengatur semua nya, Raya sudah berjanji untuk mencoba nya sekali, jika tidak berhasil.. Raya mohon maaf pa, bukan maksud Raya tidak mendengarkan apa yang papa bilang, tapi.."
"Papa ngerti, sudah istirahat lah.. jika Dave tidak menafkahi kamu, papa yang akan bertanggung jawab atas nama dia,"
"Gak usah pa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments